Chapter 5

"Apa yang dilakukan pelacur kecil itu di sana?" Entah suatu kebetulan atau bukan, Mr. Leon dikejutkan dengan keberadaan Lyora yang tengah berbincang-bincang sembari meneguk wine bersama seorang pria yang memiliki perawakan khas Amerika latin.

"Apa itu pria ketiga puluh yang dia kencani?"

"Iyaa tuan. Aku akan menyingkirkan pria itu?"

"Tidak perlu, biarkan dia menikmati kencan terakhirnya." Mr. Leon tersenyum tipis seraya menghunuskan tatapan tak terbaca pada sepasang kekasih-- sebut saja kekasih yang sedang melakukan first date sekaligus last date mereka.

"Bagaimana perkembangan Vexia Group? Aku mau perusahaan itu segera bangkrut agar aku dapat mengambil kendali."

"Saat ini, saham Vexia Group semakin menurun hingga di bawa grafik, perusahaan itu akan mengalami kebangkrutan dalam waktu dekat."

"Bagus." seulas senyuman tipis terbit dari bibirnya. Ia harus memikirkan cara-cara lain agar Lyora segera bertekuk lutut padanya bahkan melempar tubuhnya dengan cuma-cuma tepat di atas ranjang miliknya.

"Dia sangat membenciku bukan? Kebenciannya padaku sama besarnya dengan kebencianku padanya. Dia wanita pertama yang merendahkanku, dan aku tak terima itu!" kilatan kebencian terlihat sangat jelas di manik mata Mr. Leon.

"Dan ayahnya..."

Brakk

Ucapan Leon terputus, ia segera menoleh ke sumber keributan di casino tersebut, begitu juga dengan Rein, ia sama sekali tak menunjukan reaksi apapun. Menonton pertunjukan akan lebih menyenangkan dibanding menjadi salah satu tokohnya.

"Hei, berani sekali kau menciumku!" sentak Lyora beranjak berdiri tatakala teman kencannya tersebut meluma* bibirnya dengan penuh paksaan.

"Be slowly baby, bukankah ini hal yang lumrah? Kita sudah saling mengenal kurang lebih 3 jam. Apa kita tak boleh melakukan ini?" pria perawakan Amerika latin tersebut ikut beranjak berdiri.

Plak

"Pria brengsek, kau merenggut ciuman pertamaku yang aku jaga untuk suamiku."

"Kau berani menamparku?!" sambil memegang pipinya yang terasa perih, pria itu menatap tajam pada Lyora.

"Kau tak tau siapa aku?!" pria itu berjalan mendekat membuat Lyora melangkah mundur. Baru beberapa langkah, pria itu berhasil merengkuh lehernya dan mencekiknya dengan sangat kuat hingga membuat wajahnya memerah.

"Lepaskan aku sialan--." Lyora memekik, saat ini dirinya sedang menjadi tontonan orang-orang yang berada di casino tersebut, namun tak satupun dari mereka yang berniat untuk menolongnya.

"Aku akan membunuhmu nona Lyora atas ke kurang ajarmu!!"

"Hei man, be gentle please. Apa yang telah pelacur kecil ini lakukan padamu?" Leon berjalan menghampiri sepasang kekasih yang tengah berdebat hingga hampir saling membunuh, refleks pria perawakan Amerika latin tersebut melepas cekalan tangannya dari leher Lyora hingga membuat wanita itu terbatuk-batuk dan segera menjauhkan tubuhnya.

"Apa kau mengenalnya?"

"Hm, dia adalah tawananku. Apa kau mau memberikannya untukku tuan?"

"Ambillah, jika tidak aku yang akan membunuh wanita ini dengan tangannku."

"Ah, terima kasih untuk sikap ramahmu tuan. Aku akan membawa pelacur kecil ini menjauh darimu." Leon menarik lengan Lyora dengan kasar hingga wanita tersebut ambruk ke dalam pelukannya.

"Kami izin permisi tuan."

"Hm." pria perawakan Amerika latin tersebut mengangkat tangannya, mengisaratkan agar Mr.Leon segera membawa pergi wanita sialan itu dari hadapannya.

"Lepaskan aku, pria brengsek." Lyora memukul-mukul punggung belakan Mr. Leon tatkala pria itu menggendongnya di atas bahunya.

Namun Mr. Leon tak menghiraukan celetukanya, ia terus membawa Lyora menyusuri lorong yang begitu gelap hingga mereka tiba di sebuah ruangan yang berada di lantai teratas casino tersebut.

"Aghht, shitt." Lyora mengumpat, saat dirinya tehuyung di atas tempat tidur dengan posisi terlentang dan Mr. Leon yang sudah berada di atasnya, menghimpitnya dengan tubuh tegap dan dadanya yang bidang.

"A-apa yang kau lakukan Mr. Wendsor?"

"Apa lagi jika bukan bercinta denganmu, pelacur kecil."

"Hahah." Lyora terbahak bak orang yang kehilangan akal, setengah tubuhnya sudah dikuasai oleh wine yang tadi ia teguk. Hingga saat ini, apapun yang keluar dari mulutnya hanyalah rancauan-rancauan tak berguna.

"Ingatlah, mulut tipismu ini akan menjadi pisau yang akan memutus nyawamu. Sudah berapa banyak orang yang tersakiti oleh mulut lancangmu!"

"Termaksud kau? Jadi kau melakukan ini untuk membalaskan dendammu tuan?"

Mr. Leon tak menjawab, tatapan matanya yang tajam dan mengintimidasi terus memandangi wajah Lyora yang hanya berukuran setengah telapak tangannya.

"Kau sengaja bekerja sama denganku hanya karena kau ingin menghancurkan karir dan perusahaanku sebagai bentuk balas dendammu?"

"Ya, aku akan menghancurkan hidup siapapun yang berani merendahkanku. Dan perusahaanmu, ah perusahaan kecil itu sudah sangat menggangguku, hingga aku harus menghancurkannya lebih dulu."

"Shitt, keparat kau!" Lyora memberontak namun pemberontakannya hanyalah kegiatan sia-sia belaka. Tubuh Mr. Leon yang dua kali lebih besar darinya membuatnya tak bisa bergerak seincipun.

"Katakan, akan kumulai dari mana untuk menyantap tubuh mungilmu ini, little girl?"

"Lepaskah aku, cuih." seru Lyora menatap Mr. Leon dengan tatapan yang takala tajam.

"Teruslah memberontak baby, semakin kau memberontak semakin aku tak ingin melepaskanmu." Leon mendekatkan wajahnya ke wajah Lyora hingga hidung mereka saling bersentuhan bahkan bibir mereka juga andai Lyora tak segera memalingkan wajahnya.

Darah Lyora berdesir kencang tatkala lidah tak bertulang milik Leon menyusuri garis wajahnya.

"Apa kau menyukainya?"

Clap

Sebuah borgor yang entah berasal dari mana berhasil mengunci tangan Lyora hingga dirinya benar-benar tidak dapat bergerak apalagi melakukan pemberontakan terhadap perlakuan keji pria yang kini telah membuatnya telanjang bulat.

"Indah." ditatapnya lekuk tubuh itu dengan tatapan kelaparan, bak harimau gila yang tak diberi makan selama satu tahun oleh tuannya.

"Lepaskan aku keparat! Aku tak akan memaafkan perbuatan kotormu ini!!"

"Aku tak membutuhkan kata maafmu, baby." tanpa memperdulikan air mata yang keluar di sudut mata Lyora, Leon terus menjalankan aksinya dengan mata yang menggelap akibat amarah yang sudah lama tersulut di dalam dirinya. Malam ini, dengan cahaya bulan yang menerangi kota Las Vagas, dan kamar nomor 4 VVIP room di XS cassino. Lyora Vexia Ansara akan menjadi bagian dari hidupnya selamanya.

"Kenapa kau menangis, hm? Apa kau tak ingin aku melakukan ini?" pertanyaan bodoh apa yang keluar dari mulut pria gila itu, jelas-jelas Lyora tak menginginkannya, jika ia masih memiliki sedikit saja kekuatan, mungkin ia sudah membunuh pria yang menatapnya dengan senyum devil itu.

"Aku bahkan belum menyentuhmu, tapi birah*mu sudah memuncak?" Leon kembali tersenyum miring, senyum yang benar-benar seperti devil gila.

"Apa aku harus melanjutkannya, baby? I am gonna fuc*ing you so hardly. Dan aku tak akan berhenti walaupun kau menjerit kesakitan."

Lyora terdiam, suaranya tercekat di kerongongannya, seharusnya ia tak bermain api dengan Mr. Leon seperti yang dikatalan Bian padanya.

.

.

.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Adila Ardani

Adila Ardani

lanjut Thor

2023-01-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!