POV Liora
Setelah melepas kepergian suamiku kekantor, aku pun bergegas mengantar anak ku ke sekolah PAUD yang dekat dengan kompleks rumah kami, kami berjalan kaki menuju sekolah karena lumayan dekat dari rumah. Sejujurnya aku masih kepikiran dengan mimpi anakku tadi, namun aku berusaha menutupinya agar ia tidak khawatir.
"Ma, papa sayang kan sama Kakak sama mama juga?" aku terpaku mendengar pertanyaannya. Sejenak aku berhenti berjalan untuk sekedar menenangkan hatiku yang tiba-tiba bergemuruh.
"Iya dong sayang gak mungkin papa gak sayang, selama ini kan papa selalu ngabisin waktu di rumah main sama kakak, dan suka beliin mainan juga." aku menjawab sambil menatapnya, Ia mendongak menatapku kemudian mengangguk.
"Ma, kalau nanti papa nyakitin mama, mama bilang sama kakak yah biar nanti Kakak yang marahin papa". Aku tersenyum getir mendengar pertanyaannya.
"Gak mungkin papa nyakitin mama kak, kan papa sayang sama mama". aku menjawab dengan suara tercekat dan mata berkaca-kaca, segera ku membuang muka kemudian mengusap air mata yang tiba-tiba jatuh agar tidak ketahuan anakku.
aku lemah sekali di depannya. menatap matanya saja aku tidak kuat, makhluk kecil ini yang Tuhan kirim untukku agar aku kuat menghadapi kejamnya dunia mempermainkan ku. Jika bukan karena Reinhard putraku, mungkin sudah dari dulu aku menyerah pada keadaan. Terlalu banyak luka yang ku pendam selama ini.
*****
Sehabis mengantar Reinhard, aku kembali berjibaku dengan rutinitas ku seperti biasa. Yah, aku mengikuti kebiasaan ibu, karena di didik mandiri sejak kecil aku jadi terbiasa, bahwa aku tak boleh mengharapkan nafkah dari suami. Aku pun bisa menghasilkan uang sendiri walau aku hanya seorang ibu rumah tangga. Pengalaman berharga yang ibu ajarkan selama ini nyatanya sangat berguna untukku. setidaknya aku masih bisa membeli jajan untuk anakku tanpa harus mengandalkan uang dari suami.
Setelah menyiapkan adonan kue aku melanjutkan memanggangnya di oven.
tinggal tunggu matang nya aja, sambil aku melanjut kan pekerjaan yang lain. sesekali aku mengecek agar tidak gosong.
sehabis menyiapkan semuanya, aku membereskan peralatan kemudian mencucinya.
lalu aku bersiap ke warung Buk Risma untuk mengantar kue buatanku.
Setelah dari sana, aku pun menyiapkan makan siang sambil menunggu jam 10 untuk pergi menjemput anak ku ke sekolah.
Baru juga aku memulai aktivitas ku untuk memasak, aku dikejutkan dengan kepulangan suamiku yang tiba-tiba, padahal ini belum jam pulang, atau jam makan siang. baru juga berangkat jam 7 pagi ke kantor namun sekarang sudah pulang. aku bingung namun aku berusaha untuk tidak bertanya, aku menunggu penjelasannya. Karena biasanya ia gak suka kalau aku terlalu ikut campur dengan apa yang ia lakukan. belum hilang keterkejutan ku akan kehadirannya tiba tiba saja jantungku seakan berhenti berdetak karena tiba-tiba ia memeluk ku dari belakang. Aku bingung harus bereaksi seperti apa. Aku jelas kaget, karena ini pertama kalinya setelah setahun hubungan kami merenggang.
Namun hal Hain lagi yang aku rasakan sekarang jelas semakin membingungkan.
jika dulu aku begitu menantikan momen ini, maka sekarang jelas terasa aneh bagiku. Aku merasakan perasaan berbeda sekarang.
di relung hatiku aku merasa kosong dan hampa padahal jelas-jelas ia ada disini dan sedang memelukku dengan erat.
"Kamu kenapa pa? kok tiba-tiba pulang?" akhirnya aku berani bertanya setelah beberapa saat saling diam.
Dia melepaskan pelukannya kemudian membalikkan tubuhku menghadapnya.
"Aku kangen, aku rindu kita yang dulu". Ia menjawab dengan tatapan sendu nya ke arahku. aku semakin bingung, kenapa tiba-tiba saja begini.
"kamu kenapa sih sebenarnya pa? selama ini kita terbiasa menjauh walaupun kita dekat dan bahkan tidur di ranjang yang sama. lalu sekarang kok tiba-tiba begini?" aku mencoba bertanya dengan nada lembut sambil menatap matanya.
ia mengalihkan pandangan dariku kemudian menjawab "memang nya kita gak bisa merubah situasi? seharus nya kamu bersyukur kita bisa kayak dulu lagi. emang kamu mau terus-terusan diem-dieman padahal tinggal satu rumah?" kembali lagi ia menjawab dengan ketus dan terkesan tidak suka.
Aku semakin bingung dibuatnya.
"Ya enggak pa, cuman yah situasi ini cukup aneh bagiku, kita yang terbiasa saling menjauh terus sekarang kayak begini yah aku bingung." sengaja aku tidak menyinggunya karena memang selama ini dialah yang menjauhiku. Aku sengaja pakai kata "kita " agar ia sedikit merenungi bahwa aku tidak mencari pembenaran dalam diriku.
perlahan ia menjauhiku kemudian duduk di kursi dekat meja makan.
"Aku gak mau nanti Rei kepikiran yang aneh-aneh. Tadi di kantor aku gak tenang kerjanya mikirin Rei yang tiba-tiba bermimpi aneh, apakah ia mulai curiga dengan renggang nya hubungan kita?" ia bertanya sambil menatapku sebentar kemudian kembali membuang pandangannya.
aku diam sebentar sambil mencerna dengan baik pertanyaannya. jujur aku sedikit curiga dengan perubahan nya, ada rasa lain dalam hatiku yang membuatku kurang percaya dengan ucapannya. Seakan ia takut hal yang dia sembunyikan akhirnya diketahui. aku melihat sorot matanya yang gak pernah tenang, dan ku perhatikan tangannya yang saling meremas satu sama lain namun ia berusaha menutupinya dariku.
"yah syukurlah pa kita menyadarinya sekarang agar kedepannya kita saling memperbaiki." ucapku pada akhirnya. aku tak mau memperpanjang kan urusan ini lagi karena jujur aku masih merasa asing dengan situasi ini.
"Mulai sekarang aku akan berusaha menjadi suami dan ayah yang baik lagi untuk kamu dan Reinhart. Ia menatapku dengan pandangan yang ah entahlah aku pun bingung karena jujur entah mataku yang rabun atau pikiran ku yang kurang fokus sehingga aku sulit melihat tatapan tulus darinya saat ini. mata ini adalah mata yang sama 5 tahun lalu yang selalu menatapku dengan pandangan memuja. Namun yang ada di depanku sekarang tidak lagi sama. Bahkan aku mengartikan ucapannya hanyalah ucapan basa-basi saja. Di depanku ini masih orang yang sama RAFLI JUAN BARATA suamiku yang aku cintai selama ini entahlah rasa itu masih ada atau tidak, karena sejujurnya aku kurang yakin dengan perasaanku setelah kejadian barusan.
"Iya pa, semoga kedepannya hubungan kita lebih baik lagi." Aku menjawab sambil tersenyum tipis, setelah keterdiamanku tadi.
"kamu bikin kue gak tadi sayang?
deg
Aku berhenti sebentar setelah setelah mendengar panggilan yang ia sematkan untukku. panggilan yang sama sejak 5 tahun lalu.
apa ini Tuhan??
aku tidak merasakan apapun. apakah aku sudah mati rasa? atau ada hal lain lagi yang tak ku ketahui? aku hanya kaget saja mendengar panggilannya. namun jujur aku tidak merasakan apapun setelahnya. biasanya aku akan senang mendengar panggilan itu, namun sekarang rasanya benar-benar hampa.
"Sayang" suamiku memanggilku untuk kedua kalinya.
"iya tadi aku bikin kue pa, udah aku titipin di warung Buk Risma."
aku menjawab sambil membalikan badan ku kembali menghadapnya.
"Gak ada yang di simpan di rumah?" kembali ia bertanya dengan suara lembut.
"Ada kok pa, mau cicipin kuenya?" aku bertanya sekaligus menawarkan.
"Boleh sayang, udah kangen rasain kue buatan kamu". Aku hanya tersenyum tipis mendengar ucapannya. kemudian aku bergegas mengambil kue di lemari pendingin lalu kuletakkan didepannya.
"Silahkan pa".
"Terimakasih sayang ".
aku mengangguk sebentar.
"Makasih yah sayang aku mau kekamar dulu istirahat sebentar, soalnya tadi aku sempat pusing di kantor makanya aku ijin pulang."
Entahlah benar atau tidak namun aku berusaha mempercayainya.
"Mau aku ambilkan obat pa?"
"Oh gak usah sayang dibawa istirahat aja pasti ilang."
"Ya udah kalo gitu istirahat aja dikamar pa aku mau jemput Rei dulu." kemudian aku meninggalkan nya untuk pergi menjemput anakku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Vibriani Jawa
Hallo salam kenal juga terimakasih sudah mampir. pasti kak, nanti aku mampir di cerita kakak yah😊
2023-03-04
1