Masih sangat pagi untuk beraktivitas, namun para karyawan di salah satu perusahaan yang berada di pusat kota Las Vegas sudah terlihat memadati perusahaan tersebut.
Vexia Grup, sebuah perusahaan yang baru berjalan selama lima tahun namun perusahaan ini sudah cukup berkembang pesat yang dimpimpin oleh seorang wanita berusia dua puluh lima tahun.
Wanita cantik yang berasal dari keluarga sederhana, namun ia telah berhasil menjadi orang terpandang sekaligus sukses di usia mudah. Bukan hal yang mudah untuk dilalui, banyaknya saingan perusahaan senior yang pasti sudah sangat handal dibanding dengan perusahaannya yang baru berjalan lima tahun, menjadi tantangan tersendiri bagi dirinya.
Sebuah mobil sedan berwarna putih memasuki halaman perusahaan dan berhenti tepat di lobby gedung pencakar langit. Seorang wanita yang menggunakan setelan jas berwarna putih dengan kemeja biru langit serta rambutnya yang di kuncir kuda keluar dari dalam mobil mewah tersebut.
Dan kini kaki jenjangnya memasuki perusahaan miliknya.
"Good morning, nona Ly." sapa salah seorang karyawan pada Lyora Vexia Ansara, yang hanya dibalas anggukan kepala singkat olehnya. Ia meneruskan langkahnya menuju lift khusus petinggi perusahaan.
Di sinilah ia berada, di lantai teratas gedung pencakar langit itu, disibukkan oleh berbagai macam berkas yang harus ia periksa dan tanda tangani.
"Permisi kak, siang ini jadwal pertemuan kakak dengan Wendsor Grup." ucap Ara.
"Hmm, di mana?" Lyora mengalihkan perhatiannya dari tumpukan berkas yang tidaklah sedikit jumlahnya. Menatap adik sekaligus asistennya, Dilara Levannia.
"Mereka akan berkunjung ke perusahaan setelah makan siang kak." jawab Ara yang hanya dibalas anggukan kepala oleh Lyora. Setelahnya wanita cantik itu keluar dari ruangan kakaknya tersebut.
"Sepertinya aku harus mengumpulkan tenagaku dari sekarang untuk siang nanti." Lyora bergumam seraya memutar bola matanya jengah mengingat Mr. Leon, pria yang sangat menyebalkan dan sangat sombong.
Seandainya perusahaannya tak membutuhkan relasi yang kuat untuk memenangkan tender besar dua minggu depan, ia tak akan mungkin mejalin dan menerima tawaran kerja sama dengan pria songong nan sombong seperti Mr. Leon Wendsor.
Sampai saat ini, ia masih merasa bingung dan menebak-nebak tujuan Mr. Leon bekerja sama dengan dirinya. Apa yang diinginkan pria itu dari perusahaan kecil ini hingga tak hanya satu kali pria itu menawarkan kerja sama.
Di tempat lain, seorang pria dengan topeng ciri khasnya melangkah memasuki markas besarnya diikuti oleh asisten pribadinya yang selalu mengekorinya.
"Al, bagaimana?" tanya Mr. Huen tanpa menoleh ke arah pria yang bernama Al tersebut.
"Semuanya sudah tuntas tuan, namun Ceng pemimpin organisasi itu berhasil kabur." Al menjawab santai walaupun ia tau reaksi apa yang akan di tunjukan tuannya.
"Al!!" cetus Mr. Huen geram, namun Al tetap terlihat santai, ia meletakkan ponselnya di atas meja yang berada di hadapan Mr. Huen, memperlihatkan sebuah pesan masuk yang membuat tuannya tersenyum tipis.
"Siapkan jadwal hari ini dengan baik Al. Kau memang bisa diandalkan." ujar Mr. Huen memuji kinerja yang dimiliki asisten pribadinya itu.
Sementara Al, ia segera melangkahkan kakinya keluar dari ruang kerja tuannya.
Drrttt...Drttt.. Drrtt..
Suara dering ponsel yang begitu keras, menggema memenuhi seisi ruangan. Namun si empunya tak menghiraukannya dan tetap berjibaku dengan berkas yang ada di hadapannya, mempersiapkan diri untuk meeting siang ini. Ya, siapa lagi kalau bukan Lyora Vexia Ansara. Gadis itu mulai jengah dengan bunyi ponselnya yang mengganggu konsentrasinya.
"Siapa?" gumamnya meraih benda pipih tersebut. Alisnya berkerut dalam tatkala melihat nama kontak yang tertera di layar ponselnya.
"Hallo kak."
"Kenapa lama sekali kau mengangkat panggilan telponku? Sesibuk itu kah kau hingga tak menghiraukanku?"
"Ehm ma-maaf. Ada apa kak?"
"Mama masuk rumah sakit cepatlah kemari." ucapnya yang membuat bola mata Lyora membulat lebar.
"Hah kenapa bisa? Rumah sakit mana kak." Lyora semakin terlihat panik.
"Kakak akan mengirimkan lokasi rumah sakitnya, cepatlah." ucap pria di sebrang sana seraya mematikan sambungan teleponnya.
Tanpa basa basi, Lyora langsung meninggalkan ruang kerjanya, berlari ke arah ruangan Ara dan...
Brakkkk
Dentuman pintu yang dibuka dengan kasar menimbulkan suara yang begitu nyaring. Ara yang tengah sibuk dengan laptopnya langsung mengalihkan perhatiannya, menatap bingung Lyora yang berdiri di depan pintu dengan napas yang terputus-putus.
"Ada apa kak, kenapa kakak tergesa-gesa?" tanyanya beranjak berdiri.
"Ara, mama masuk rumah sakit. Bisakah kau yang memimpin meeting siang ini?"
"Tapi kak, mama."
"Ra, kita bisa kena finalti dan jumlahnya tidaklah sedikit, soal mama nanti aku kabarin ke kamu." ujarnya, Ara hanya menganggukkan kepala dan membiarkan Lyora pergi.
*
Lyora mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi saat melewati jalan yang di kiri dan kanannya dipenuhi pepohonan yang rimbun, rasa khawatir akan kondisi ibunya tak dapat ia sembunyikan dari wajahnya.
Citttt
Suara pedal rem yang diinjak secara mendadak oleh Lyora begitu keras terdengar. Bagaimana tidak, tiba-tiba saja ada yang melintas di hadapan mobilnya.
"Apa tadi? Apa aku menabrak seseorang." gumamnya seraya turun dari mobil, dan betapa terkejutnya ia saat melihat seorang pria terbaring di depan mobilnya dengan tubuh yang berlumuran darah. Suara decitan kesakitan keluar dari mulut pria itu.
"Astaga. Apa aku menabraknya?" Lyora menutup mulutnya tak percaya. Ia mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya sebelum kemudian pandangannya kembali tertuju pada pria itu tepat pada luka tembakan di perutnya yang semakin dialiri darah.
Lyora yang terkejut merasa ada yang tidak beres dengan jalur yang ia lalui saat ini. buru-buru ia kembali masuk ke dalam mobilnya dengan lutut yang bergetar ketakutan, namun..
Dorr
Terdengar suara tembakan yang sangat nyaring membuat tubuh Lyora tiba-tiba membeku, merasakan sebuah pelukan hangat di tubuhnya.
"Apa kau baik-baik saja?" suara serak milik seseorang menyadarkan Lyora, ia menoleh.
"Cepatlah masuk, tak ada kesempatan untuk bingung jika nona tak ingin kehilangan nyawa." ucapnya seraya menarik Lyora masuk kedalam mobil dan melajukan mobil itu.
"Tuan anda siapa dan tadi? Ah ya turunkan saya dari pangkuan anda." seru Lyora takala menyadari dirinya yang masih berada dalam pelukan sekaligus pangkuan pria asing yang memakai topeng dan pakaian serba hitam.
"Ini bukanlah waktu yang tepat untuk berdebat, nyawa kita sedang dalam bahaya." pria asing itu menginjak pedal gas, menyadari anak buah Ceng masih mengejarnya.
"Sebaiknya nona berpegang." sambungnya menambah kecepatan kendaraan beroda empat tersebut. Reflek Lyora langsung memeluk tubuh pria itu dengan sangat erat, ia dapat melihat dengan jelas beberapa mata pistol yang mengarah ke mobil mereka. Siapa pria ini? Apa dia seorang penjahat? Kenapa banyak pria berpistol yang mengejarnya?
"Tuan bahu anda berdarah." ditengah-tengah kebingungannya, Lyora kembali dikejutkan dengan darah yang menyembur dari bahu pria itu.
"Kita harus ke rumah sakit sekarang." ucapnya lagi.
Pria asing bertopeng itu tak menghiraukannya.
"Ini bukan luka biasa tuan, anda terkena tembakan, apa anda tidak kesakitan? dan bagaimana kalau darah anda hab---."
Mulut Lyora langsung tekatup rapat, ia sama sekali tak mengeluarkan sepata katapun tatkala melihat tatapan tajam nan dingin pria yang tengah mengemudi mobilnya saat ini.
"Kita sudah sampai nona."
Secepat kilat, Lyora menurunkan tubuhnya dari pangkuan pria bertopeng itu dan mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya. Benar saja mereka sudah berada dilokasi yang dikirimkan oleh Bian tadi.
Dengan segera Lyora membuka pintu dan keluar dari dalam mobilnya, pun pria bertopeng itu. Ia memberikan kunci mobil ke tangan Lyora, dan melangkah pergi bgitu saja.
"Hei tuan obatilah dulu luka anda." seru Lyora mengejar pria tersebut.
Pria bertopeng itu tak menjawab dan semakin mempercepat langkah kakinya.
"Baiklah jika tuan tak ingin diobati, terimakasi telah menyelamatkan nyawa saya. Dan ya tuan tau dari mana saya mau ke rumah sakit ini?" tanyanya, jujur ia begitu penasaran. Apa pria ini bisa membaca pikiran orang lain?
"Google maps yang ada di dashboard mobil anda." Pria itu menoleh singkat, sebelum kemudian ia meneruskan langkahnya, dan masuk ke sebuah mobil sedan berwarna hitam yang baru saja berhenti di ujung jalan.
"Ah yaa, kenapa aku lupa dengan google maps--. Astaga Mama." Kesadaran Lyora kembali penuh, ia bergegas memasuki rumah sakit dengan setengah berlari.
"Damn! Kenapa wanita itu tiba-tiba muncul di tengah kegaduhan tadi. Segera awasi dia, anak buah Ceng pasti akan mengintai dan mengejarnya."
"Aku membenci siapapun yang berhubungan denganku dalam kondisi seperti ini!"
.
.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Mom La - La
cinta 3 serangkai membawakan ⚘ untukmu....
2023-02-24
1