Akhirnya lelaki itu berhenti disebuah rumah. Dan Azura yakin bahwa rumah itu milik lelaki yang bersama Azura.
"Tolong jangan bunuh aku. Aku belum mau mati. Aku janji bakal turutin apapun keinginan kamu asalkan kamu gak bunuh aku," mohon Azura.
"Janji?" tanya lelaki itu, lalu Azura hanya mengangguk.
"Ya sudah kalau gitu besok kamu harus bantuin aku."
"Iya, aku bakal bantuin kamu kok."
Lelaki itu mengajak Azura masuk kedalam rumahnya. Tetapi Azura menolaknya, karena ia takut jika lelaki itu membunuhnya.
"Aku tidak akan membunuhmu," ujar lelaki itu yang seolah-olah tahu isi pikiran Azura.
"Aku disini aja."
"Kamu yakin mau diluar?" tanya lelaki itu dan lagi-lagi Azura hanya mengangguk.
"Ya sudah kalau gitu jangan salahkan aku jika tiba-tiba ada seseorang yang membunuhmu."
Azura menggigit bibir bawahnya, ia sangat ketakutan setelah mendengar perkataan lelaki itu.
"Ya udah aku ikut kedalam." Akhirnya Azura dan lelaki itu masuk kedalam rumah
Lelaki itu menyuruh Azura untuk duduk di kursi kayu.
"Kamu gak akan bunuh aku, kan?"
"Kalau kamu menepati janjimu, aku tidak akan membunuhmu."
Lelaki itu mengambil makanan dan dia menaruh makanan itu di meja.
"Wah! besar banget buahnya."
"Bukan buahnya yang besar, tapi kita yang kecil."
"Jadi aku mengecil?" tanya Azura, lalu lelaki itu mengangguk.
Azura bertanya kepada lelaki itu, apakah ia bisa kembali besar lagi atau tidak. Dan lelaki itu menjawab bahwa Azura bisa kembali ke daratan (tempat manusia), bentuk tubuh Azura akan berubah seperti semula.
"Ya udah kalau gitu aku pergi ya, soalnya aku tidak tinggal disini."
"Kamu sudah lupa dengan janjimu?"
Azura menelan salivanya. "Aku ingat kok. Tapi kalau aku sudah membantumu apakah aku bisa pergi?" tanya Azura memastikan, lalu lelaki itu menjawab bahwa Azura bisa kembali.
Lelaki itu menyuruh Azura untuk makan, karena ia sudah menjadi tradisi jika seorang tamu harus disuguhi makanan.
"Ini tidak beracun, kan?"
"Kamu tidak tahu berterima kasih ya. Sudah aku kasih makanan malah menuduh kalau makanan ini beracun."
"Maaf, aku cuma takut kalau kamu bunuh aku."
"Aku sudah bilang dari awal, kalau aku tidak akan membunuhmu. Kecuali kalau kamu mengingkari janji."
Azura berjanji bahwa ia akan menepati janjinya.
"Ya sudah silahkan makan!" perintah lelaki itu.
Azura memakan buah blackberry pemberian lelaki itu.
"Nama kamu siapa?"
"Aku tidak mau memberi tahu namaku," ujar lelaki itu.
"Kenapa?"
"Karena kamu manusia. Jadi aku tidak akan memberi tahu namaku kepada manusia."
...****************...
Azura melihat ke sekitar, ia sedikit bingung dengan hal yang ia alami sekarang. Apakah ini kenyataan atau hanya mimpi Azura saja?
"Kenapa?" tanya lelaki itu saat melihat Azura yang sedang menatap kesekitar.
"Hmm...kamu tinggal sendiri?"
Lelaki itu mengangguk.
"Udah selesai makannya?"
"Udah."
"Ya sudah sekarang kamu tidur."
"Aku tidur dimana?" bingung Azura, karena disini tidak ada ranjang untuk tidur.
Lelaki itu menunjuk ke sarang burung.
"Tidur di sarang burung?" kaget Azura.
"Kenapa? kamu tidak mau?"
"Aku mau kok," jawab Azura terpaksa.
"Ya sudah ayo kita tidur."
Apakah Azura salah dengar? bisa-bisanya lelaki itu mengajak Azura untuk tidur berdua dengannya.
Azura memastikan lagi. "Kita tidur berdua?"
Lelaki itu mengangguk mengiyakan ucapan Azura.
"Aku gak mau," tolak Azura.
"Kenapa?"
"Kamu kan lelaki dan aku perempuan."
"Memangnya ada masalah kalau aku lelaki?"
Azura terdiam, ia bingung menjelaskannya.
"Aku tidur disini aja," tunjuk Azura pada lantai kayu.
"Ya sudah," ujar lelaki itu dan ia tidur di sarang burung
"Jangan kabur! Kalau kamu kabur, aku akan membunuhmu," ancam lelaki itu.
"Iya, aku gak akan kabur kok."
Kemudian, Azura tidur dilantai. Sepertinya jika ia bangun di pagi hari, tubuhnya pasti akan terasa sakit.
Beberapa menit kemudian setelah Azura tertidur, lelaki tersebut menghampiri Azura. Ia menggendong Azura dan memindahkannya ke tempat tidur. Setelah meletakkan Azura ditempat tidur, lelaki tersebut ikut tidur bersama Azura.
...****************...
Pagi hari
Azura terbangun dan ia terkejut saat mengetahui bahwa ia sedang tidur di sarang burung. Ia pikir bahwa ia tidak akan nyaman tidur di sarang burung, tapi nyatanya tidur di sarang burung sangat nyaman dan hangat.
"Ayo bangun!"
"Kita harus bekerja?" kaget Azura, secara ia baru bangun dari tidurnya.
"Iya. Ya sudah ayo ikut aku."
Azura dan lelaki itu segera keluar. Kemudian lelaki itu terbang meninggalkan Azura.
"Hei!"
Lelaki itu menoleh kebelakang, lalu ia kembali menghampiri Azura.
"Maaf, aku lupa kalau kamu tidak bisa terbang."
Lelaki itu mendekat dan otomatis Azura mundur kebelakang.
"Kamu mau ngapain?"
"Menggendong kamu."
"Aku gak mau digendong! aku bisa jalan sendiri."
"Tempatnya sangat jauh, jadi pasti kamu akan kelelahan," ucap lelaki itu. Namun Azura menolak untuk digendong olehnya.
Kemudian, lelaki itu menyuruh Azura untuk mengikutinya. Ya benar, dia terbang, sedangkan Azura berjalan kaki.
10 menit kemudian...
"Tempatnya masih jauh?"
"Iya masih."
"Butuh berapa lama lagi buat kesana?"
"Karena kamu berjalan, mungkin butuh 20 menit lagi untuk sampai kesana."
Azura terkejut mendengar perkataannya. Sepertinya ia akan mati akibat kelelahan karena berjalan kaki.
"Kenapa?"
"Jauh banget."
"Kamu capek?"
Azura mengangguk, ia memang sangat kelelahan.
"Mau aku gendong?"
Azura terdiam sejenak. Sejujurnya ia ingin, tapi ia sangat malu mengatakannya.
"Ya sudah kalau tidak mau."
"Aku mau kok. Tapi jangan cepet-cepet terbangnya, soalnya aku takut."
Lelaki itu menghampiri Azura dan ia langsung menggendong Azura.
Ketika digendong oleh lelaki itu, Azura selalu gagal fokus karena ketampanannya. Sungguh, lelaki itu sangat tampan. Mungkin jika dia ada didunia manusia, dia akan menjadi seorang artis.
"Kenapa menatapku seperti itu?" tanya lelaki itu, sontak Azura langsung memalingkan wajahnya.
"Aku tidak menatap kamu kok."
"Apa kamu tertarik denganku?"
Azura tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan dari lelaki itu.
"Kamu jangan kepedean deh."
"Apa itu kepedean?"
"Percaya diri."
Lelaki itu mengangguk paham.
"Oh iya! semalam kamu pindahkan aku ke sarang burung ya?"
"Iya, karena kamu terlihat seperti tidak nyaman tidur dilantai. Makanya aku pindahkan kamu ke tempat tidurku."
Sudah tampan, baik pula hatinya. Tetapi sayangnya lelaki itu bukanlah manusia. Jika saja dia seorang manusia, Azura akan menjadikan dia sebagai pacarnya.
"Kamu haus tidak?" tanya lelaki itu, lalu Azura mengangguk karena ia memang sedang kehausan.
Akhirnya lelaki itu mendaratkan tubuhnya didekat kubangan air.
"Silahkan minum!" suruh lelaki itu.
Syok, itulah yang dirasakan Azura saat ini. Bagaimana bisa dia menyuruh Azura meminum air tersebut.
"Cepat minum! air disini tidak tercemar, jadi kamu tidak usah cemas."
Dengan terpaksa, Azura meminum air tersebut dengan menggunakan kedua tangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments