Azura pergi menuju taman dibelakang rumah, karena ia penasaran dengan taman itu. Ia ingin tahu seberapa menakutkannya taman itu, sampai-sampai pemilik rumah membicarakannya.
Setelah diamati, taman itu tidak menyeramkan. Bahkan taman tersebut sangat indah, hingga membuat mata Azura berbinar-binar karena terpesona akan keindahannya.
Azura terus berjalan lurus dan entah kenapa semakin ia berjalan, ia merasa pohon-pohon disekitarnya semakin besar.
"Berhenti!" teriak seseorang.
Tubuh Azura mematung sejenak karena ia sangat terkejut karena kehadiran seseorang. Setelah itu, ia menengok kebelakang untuk melihat siap orang yang menyuruhnya untuk berhenti.
Seseorang berwajah rupawan menghampiri Azura. Saking tampannya, Azura sampai tidak berkedip.
Mata, hidung, bibirnya begitu indah. Hingga Azura berkata didalam hati, apakah ia sedang ada di surga atau tidak.
Baru kali ini Azura bertemu dengan lelaki tampan seperti orang yang dihadapannya sekarang.
"Ada tujuan apa datang kesini?" tanya lelaki itu.
Sorot matanya begitu mengintimidasi Azura, sehingga Azura sedikit takut kepadanya.
"Jawab!" bentak lelaki itu.
"Aku cuma mau lihat-lihat taman doang," jawab Azura.
"Ini wilayah kami! manusia tidak boleh datang kesini!"
"Kenapa gak boleh?"
Lelaki bermata sipit itu terus mengatakan bahwa wilayah ini miliknya. Begitupun sebaliknya, Azura menjelaskan bahwa taman milik bersama.
"Tidak! ini milik kami!" murka lelaki itu.
"Kalau aku gak mau pergi gimana?" tantang Azura.
"Kalau kamu tidak mau pergi, kami akan membunuhmu."
Azura tertawa terbahak-bahak mendengar ucapannya. Bagaimana bisa dia membunuh Azura hanya karena Azura datang ke taman.
"Kamu lucu."
"Saya sedang tidak bercanda!" lelaki itu menarik tangan Azura.
Azura melihat punggung lelaki itu. "Itu apa yang ada dipunggung kamu?"
Lelaki itu tidak menjawab perkataan Azura, ia hanya berjalan lurus kedepan.
Setelah sampai diperbatasan, orang itu berhenti berjalan.
"Kamu jalan lurus kesana dan kamu harus menutup matamu. Nanti setelah kamu merasakan sesuatu yang aneh pada tubuhmu, kamu boleh membuka mata," perintah lelaki itu.
"Kalau nanti aku tertabrak sesuatu bagaimana?"
"Tidak akan!"
Azura agak ragu menuruti perintah lelaki itu. Pasalnya ia takut lelaki itu hanya menjahilinya.
"Turuti saja perintahku!"
Melihat ekspresinya yang seolah sedang tidak bercanda, membuat Azura menuruti perintahnya.
...****************...
"Azura!"
Teriakan Asyifa membuat Azura terbangun dari mimpi anehnya.
Azura menghela nafasnya. "Ternyata cuma mimpi."
"Cepet mandi!" perintah Asyifa.
Asyifa memang terlalu cerewet. Seharusnya ia mengerti bahwa Azura baru saja bangun, tetapi dia malah menyuruh Azura untuk mandi.
Dibandingkan yang lainnya, Azura memang yang paling lama dalam urusan mandi. Jadi mungkin itu alasan Asyifa menyuruhnya mandi, karena sepertinya sahabat-sahabatnya yang lain tidak sabar ingin sarapan pagi.
Azura mengambil handuk dan pakaiannya, lalu ia segera mandi. Karena jika kelamaan, ia takut sahabat-sahabatnya marah.
Skip
Sesudah mandi, Azura menghampiri sahabat-sahabatnya yang sedang sarapan. Azura berpikir bahwa mereka akan menunggunya, tetapi mereka malah menikmati makanan lebih dulu.
Karena perut Azura terus berbunyi, ia segera memakan makanannya.
"Guys! tadi aku mimpi aneh." Azura memulai pembicaraan.
"Mimpi apaan?" tanya Felly.
"Mimpi ketemu cowok, tapi cowok itu punya sayap."
"Mungkin itu pertanda kalau kamu akan punya pacar kali," kata Felly.
Azura menyangkalnya perkataan Felly. Karena ia merasa yakin bahwa mimpi itu pertanda bahwa di taman itu memang ada sesuatu yang aneh.
"Udah jangan bahas taman lagi, udah tahu gue takut," kata Widya.
"Gimana kalau nanti habis makan kita ke taman belakang," ajak Azura.
"Gak mau!" ujar Asyifa, Felly, dan Widya bersamaan.
Azura menatap datar kearah ketiga sahabatnya. "Dasar penakut!"
Terlintas dipikiran Azura tentang lelaki yang ada dalam mimpinya. Tanpa sadar, ia tersenyum karena lelaki itu merupakan tipe idealnya.
"Kenapa senyum-senyum kayak gitu?" tanya Felly.
"Soalnya aku keinget cowok dalam mimpi, pokoknya cowok itu ganteng banget dan dimimpi itu dia pegang tangan aku."
"Efek kelamaan jomblo, jadi mimpi kayak gitu," kata Widya.
Asyifa dan Felly tertawa mendengar perkataan Widya. Pasalnya Azura memang sudah lama menjomblo.
"Ra, mantan lo udah punya pacar loh," kata Widya.
Azura bersikap bodo amat dengan perkataan Widya. Jujur ia kesal karena mereka bertiga mengira kalau Azura belum move on. Padahal sebenarnya Azura tidak pacaran lagi karena ia sudah cukup bahagia tanpa seorang pacar.
"Kamu gak ada niatan pacaran lagi gitu?" tanya Asyifa.
"Gak ada!"
Felly menyuruh Azura untuk move on dan itu membuatnya sedikit kesal. Karena Azura sudah berkali-kali berkata sudah move on kepada sahabat-sahabatnya, namun ketiga sahabatnya masih mengira Azura belum move on.
"Kenapa milih nge-jomblo mulu?" tanya Asyifa.
"Soalnya lebih enak jomblo. Gak akan ada yang ngatur."
"Tapi kamu pasti kesepian, kan?" tanya Asyifa lagi.
"Enggak kok. Kan ada kalian, jadi aku gak akan merasa kesepian."
Lain di mulut, lain dihati. Ya, Azura sebenarnya ingin sekali mempunyai pacar. Tetapi sayangnya untuk sekarang ia masih bingung memilih lelaki yang tepat untuknya.
"Kalau gak ada kita bertiga berarti kamu kesepian ya?" tanya Asyifa.
"Enggak juga sih." Azura tertawa kecil, padahal sebenarnya ia pasti akan kesepian bila tidak ada ketiga sahabatnya.
Trining! Trining!
Ponsel Widya berbunyi, spontan semuanya melirik kearah ponsel Widya yang berada di meja makan.
"Siapa itu?" tanya Felly, padahal sebenarnya ia tahu bahwa panggilan telepon tersebut dari pacarnya Widya.
"Guys, aku keluar dulu ya. Soalnya kalau disini takutnya gak kedengaran," kata Widya sambil pergi keluar rumah.
"Emangnya suara kita bertiga sangat berisik?" sinis Felly.
"Kalau aku sama Azura gak berisik. Cuma kalau kamu emang berisik," canda Asyifa sambil tertawa.
Felly menatap datar kearah Asyifa, karena ia merasa bahwa suara Asyifa jauh lebih berisik daripada suara dirinya.
"Azura, menurut kamu siapa yang lebih berisik? aku atau Asyifa?" tanya Felly.
Azura menatap kearah Felly, lalu ia menatap kearah Asyifa. Ia bingung menentukan, karena Felly dan Asyifa sama-sama berisik.
"Aku gak tahu."
"Pasti kamu mau jawab Felly, kan? cuma kamu takut dia marah," kata Asyifa.
"Bukan! aku gak jawab karena kalian berdua sama-sama berisik." Azura tertawa.
Felly dan Asyifa menatap datar kearah Azura. Mereka kira Azura akan menjawab salah satu diantara mereka.
"Gak apa-apa berisik, yang penting kita berdua punya pacar," ledek Felly.
"Ya gak apa-apa."
"Udah cukup! kasihan Azura jadi sedih," ujar Asyifa sambil tertawa.
"Siapa juga yang sedih, malah aku senang kok sekarang."
Widya kembali masuk rumah dan ia menghampiri Azura, Felly dan Asyifa.
"Azura, kenal Andreas gak?" tanya Widya.
"Kenal. Emang kenapa?"
"Dia itu teman pacar aku. Dan dia katanya minta nomer telepon kamu. Aku kasih jangan nomer teleponnya?" tanya Widya. Lalu, Azura menolak, karena Andreas sama sekali bukan tipenya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments