Setelah sampai ditempat tujuan, akhirnya lelaki itu menurunkan Azura di rumah temannya.
"Hai Dillon," sapa perempuan berambut cepol.
"Hai," sapa Dillon.
"Dia siapa?" perempuan itu menunjuk Azura.
"Dia temanku."
Kini Azura tidak penasaran lagi, ia jadi tahu nama lelaki itu berkat perempuan itu.
"Kenapa dia tidak memiliki sayap?" tanya perempuan berambut pirang.
"Karena dia cacat, makanya sayapnya tidak tumbuh," kata Dillon.
Dillon menatap Azura. "Kamu disini dulu, bantuin mereka. Nanti aku akan kesini lagi kalau pekerjaanku telah selesai.".
"Kamu mau kemana?" tanya Azura, lalu Dillon menjawab jika dia akan pergi membawa keranjang-keranjang ini ke peri kebun.
Azura ingin ikut bersama Dillon, namun Dillon menatap Azura dengan tatapan datar.
"Ya sudah aku disini aja. Tapi aku tidak akan dibunuh sama mereka, kan?" bisik Azura.
"Tidak."
Dillon mengambil keranjang-keranjang yang telah dibuat oleh perempuan berambut cepol dan perempuan berambut pirang. "Kalau gitu aku pergi dulu."
Kedua peri itu menatap kearah Azura. "Kamu kekasih Dillon?" tanya peri berambut pirang.
Lalu, Azura menggelengkan kepalanya
"Namamu siapa?" tanya peri berambut cepol.
"Aku Azura. Kalau nama kalian siapa?"
'Nama aku Alice. Dan dia Grace," ujar peri berambut cepol.
Azura bertanya tentang tugas apa yang harus ia kerjakan. Dan mereka menjawab bahwa tugas Azura sama seperti mereka, yaitu membuat keranjang.
"Untuk apa keranjang?"
"Untuk menyimpan buah-buahan," ujar peri berambut cepol.
"Bagaimana cara buatnya?"
"Emang selama ini kamu tidak diajarkan untuk membuat keranjang?" sinis peri berambut pirang.
Azura terdiam, ia merasa takut dengan peri berambut pirang, karena nada bicara peri itu terkesan jutek.
"Kamu ikutin cara kami aja, nanti juga kamu pasti bisa," ujar peri berambut cepol.
Setelah melihat mereka, akhirnya Azura mengerti cara membuatnya. Lalu ia membantu mereka membuat keranjang.
"Kayak gini?" tanya Azura, lalu mereka mengangguk.
"Azura, aku punya sesuatu untuk kamu," ujar peri berambut cepol.
Tanpa aba-aba, peri berambut cepol memakaikan mahkota yang terbuat dari bunga ke kepala Azura.
"Wah! bagus banget. Ini buat aku?"
Peri berambut cepol mengangguk. "Itu sebagai hadiah pertemanan."
Tak lupa, Azura berterimakasih kepada peri berambut cepol karena telah memberikan Azura hadiah.
"Kamu cantik sekali. Tapi sayang, kamu tidak memiliki sayap seperti kami dan juga bahasa kamu sedikit aneh."
Azura diam saja, ia tidak tahu apakah itu pujian atau hinaan.
"Kamu tinggal dimana?"
"Aku tinggal di rumah Dillon."
"Hah!" kedua peri itu terkejut mendengar ucapan Azura.
"Eh! maksudnya didekat rumah Dillon."
...****************...
"Ifa bangun!" teriak Felly sambil menggoyangkan tubuh Asyifa.
Asyifa membuka matanya dan ia baru sadar kalau ternyata waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh.
"Cepat buatin sarapan," suruh Felly, karena memang ia tidak bisa memasak.
"Iya, tunggu sebentar. Nyawa aku masih belum terkumpul."
"Oh iya! Azura mana?" tanya Felly.
Asyifa menoleh ke samping. "Loh! dia kemana?"
Felly mengerutkan keningnya, karena yang sekamar dengan Azura adalah Asyifa. Jadi seharusnya Asyifa lebih tahu dimana Azura sekarang.
"Mungkin dia lagi ke taman kali ya, soalnya kan dia kepo banget sama penghuni taman itu."
"Ya ampun! masa gara-gara mimpi kayak gitu dia jadi stres sih."
"Kayaknya dia kebanyakan nonton film fantasi deh, makanya jadi kayak gitu."
Skip
Setelah mandi, Asyifa langsung memasak makanan untuk semuanya. Lalu, Widya menghampiri Asyifa.
Widya bertanya dimana Azura, lalu Asyifa menjawab bahwa Azura sedang berada di taman.
"Tadi aku ke taman tapi gak ada siapa-siapa disana."
"Kamu tadi ke taman?" tanya Asyifa memastikan, pasalnya Widya awalnya sangat takut ke taman.
"Iya. Soalnya tadi gue pingin foto-foto. Oh iya! ternyata tamannya gak menakutkan seperti yang aku bayangkan. Malah indah banget tamannya."
"Serius dia gak ada disana?" khawatir Asyifa. Lalu, Widya menjawab bahwa Azura memang tidak ada di taman.
Asyifa terdiam sejenak, ia jadi ingat bahwa semalam ia dan Azura pergi ke taman.
"Kenapa?" bingung Widya karena Asyifa diam saja.
"Apa jangan-jangan dia dibawa sama penghuni itu."
"Kamu ngomong apaan sih. Bisa aja kan dia lagi jalan-jalan keluar."
Felly datang menghampiri Asyifa dan Widya.
"Guys! ini handphone Azura bunyi," kata Felly.
"Telepon dari siapa?" tanya Widya.
"Mamahnya," jawab Felly.
"Ya udah sini, biar aku yang angkat"
Asyifa mengangkat panggilan telepon dari tersebut.
"Hallo, Tante."
"Loh! kenapa kamu yang angkat teleponnya?"
"Soalnya Azura nya lagi jalan-jalan keluar, Tante."
Asyifa bertanya mengapa Mamahnya Azura menelpon. Dan ternyata Mamahnya Azura hanya ingin tahu keadaan Azura saja.
"Tenang aja, Tante. Azura baik-baik aja kok."
"Syukur deh kalau gitu. Oh iya! kalian udah pada sarapan belum?'
"Belum, Tante. Tapi ini lagi mau buat sarapannya kok."
"Ya udah kalau gitu Tante tutup dulu ya teleponnya. Nanti kalau ada apa-apa telepon ya." Sesudah berkata seperti itu, Mamah Azura langsung mematikan teleponnya.
Asyifa menghela nafasnya, akhirnya panggilan telepon tersebut dimatikan. Sejujurnya ia merasa bersalah karena telah membohongi mamah Azura.
Tapi ya bagaimana lagi, jika Asyifa memberitahu kebenarannya, ia takut orang tua Azura akan cemas.
Asyifa mengajak Felly dan Widya pergi menuju taman untuk memastikan apakah Azura ada disana atau tidak.
Sesampainya disana, mereka bertiga sama sekali tidak bertemu dengan Azura.
Karena dirasa Azura tidak ada di taman, akhirnya Asyifa, Felly dan Widya berpencar untuk mencari Azura.
Tujuan utama Asyifa yang pertama adalah warung-warung, karena sepertinya Azura pergi kesana untuk membeli makanan.
Ketika sampai di warung, kebetulan sekali banyak orang yang sedang mengobrol santai. Sejujurnya Asyifa sangat malu, karena semua orang itu berjenis kelamin laki-laki. Dan sepertinya warung ini adalah tongkrongan mereka.
"Permisi."
Serentak semuanya menoleh kearah Asyifa. Tatapan mereka seakan-akan mengintimidasi Asyifa. Bagaimana tidak, mereka menatap Asyifa dari ujung rambut hingga ujung kaki.
"Mau beli apa?" tanya lelaki yang wajahnya lumayan tampan dan sepertinya dia adalah anak pemilik warung.
"Aku mau tanya. Kalian lihat cewek berambut panjang dan punya tahi lalat dibawah bibir gak?"
"Lihat kok. Tunggu sebentar, aku panggilkan dia dulu," kata lelaki itu sambil masuk kedalam rumah.
Asyifa heran, mengapa Azura berada didalam rumah orang itu. Apakah Azura mengenal orang itu?
Tak lama, lelaki itu muncul bersama seorang perempuan. Ya, perempuan itu berambut panjang dan punya tahi lalat dibawah bibir.
"Dek, katanya orang tadi nyari kamu," ujar lelaki itu.
"Maaf, bukan dia yang aku cari. Tapi aku lagi cari teman aku, dia dari semalam belum pulang."
"Kalau teman kamu, saya gak tahu," kata lelaki itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments