Perlahan Ia menghapus air mata yang masih mengalir di kedua pipinya, baru saja ia kembali mengingat luka lama masa kecilnya. sungguh entah sampai kapan ia akan melupakan kisah itu walaupun sudah belasan tahun berlalu. Bahkan sekarang usianya 24 tahun dan sudah di karuniai seorang putra yang sangat tampan Reinhard Barata yang menemani nya melewati hari-hari buruknya.
Yah, hari buruk karena sampai saat ini pun ia masih terbelenggu oleh kenangan pahit itu. Sungguh takdir apa yang Tuhan sediakan untuk nya sehingga Tuhan memberikan ujian berat dalam hidupnya hingga detik ini. Namun Ia bersyukur karena Tuhan menitipkan seorang putra padanya yang mampu menguatkannya dalam segala situasi yang menyesakkan.
*****
5 tahun lalu adalah awal luka baru yang kembali merenggut masa remajanya. Ketika sedikit demi sedikit ia mengobati trauma masa kecilnya, namun ia kembali dihadapkan dengan situasi dimana itu merupakan babak paling sakit disepanjang hidupnya. Ia seakan percaya dengan hukum karma, walaupun berusaha untuk tidak meyakini nya namun itulah yang terjadi. Inilah kisah nya, apa yang ia hadapi seakan menghubungkan nya dengan karma yang selalu orang-orang bicarakan. mungkin sedikit tak masuk akal tapi itu kenyataannya..
Orang-orang bilang "Jika seorang ibu yang tidak diperlakukan adil oleh suaminya, maka anak perempuannya kelak akan merasakan hal yang sama seperti ibunya. Ia akan diperlakukan tidak adil oleh suaminya seperti ayahnya memperlakukan ibunya."
...dan nyatanya ia merasakan hal yang sama sekarang. Sama seperti ibunya yang sering kali menahan sakit, dan luka batin yang pada akhirnya merenggut nyawanya dua tahun lalu, sekarang luka itu ia rasakan. Namun ia masih bersyukur karena anaknya tidak merasakan apa yang ia rasakan dulu, mengemis perhatian dan cinta ayahnya. Bersyukur nya ia karena anaknya mendapatkan kasih sayang utuh dari suaminya, walaupun ia yang sering mendapatkan luka batin mendalam....
Hubungan yang diawali cinta pada awalnya, karena panasnya cinta masa remaja, sehingga memutuskan menikah muda di usia 19 tahun nyatanya tidak sesuai harapannya.
Cinta yang awalnya menggebu-gebu sekarang telah layu ibaratkan bunga yang dicampakkan tanpa perasaan.
Ego lah yang jadi pemenang nya saat ini, menghadapi sifat suami nya yang keras kepala, ingin menang sendiri, dan dengan ego yang tinggi nyatanya menghancurkan mentalnya secara perlahan, menumbuhkan kembali luka yang ia harap akan sembuh. 3 tahun pernikahan mereka lewati dengan suasana cinta yang bergelora, tak sekalipun suaminya menuntut apapun darinya. bahkan terlihat kasih sayang tulus suaminya yang pada akhirnya membuat ia bersyukur bahwa Tuhan sungguh baik menghadirkan sosok laki-laki yang mempu perlahan mengobati rasa sakitnya. Namun di tahun ke empat pernikahan, semua sifat aslinya keluar, mulai dari kekerasan fisik yang ia terima tanpa diketahui anaknya, uang belanja yang dikasih dengan penuh perhitungan, serta kebiasaanya yang tak suka diatur. Tak menerima apapun keputusan istri, baginya keputusannya adalah yang mutlak. Namun begitu, Liora masih bersyukur karena anaknya tak kekurangan kasih sayang, di depan anaknya ia berlaku sebagai ayah yang bertanggung jawab dan penuh perhatian. Setidaknya itu adalah alasannya untuk tetap mempertahankan rumah tangganya. Karena ia masih ingat akan janjinya di depan altar, ia sudah berjanji kepada Tuhan agar tetap mendampingi suaminya, dalam situasi apapun. Kedepannya ia hanya berpasrah biarkan tangan Tuhan yang bekerja atas hidupnya. Masih ada Reinhard putra kecilnya yang berusia 3 tahun yang selalu menjadi penghibur dikala lelahnya memikirkan rumah tangga yang ia jalani.
Selama penghianatan bukan masalah utama dalam rumah tangganya, maka ia akan baik-baik saja. karena dulu ia dan suaminya berkomitmen bahwa tidak ada penghianatan, jika itu terjadi dan sampai ia sendiri yang mengetahuinya maka ia anggap semuanya berakhir.
"Makan yuk sayang, mama suapin yah?". ucapku pada putraku yang sedang asik dengan mainannya.
"iya ma" ucapnya riang sambil meraih tanganku, Ah aku senang melihatnya.
aku menyuapinya dengan penuh semangat melihat dia yang antusias menyambut suapan dari tanganku.
" Hey, anak papa lagi makan yah? kok papa gak di ajak?" ucap suamiku pura-pura cemberut.
"ma kok papa gak di kasih makan? mama marah yah sama papa?" aku tersenyum mendengar pertanyaannya.
"Papa udah makan sayang, barusan tadi papa makan pas Kakak lagi tidur." suamiku menjelaskan agar tidak salah paham.
" Papa gak bohong kan?" suami ku tersenyum sambil mengacak rambutnya.
"Gak mungkin papa bohong sayang, Beneran tadi papa udah makan. Ayo dilanjut makannya papa mau ke depan dulu."
"Gak mau makan lagi pa? kan tadi makannya dikit, aku ambilkan yah?"
"Gak usah aku masih kenyang nanti kalau lapar lagi baru aku makan." Aku mengangguk sambil lanjut menyuapi Reinhard.
"Habis makan nanti kakak main sama papa dulu yah di depan, mama mau beres-beres dulu sekalian mau nyiapin makan malam."
"iya ma".
malam pun tiba, setelah makan aku mengantar anak ku ke kamarnya setelah ia tidur di pangkuanku pas lagi nonton tv di ruang tengah tadi. aku mengecup keningnya setelah nya aku mematikan saklar lampu tersisa lampu tidur saja. dari umur 1 tahun 7 bulan aku membiasakan ia tidur sendiri .
sesampainya di kamar aku melihat suami ku sudah bersiap untuk tidur. Aku menghampirinya dan mematikan lampu. dia tidur membelakangi ku. hampir 1 tahun kami seperti ini, tak ada lagi tidur berpelukan atau sekedar ucapan selamat tidur seperti di awal pernikahan. Ia hanya mencari ku ketika ingin memenuhi kebutuhan biologisnya, setelah itu sikapnya kembali seperti semula seperti bukan suami istri. Setiap kali aku menanyakan alasan nya ia selalu menjawab dengan ketus katanya "gak usah nanyain hal yang gak jelas, yang penting aku masih nafkahi kamu udah itu aja. lagian yang penting aku masih sama kamu dan gak akan macam-macam."
aku tau, suamiku masih menjalankan kewajibannya, menafkahi ku, walaupun terkadang terkesan perhitungan, ia juga sejauh ini gak macam-macam, cuman sikapnya yang sering main game sampai tengah malam, komunikasi antara suami istri juga udah gak ada lagi, itulah yang membuat ku sakit. terkadang juga ia ringan tangan ketika aku terlalu ikut campur untuk urusan nya, namun semua ia lakukan di kamar agar anak ku tidak melihatnya. jujur aku tertekan, namun aku berusaha bertahan demi anakku.
aku sadar hubungan ini udah gak sehat, namun aku bingung untuk memutuskan nya. anak ku masih terlalu kecil untuk mengetahuinya.
keesokan paginya, pagi-pagi sekali aku bangun menyiapkan sarapan untuk mereka.
setelah tertata rapih di meja makan aku langsung ke kamar membangunkan suamiku terlebih dahulu untuk bersiap-siap berangkat kerja.
" Udah pagi pa, ayo bangun aku nyiapin pakayan nya dulu." Ia pun bangun dan bergegas ke kamar mandi. aku menyiapkan stelan kerjanya.
Suamiku bekerja di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang makanan sebagai Manajer. setelah Selesai mengurus nya, aku bergegas membangunkan reinhard di kamar nya, lalu kami bertiga sarapan bersama di meja makan.
"gimana tidur nya semalam kak? nyenyak gak?
"Nyenyak pa." anakku menjawab dengan lesu serta menundukkan kepalanya. Aku heran karena gak biasanya ia begini.
"Kakak kenapa? kok gak semangat gitu jawabnya nak?" suamiku bertanya seraya mengelus kepalanya dengan sayang.
"Pa..." Suaranya terdengar serak seiring dengan air mata yang mulai tumpah.
aku kaget, segera aku memeluknya kemudian mengelus punggungnya perlahan.
"Ada apa kak? coba cerita sama mama."
Ia menatapku dan suamiku bergantian kemudian ia menghela napas, terasa berat sekali. Aku dan suamiku menunggu penjelasanya.
"Tadi malam Kakak mimpi ma, kakak liat papa pergi sama Tante pirang terus katanya ada adik Rei di perut tante huuuuuuuu"😭 aku tersentak kemudian menenangkannya. Anak ku terus menangis, kemudian pandanganku beralih menatap suamiku yang tertegun di tempatnya. mukanya pucat dan keringat dingin membasahi keningnya.
"Kak, itu kan cuman mimpi, gak papa. udah yuk lanjut makan lagi setelah itu siap-siap ke sekolah."
"Papa,tante pirangnya gak ada kan ? anakku menatap ayahnya dengan tatapan sayu terkesan memohon. mungkin ia masih takut dengan mimpinya.
"Hah? nggak sayang, gak mungkin dan gak akan ada Tante pirang, udah yah lanjut makanya, papa mau berangkat kerja dulu."
suamiku menjawab dengan gugup bahkan aku melihat tangannya gemetar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments