Bukan manusia

Azura merasa aneh karena taman yang ia lihat sekarang persis dengan taman yang berada didalam mimpinya. Padahal ia baru sekarang mengunjungi taman ini.

Ia merasa bahwa mimpinya benar. Pasti ada sesuatu di taman ini, sehingga pemilik rumah ini melarang Azura dan sahabatnya pergi ke taman.

Azura berjalan lurus kedepan. Ia melihat kesekitar, yang mana tidak ada satupun orang di taman.

Azura berteriak. "Apa ada orang disini?"

"Apa mungkin mereka hanya datang di malam hari?" batin Azura.

Karena tidak mendapatkan sesuatu yang aneh, akhirnya Azura kembali ke rumah.

"Felly sama Widya kemana?"

"Mereka lagi ke warung, katanya sih pingin beli beberapa snack dan minuman dingin," jawab Asyifa.

Azura mendekat kearah Asyifa. "Ifa, aku mau bilang sesuatu."

"Pasti soal taman lagi, kan?" tebak Asyifa, lalu Azura mengangguk.

Asyifa menggelengkan kepalanya, ia heran dengan Azura yang terus membicarakan taman dibelakang rumah.

Sudah berkali-kali Azura berbicara tentang hal itu, sampai-sampai membuat Asyifa merasa jengkel.

"Kayaknya kamu kebanyakan nonton film deh, makanya jadi kayak gini," kata Asyifa.

"Tapi serius loh! aku kan tadi ke taman dan tamannya persis sama yang ada didalam mimpi aku. Padahal kan aku baru pertama kali lihat tamannya," jelas Azura.

Asyifa terdiam, karena sepertinya Azura tidak berbohong tentang hal itu.

"Mimpi bisa aja benar, kan?"

"Iya bisa."

"Terus kenapa kamu gak percaya sama perkataan aku?"

Asyifa menjelaskan bahwa mimpi Azura sangat aneh. Azura juga berkata bahwa ada manusia bersayap, jadi karena itu Asyifa tidak percaya dengan Azura.

Selain itu, Azura juga menjelaskan bahwa lelaki itu bukan manusia.

"Dia beneran bukan manusia?" tanya Asyifa.

"Bukan. Soalnya waktu aku kesana, dia berkata bahwa manusia tidak boleh datang kesini," jelas Azura sambil mencontohkan ucapan lelaki yang ada dimimpinya.

Bukannya menanggapi perkataan Azura dengan serius, Asyifa malah menertawakannya dan itu membuat Azura sangat kesal.

"Ifa, kok lo ketawa sih" kesal Azura.

"Habisnya lucu aja dengernya," ujar Asyifa.

"Kalau mimpi memang sebagian ada yang benar, tapi kalau soal mimpi kamu kayaknya itu cuma kebetulan aja."

"Jadi kamu gak percaya sama gue?" tanya Azura, lalu Asyifa menjawab bahwa dia tidak mempercayainya.

Untuk membuktikan bahwa ucapan Azura benar, akhirnya Azura mengajak Asyifa untuk pergi ke taman pada jam dua belas malam. Tetapi sayangnya, Asyifa menolak ajakan Azura.

"Please, sekali aja turutin perkataan aku," mohon Azura.

Melihat Azura memohon-mohon seperti itu, membuat Asyifa merasa kasihan.

"Ya udah iya. Tapi kalau terbukti gak ada apa-apa, nanti pulang dari sini kamu harus traktir aku."

"Iya, nanti aku akan traktir kamu."

...****************...

Malam hari

Azura pergi menuju kamar Felly dan Widya untuk memeriksa apakah mereka sudah tidur atau belum. Dan setelah dicek, ternyata keduanya sudah tidur dengan pulas.

Kemudian Azura kembali menghampiri Asyifa. "Ya udah ayo ke taman."

"Ra, kenapa mesti mengendap-endap kayak gini sih?" bingung Asyifa.

"Soalnya mereka berdua gak percaya sama aku," ujar Azura, padahal Asyifa sendiri juga tidak terlalu mempercayai perkataan Azura.

"Kamu takut mereka menertawakan kamu ya?" tebak Asyifa.

"Enggak kok."

Tak ingin berlama-lama, Azura mengajak Asyifa pergi menuju taman.

Entah bagaimana lampu-lampu taman bisa menyala. Padahal saat tadi Azura kesini, tak ada satupun lampu yang menyala.

"Bagus juga ya tamannya," kata Asyifa.

"Iya, tamannya emang bagus."

"Terus kita mau ngapain disini?"

"Kita tunggu sampai dia datang."

Perkataan Azura membuat Asyifa kebingungan. Lantaran Asyifa tidak tahu siapa orang yang ditunggu oleh Azura di taman ini.

15 menit kemudian...

"Ra, udah lima belas menit nih," keluh Asyifa.

"Sabar, nanti juga dia datang."

"Ra, lebih baik kita tidur aja. Lagian udah malam."

"Aku belum ngantuk."

Karena Asyifa sangat mengantuk, akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke rumah.

"Ya udah kalau gitu aku tidur ya."

"Katanya mau ditraktir."

"Gak jadi deh. Aku lebih baik tidur aja daripada menghabiskan waktu yang sia-sia." Asyifa kembali ke rumah.

"Kenapa sih pada gak percaya sama aku," batin Azura.

Azura mengingat kembali mimpi kemarin. Ia baru sadar bahwa dimimpi itu, ia harus menutup kedua matanya saat memasuki dunia yang ada dimimpinya.

Untuk membuktikannya, akhirnya Azura menutup matanya sambil berjalan lurus. Setelah lama berjalan, akhirnya Azura membuka kedua matanya, sebab ia mendengar suara.

Azura terkejut saat melihat ke sekelilingnya. "Wah! akhirnya aku sampai juga ditempat ini."

Serentak semuanya menatap kearah Azura dan mereka berbisik sambil menatap Azura dengan tatapan aneh.

Tiba-tiba, seseorang menarik tangan Azura. "Kamu siapa? kenapa kamu tidak memiliki sayap dipunggung?"

Pertanyaan macam apa itu? baru kali ini Azura mendapatkan pertanyaan aneh dari seseorang yang bahkan ia tidak kenal.

"Dia adalah temanku." Lelaki itu memegang pergelangan tangan Azura.

Ya, lelaki itu sama persis seperti lelaki yang bertemu Azura dimimpi.

"Kenapa dia tidak mempunyai sayap seperti kita?" orang itu kembali bertanya.

"Karena dia cacat," ujar lelaki yang ada dalam mimpi Azura.

"Enak aja aku dibilang cacat!" kesal Azura.

Baru kali ini Azura dikatai cacat oleh seseorang. Padahal yang seharusnya dikatai cacat adalah mereka, karena telinga mereka sangat panjang.

Semua orang menatap tajam kearah Azura. Dan itu membuat Azura menunduk karena ia sangat takut.

"Semoga suatu saat nanti kamu bisa terbang seperti kami," ujar seorang perempuan.

Tanpa aba-aba, Azura digendong oleh lelaki yang ada dimimpinya.

"Kamu kenapa gendong aku?"

"Diam! jangan banyak bicara," bisik lelaki itu.

Lelaki itu terbang sambil menggendong Azura. Dan Azura tak bisa berkata-kata, karena baru kali ini Azura merasakan yang namanya terbang.

Ketampanannya lelaki itu berlipat ganda jika dilihat dari jarak dekat. Bahkan saat ini, Azura terus memandanginya wajahnya.

Azura baru sadar bahwa lelaki itu terus terbang membawa Azura. Entah kemana dia membawa Azura, tetapi Azura percaya bahwa lelaki itu tidak akan berniat jahat kepada Azura.

"Kita mau kemana?"

"Ke rumahku," jawab lelaki itu.

"Mau ngapain ke rumah kamu?"

"Mau membunuhmu."

Seketika jantung Azura ingin copot. Ia menyesal karena telah mengikuti lelaki ini. Seharusnya ia kembali saja ke rumah bersama Asyifa.

"Tolong!" teriak Azura. Karena dengan berteriak, siapa tahu ada orang yang menolongnya.

"Diam!" kata lelaki itu.

Azura menangis, karena sepertinya ia akan mati hari ini. Andai saja ia menuruti perkataan Asyifa, mungkin sekarang ia tidak akan mati.

"Jangan menangis," ujar lelaki itu dengan nada lembut.

Bukannya berhenti menangis, justru tangisan Azura semakin kencang. Ia terus berdoa dan berharap agar lelaki itu tidak membunuhnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!