"Mayu kenapa diam saja? Mayu tidak diterima? Tidak apa-apa ya Nak, Mayu masih bisa coba tahun depan." ujar nenek Iroh dan ada raut sedih di wajahnya.
Nenek Iroh sangat tahu Mayu adalah anak yang berprestasi, tapi kalau dia belum diterima ya mungkin belum rejeki Mayu kuliah di sana. Padahal dia ingin sekali melihat cucunya memakai jas Almamater warna kuning itu, sebelum ajal menjemputnya.
Melihat wajah sedih neneknya Mayu jadi tidak tega. Sebaiknya dia jujur saja, lagian Mayu masih ada kesempatan mendapatkan beasiswa, selain itu Universitas Indonesia juga banyak program yang bisa membantu mahasiswa kurang mampu. Jika Mayu gagal mendapatkan beasiswa, Mayu masih bisa menempuh cara lain yang tentunya bisa meringankan biaya kuliahnya.
"Nenek kenapa wajahnya sedih begitu? Mayu diterima loh Nek di Universitas Indonesia. Sebentar lagi cucu Nenek yang cantik dan imut ini akan jadi mahasiswi di universitas ternama itu. Mayu ini kan cucu Nenek yang paling pintar." ujar Mayu dengan wajah cerianya. Wajah ceria yang menyimpan banyak beban.
Nenek Iroh seketika menatap berbinar cucunya.
"Se-serius kamu diterima di UI?" tanya nenek Iroh sampai gugup karena senangnya.
"Sangat serius dong Nek, Mayu enggak mungkin bohong sama Nenek." ujar Mayu apa adanya.
Mata nenek Iroh berkaca-kaca, dia benar-benar merasa terharu juga bangga pada cucunya.
"Selamat Mayu, Nenek sangat bangga sama kamu." ujarnya lirih.
"Iya Nenek terima kasih ya, makanya nenek juga harus lebih semangat lagi. Nanti kalau Nenek sudah sembuh, kita bisa jalan-jalan ke kampus Mayu. Terus kita foto-foto deh di sana. Nanti Nenek pakai almamater Mayu. Nenek pasti terlihat lebih cantik dan muda. Siapa tahu ada kakek-kakek jompo yang naksir Nenek." ujar Mayu berusaha seceria dan sebiasa mungkin, meski otaknya sedang sangat pusing memikirkan biaya daftar ulangnya.
Nenek Iroh tersenyum.
"Kamu ini ada-ada saja, kalau pun ada kakek jompo yang naksir, nenek enggak akan mau."
"Kenapa tidak mau, Nenek tidak bosan hidup menjanda terus?"
"Kamu sendiri, enggak bosan ngejomblo terus?" nenek Iroh balas bertanya.
"Hehe ... enggak dong Nenek, selama Mayu masih punya Nenek, Mayu tidak akan bosan hidup ngejomblo. Makanya Nenek cepat sembuh, jangan buat Mayu takut lagi Nenek. Mayu benar-benar takut kehilangan Nanek. Nanti Mayu sama siapa kalau Nenek pergi?" ujar Mayu sambil memeluk neneknya dari samping dan menyatukan kepalanya dengan kepala neneknya.
"Ya-ya sama papa kandung kamu." ujar nenek Iroh pelan. Nenek Iroh tidak yakin David Antonius mau menerima Mayu, tapi tidak ada salahnya kalau Mayu mencobanya. Sebagai seorang anak, tentu Mayu sangat berhak mendapatkan pertanggung jawaban dari papanya, sekalipun Mayu hanya anak di luar nikah.
Mayu melepas pelukannya dan menatap neneknya.
"Memangnya boleh ya Nek, Mayu tinggal bersama papa?"
"Tentu saja boleh Mayu,"
'Tapi dengan catatan jika dia mau menerima kamu, Nak?' lanjut nenek Iroh dalam hati.
Nenek Iroh sangat tahu Mayu adalah anak yang tidak diinginkan keberadaannya karena itu juga David Antonius tidak pernah mencarinya.
"Terima kasih Nek. Suatu saat nanti Mayu pasti akan menemui papa kandung Mayu. Sekarang lebih baik kita fokus pada kita saja. Nenek setuju kan sama Mayu?" ujar Mayu.
Mayu sebenarnya ada banyak pertanyaan tentang papa kandungnya, tapi Mayu bisa melihat neneknya tidak nyaman membicarakan papa kandungnya, karena itu Mayu menahan dirinya. Selain itu Mayu juga takut kalau fakta yang terjadi di masa lalu antara papa dan mendiang mamanya hanya akan menyakiti hatinya. Mayu belum siap jika harus merasa sakit hati karena papa kandungnya. Saat ini pr Mayu masih sangat banyak. Mayu benar-benar tidak mau karena kepikiran papa kandungnya, hidup Mayu yang sedang berantakan jadi semakin berantakan.
"Nenek setuju Nak. Ah iya, bukankah Mayu mau daftar ulang, uangnya masih cukup kan Nak? Jika tidak cukup, Mayu jual saja cincin Nenek. Mayu jangan sampai berutang, kasihan Mayu kalau punya utang." ujar nenek Iroh.
Mayu kembali menatap neneknya.
"Masih cukup kok Nek, cukup banget malah. Jadi Nenek enggak perlu khawatir kalau masalah uang." bohong Mayu. Mayu paling enggak mau menjual cincin neneknya karena cincin itu adalah cincin satu-satunya peninggalan mendiang kakeknya.
"Baguslah kalau cukup, tapi kalau misalkan tidak cukup Mayu bilang saja pada Nenek. Nenek enggak apa-apa kalau harus jual cincin itu demi uang kuliah Mayu, Nak."
"Iya Nenek Mayu pasti akan bilang."
'Maaf Nenek, Mayu terpaksa berbohong." lanjut Mayu dalam hati.
Walau Mayu sangat pusing memikirkan uanganya, tapi di otaknya sudah tersusun banyak rencana untuk dia bisa menghasikan uang lebih banyak. Selama Mayu masih diberi kesehatan, Mayu yakin dia pasti bisa.
***
"Selamat datang di rumah kembali Nenek." ujar Mayu ceria.
Setelah seminggu dirawat di rumah sakit, nenek Iroh akhirnya diizinkan pulang oleh dokter.
"Terima kasih Mayu,"
"Sama-sama Nenek. Nenek langsung istirahat saja ya Nek. Mayu mau nyuci dan bersih-bersih dulu."
"Iya Mayu, maaf ya Mayu nenek enggak bisa bantu."
"Tidak apa-apa Nenek, santai saja. Mayu masih muda dan lincah Nek. Kalau hanya masalah nyuci dan beberes rumah, gampang saja bagi Mayu."
"Iya Mayu. Semangat Mayu!" ujar nenek Iroh menyemangati cucu cantiknya.
"Iya Nenek," ujat Mayu tersenyum manis pada neneknya. Mayu senang melihat neneknya sudah sembuh dan semangatnya perlahan mulai kembali.
Mayu membawa semua pakaian kotor ke kamar mandi. Mayu mencuci baju dengan cepat. Selesai mencuci baju, Mayu membereskan rumah. Selesai beberes rumah, Mayu lanjut masak.
Setelah neneknya selesai makan. Mayu langsung beraksi untuk mengumpulkan pundi-pundi uang. Mayu sudah tidak punya banyak waktu, dia harus bekerja segiat mungkin.
Mayu mendatangi rumah tetangganya sambil membawa dagangannya.
"Assalamualaikum Budhe," ujar Mayu menyapa tetangga sebelah rumahnya.
"Waalaikumsalam. Eh ada Mayu." ujar Budhe Sumi.
"Iya Budhe. Budhe biasa." ujar Mayu sambil membuka catatannya. Catatan kereditan baju tidur, kolor dan sebagainya.
Selama ini nenek Iroh yang membantu Mayu menagih uang kreditan, tapi karena dia jatuh sakit, terpaksa Mayu yang melanjutkan pekerjaannya.
"Iya Mayu, sebentar ya Budhe ambilkan uangnya dulu."
"Ok Budhe." ujar Mayu mengacungkan jempolnya.
"Ini ya Mayu untuk bayaran selama 7 hari kemarin." ujarnya sambil memberikan uang 15 ribu.
"Siap Budhe, sebentar Budhe, Mayu ambil kembaliannya dulu." ujar Mayu menerima uangnya.
Kereditan bajunya hanya 2000 sehari dan Mayu menjualnya dengan harga murah, sama dengan yang jual eceran di pasar. Bagi mayu yang penting barangnya cepat habis dan dia bisa cepat ganti barang baru lagi.
"Kembaliannya ambil saja Mayu tidak apa-apa, buat beli permen."
"Terima kasih Budhe, budhe baik deh. Ah iya kreditan Budhe tinggal 3 kali lagi, enggak mau nambah lagi ini Budhe. Mayu, ada kolor dan bh yang bagus untuk ukuran Budhe loh, sayang kalau enggak diambil. Kwalitasnya dijamin ok Budhe. Anti masuk gigi pokoknya." ujar Mayu mulai promosi.
"Kamu ini memang paling bisa kalau jualan. Baiklah Budhe mau nambah kolor saja, tapi Budhe maunya kolor yang modelnya yang kekinian, ada enggak?"
"Ada Budhe, banyak. Kainnya juga tebal dan lembut. Sangat nyaman dipakainya. Silahkan saja, Budhe pilih yang mana. Ada banyak pilihan warnanya." ujar Mayu sambil mengeluarkan barang dagangannya.
"Iya Mayu," ujarnya.
"Hei Mpok, sini Mpok ada barang bagus ini Mpok!" ujar Mayu begitu melihat tetangga yang lain.
"Beneran ada barang bagus, memangnya kamu sudah belanja?" tanyanya mendekati Mayu.
"Belum sih Mpok, tapi bh dan kolornya ada barang masuk kemarin Mpok. Barang sisa export, dijamin bagus Mpok."
"Mana barangnya, Mpok mau lihat!"
"Ini Mpok, silahkan pilih saja Mpok. Mayu jual murah meriah saja Mpok. Bayarnya juga kredit lagi. Hanya 2 ribu sehari Mpok. Eh Mbak Ning, Bibi sini-sini, ada barang bagus ini!" ujar Mayu lagi begitu melihat tetangganya yang lain.
Mayu begitu bersemangat menjajakan barang dagangannya dan para tetangga Mayu sudah tidak heran melihatnya. Mayu memang enggak pernah gengsi kalau jualan. Apa saja dia jual, tapi yang paling banyak itu kolor, bh dan baju tidur.
Setelah selesai menagih uang kredit dan menjajakan barang dagangannya, malam harinya Mayu masih lanjut jualan di tiktok live. Mayu benar-benar tidak kenal kata lelah untuk menghasilkan pundi-pundi uang.
Pukul 3 dini hari Mayu baru selesai dengan barang dagangannya. Barang yang sudah selesai dia kemas, semuanya dia masukkan ke dalam plastik, supaya tidak ada yang ketinggalan saat kurir mengambilnya nanti.
Sanjutnya Mayu menghitung semua uang hasil penjualannya kemudian menambahkannya dengan uang tabungannya.
'Terima kasih ya Allah akhirnya uang daftar ulangnya terkumpul juga.' batin Mayu tersenyum haru.
Walau Mayu harus memakai uang modalnya, itu tidak masalah. Besok Mayu akan semakin giat lagi menjajakan sisa daganannya, supaya ada uang buat belanja kembali.
***
"Mayu pergi dulu ya Nenek, Nenek hati-hati di rumah. Nenek juga jangan telat makan siangnya. Obat dan vitaminnya jangan lupa diminum. Mayu usahakan pulang cepat Nek." ujar Mayu sambil salim.
"Iya Mayu, kamu hati-hati ya dan jangan lupa pesanan Nenek!"
"Iya Nenek. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Mayu menjalankan motor bututnya dengan kecepatan sedang.
Kurang lebih 20 menit perjalanan naik motor, sampai juga Mayu di kampus UI. Mayu tersenyum begitu dia melewati satpam yang berjaga. Mayu sangat senang akhirnya dia bisa menginjakkan kakinya di kampus impiannya.
Senyum Mayu seketika memudar begitu melihat mobil yang tidak asing. Mayu juga refleks menghentikan motornya.
"Mobil itu, bukankah mobil yang aku tabrak waktu itu. Aduh gimana ini?" gumam Mayu mulai panik. Bisa gawat ini kalau orang itu masih kenal pada Mayu, dan kembali minta uang ganti ruginya.
"Ehem!"
Mayu menoleh pelan ke belakang.
Mata Mayu seakan mau keluar begitu melihat pelakunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 265 Episodes
Comments