Tiga bulan mereka menjalani kehidupan secara poligami. Bagi Nigar, hal itu tidak terlalu sulit karena dia memang sudah mempersiapkan diri sejak awal.
Dia mencintai Hansel dan menghargai cintanya yang sudah tertanam untuk Amora sebelumnya. Namun tidak bagi Amora. Dia merasa cemas dan takut setiap hari jika Nigar akan merebut cinta di hati Hansel untuknya.
Semakin hari, Hansel semakin akrab dengan Briana anak Nigar dan juga terpikat dengan masakan Nigar. Dia bahkan kadang memujinya melalui pesan singkat.
Suatu waktu, Amora membuka dan membaca percakapan antara mereka.
Rasa cemas Amora semakin menjadi ketika sudah tiga bulan pernikahan mereka dan dia tidak hamil juga. Padahal kehamilan itu sangat ditunggu olehnya juga oleh Nyonya Dave.
Jika Amora dan Hansel punya anak dari hasil pernikahan nya maka hubungan mereka akan semakin kuat. Sedangkan anak yang ada bersama Nigar, bagi Nyonya Dave bukanlah cucunya. Sampai saat ini dia hanya pura-pura baik dan manis agar tidak kehilangan kepercayaan dari Hansel sendiri.
Bangun tidur, Amora langsung kekamar mandi dan melakukan tes pack. Dan hasilnya sangat membuatnya kecewa karena ternyata tetap hanya satu garis yang terlihat.
"Kenapa tidak kunjung berubah? Aku subur dan aku rasa Hansel juga subur. Tapi kenapa sudah tiga bulan kami menikah dan tidak kunjung mendapat kabar baik?"
Amora keluar dari kamarnya dengan wajah yang ditekuk.
Kemarin ibu mertuanya memberikan tespack itu untuk Amora saat dia mengatakan sudah satu minggu belum mendapatkan tamu bulanan.
"Mam...."
Amora menggelengkan kepalanya dengan lesu ketika berpapasan dengan ibu mertuanya di depan pintu.
"Kau bisa mencobanya bulan depan. Atau kalau perlu kalian bisa berbulan madu kembali...."
Sesaat Amora terpaku dengan ide ibu mertuanya.
Benar juga kata mama. Berbulan madu artinya aku dan Hansel akan menghabiskan waktu bersama. Dan tidak akan terganggu dengan Nigar.
Tiga bulan ini aku merasa jika berbagi suami itu tidaklah mudah. Lihat saja, teman-teman ku yang menikah dengan normal dan tidak perlu sepertiku berbagi suami, mereka hidupnya lebih bahagia. Seratus persen waktu suaminya hanya untuk mereka saja. Sedang kan, aku? Satu Minggu disana dan satu Minggu disini. Selain itu aku selalu cemas setiap saat, batin Amora dalam hati.
"Kenapa melamun? Kau ingin pergi dengan Hansel untuk berbulan madu kan? Biar kau cepat bisa punya anak. Aku menginginkan cucu dari darah daging putraku,"
"Ya mah. Aku mau...."
Jawab Amora dengan mantap dan yakin.
"Biar mama urus semuanya. Kau siap-siap saja,"
Saat ini Hansel sedang dalam perjalanan dari rumah Nigar kerumahnya. Dimana Amora dan mamanya tinggal bersama.
"Kau sudah sampai mana?" telepon Amora karena sudah tidak sabar untuk bertemu dengan suaminya.
"Aku dijalan. Sebentar lagi sampai...." ucap Hansel sambil menyetir.
"Cepatlah datang. Aku sudah sangat merindukan mu..."
"Iya. Aku mengerti...."
Telepon ditutup.
Amora terpaku menatap halaman dari jendela di lantai dua.
Satu minggu menunggu suaminya datang bukanlah hal yang mudah untuk di lewati. Rasa rindu dan kesepian setiap hari meronta dan mengoyak batinnya. Apalagi saat malam hari, dan hujan mulai mengguyur dengan derasnya, merasa kesepian dan memikirkan apa yang sedang di lakukan suaminya dan istri pertamanya membuat hatinya sakit dan ingin rasanya dia kesana dan memanggil suaminya pulang ke sisinya.
Namun ini adalah sebagian resiko yang harus dijalani. Berbagi suami tidaklah semudah yang dikatakan di awal pernikahan. Begitu banyak tantangan setelah pernikahan itu dilakukan dan waktu serta perhatian mulai terbagi. Butuh hati yang lebih kuat dan lebih tegar agar semuanya terasa ringan.
Tidak lama kemudian, sebuah mobil hitam mewah masuk ke halaman rumah besar itu.
Hansel turun perlahan dan dia melihat ke lantai dua. Istrinya Amora berada disana berdiri menatapnya. Senyum mengembang indah di bibirnya.
Cepatlah kemari, aku sangat merindukanmu...
Ucap Amora lirih.
Hansel menatapnya dan mengangguk lalu tersenyum tipis melihat istrinya yang sudah menahan kerinduan selama satu Minggu.
Hansel langsung naik tangga dan begitu sampai diatas, sebuah pelukan langsung menyambutnya.
"Kau lama sekali. Aku sangat merindukanmu..." Amora memeluknya dan tidak peduli jika saja mertuanya akan lewat dan melihatnya seperti itu.
"Aku tahu. Ayo kita kedalam...."
Hansel menggendongnya ke kamarnya dan menutup kamar mereka dari dalam.
Amora bergelanyut di dadanya dan kedua tanganya melingkar di leher suaminya.
"Tunggu dulu...." pinta Amora ketika Hansel akan merebahkannya di atas tempat tidur.
"Hem.... baiklah...."
"Apakah kau tidak ingat padaku ketika bersamanya?" ucapnya manja.
"Tentu aku ingat. Kau selalu aku ingat setiap saat,"
"Bohong! Apa buktinya jika kau ingat padaku?"
"Kau selalu menari dimataku dan senyummu yang indah itu membuatku ingin datang kemari..."
"Kenapa tidak datang?"
"Karena kita harus menunggu satu Minggu. Tidak mudah aku berbagi hati dan waktu. Tapi aku terus berusaha melakukan yang terbaik untuk kalian berdua,"
"Aku merasa kau mulai mencintai nya..." Amora masih merasa cemas akan posisinya di hati Hansel.
Berulang kali dia menanyakan dan meragukan cinta Hansel untuknya setiap kali bertemu. Dan berulang kali juga Hansel harus menjelaskan padanya jika dia mencintainya. Namun pernyataanya tidaklah cukup bagi Amora.
"Apa yang kau inginkan? Aku tidak mengerti..."
"Aku merasa sesak setiap kali kamu berada dirumahnya. Aku tahu aku salah. Tapi kau tahu...sebelumnya kau hanya kekasihku dan milikku seorang. Tapi kini aku harus berbagi dirimu dengan perempuan lain. Aku merasa hatiku sakit dan tersayat setiap kali membayangkan kau dikamar bersamanya...."
Amora mulai terisak dan menangis.
"Hem...kau selalu menangis setiap kali bertemu. Maafkan aku...apa yang harus aku lakukan untuk mengurangi deritamu?"
Hansel merebahkan pelan-pelan tubuh istrinya di atas kasur.
Dan dia tahu apa yang harus dia lakukan setiap kali Amora merajuk seperti itu.
Jika terus bicara maka akan menjadi badai besar. Dan yang harus dia lakukan adalah memeluknya dan memperlakukan dirinya dengan mesra.
Mencumbunya dengan lembut hingga dia lupa rasa sakit dihatinya.
Awalnya Amora akan menolaknya namun Hansel tidak menyerah begitu saja. Dia mulai memahami jika Amora tidaklah sekuat dan setegar Nigar.
Dengan Nigar semuanya terasa mudah, dia tidak pernah bertanya dan menanyakan apa yang di lakukanya dengan Amora.
Namun Amora akan terus bertanya padanya setiap hari, apa yang sedang dilakukannya dengan Nigar.
Butuh kesabaran ekstra dalam menghadapi sikap Amora.
"Sayang....kau cantik sekali hari ini..."
"Bohong...."
"Aku mencintaimu, sangat mencintaimu...." ucap Hansel sambil mengecup berulang kali leher Amora.
Dan apa yang dilakukan Hansel membuatnya tak berdaya hingga dia lupa pada keraguan di hatinya.
"Ehm....." Amora melenguh dan membiarkan setiap kerinduannya terbayar saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Hanipah Fitri
Niger wanita tegar
2023-06-14
0
Putu Suciptawati
aku mewek baca part ini. secara ckara ga salah sih dia khan kekasih hanum bagaimanapun tegarnya wanita pasti ga maulah suaminya berbagi cinta dng wanita lain
2023-02-01
0