5.

"Rasanya sangat melelahkan, berjalan tanpa arah dan tujuan," gumannya dengan menyeka keringat yang terus mengucur membasahi tubuhnya, Anjeli terus menyusuri jalan dan tak ada niat sedikit pun untuk kembali, ia sungguh telah memantapkan hati untuk pergi jauh dari keluarganya.

Tak terasa hari hampir berganti malam, namun Anjeli belum menemukan tempat ternyaman untuk berteduh.

Karena lelah, Anjeli memutuskan untuk singgah di tempat makan pinggir jalan nan sangat ramai.

Anjeli yang kelelahan dengan kondisi tubuh yang lemah kini hampir tak bisa melanjutkan perjalanannya lagi.

Hingga ia akhirnya meminta izin kepada pemilik warung untuk istirahat sejenak di warung tersebut setelah menyantap makanan sederhana yang di jual di warung itu.

Hampir tiga jam lamanya, Anjeli duduk beristirahat di depan warung itu, hingga jam sebelas malam ada seorang wanita, dengan pakaian sedikit terbuka singgah dan menyapa dirinya.

"Permisi Mbak..., kalau boleh tau, mbak mau kemana?, saya sudah dua kali melewati jalan ini tapi mbak ternyata masih duduk di sini,"

Sapa salah seorang wanita yang tak sengaja melintas untuk ke dua kalinya dan masih melihat Anjeli masih duduk di bangku depan warung makan langganannya.

"Entahlah, aku tak punya tujuan!,"

jawab Anjeli dengan menghela napas panjang.

"Kalau begitu, jika tak keberatan mbak boleh ikut ke rumah saya, setidaknya untuk malam ini ada tempat berteduh dan tidak duduk di pinggir jalan seperti ini, takutnya ada orang jahat yang mengganggu." Dengan sungkan ia mengajak Anjeli untuk menginap di rumahnya malam ini, meski ia tak kenal dengan Anjeli, tapi rasa iba melunakkan hatinya untuk membantu Anjeli.

"Terima kasih, kamu sangat baik."

Anjeli yang malang bertemu dengan gadis yang baik hati yang mengajaknya untuk menginap di rumahnya malam ini, Anjeli yang tak punya pilihan hanya mampu mengikuti saran dari gadis itu, meski ia tak kenal dengannya.

Setelah sampai di depan rumah yang terlihat sangat sederhana dengan dinding yang sudah tampak tak utuh lagi dan teras yang dengan tegel yang sudah retak.

"Maaf, hanya rumah sederhana, tapi Alhamdulillah masih layak untuk dijadikan tempat berteduh"

Menatap Anjeli yang hanya berdiri di depan rumahnya, sambil memperhatikan rumah yang ada dihadapannya dengan tatapan sedih.

"ayo, silahkan masuk"

Ajaknya lagi, karena Anjeli masih terdiam mematung di depan rumah.

"Iya, maaf aku sampai melamun,"

ucap Anjeli yang baru nyambung setelah lamunannya dibuyarkan oleh gadis itu.

Mereka pun masuk bersama di dalam rumah.

"kakak....," teriak anak kecil sambil berlari ke arah mereka.

"Dia adik kamu?.'

"Iya, umurnya sudah tujuh tahun, dia sudah biasa tinggal sendiri jika aku sedang bekerja setiap hari.

Oh...iya, dari tadi kita ngobrol, aku sampai lupa perkenalkan diri, nama saya elin dan ini adik saya namanya Anjas."

"saya Anjeli, kalau boleh tau, umur kamu sekarang berapa?," tanya Anjeli meski agak tak enak hati tapi ia ingin tahu harus memanggil gadis itu dengan sebutan adik atau kakak.

".Tahun ini masuk 20 tahun," jawab elin dengan ramah.

"Aku bangga padamu diusia yang masih sangat muda namun sudah sangat mandiri,"

ucap Anjeli pada elin dengan pujian yang tulus dan rasa kagum pada kemandirian gadis dihadapannya sekarang.

"Tampaknya aku harus memanggil mbak dengan sebutan kakak, kayaknya mbak lebih tua dari saya."

"Iya..., aku lebih tua dari kamu, dan aku senang dengan panggilan kakak."

"Sudah malam, sebaiknya kakak istirahat, besok kita lanjutkan ngobrolnya, Kak ini kamarnya, maaf hanya kamar kecil." Sambil mengajak Anjeli masuk ke kamar yang sebenarnya adalah kamar adiknya, tapi jarang ditempati karena adiknya tak mau tidur sendiri, meski usianya sudah tujuh tahun sekarang.

"kamarnya sangat bagus, Saya sungguh sangat berterima kasih, karena kebaikan kamu saya malam ini tidak tidur di jalanan."

"Sudahlah kak, jangan diucapkan lagi, kakak sebaiknya istirahat, tampaknya kakak sangat lelah dan sedikit pucat".

"Baik, terimakasih elin, selamat malam"

"Selamat malam juga ka."

Elin keluar dan masuk ke kamar yang berada tepat di sebelah kamar yang Anjeli sekarang tempati.

"Alhamdulillah, malam ini punya tempat berteduh yang nyaman. Sekarang bagaimana keadaan Siera?, semoga anak itu tidak menangis mencari ku, dan mas Bagas apa yang sedang ia lakukan sekarang?, semoga ia tak melampiaskan kekecewaannya dengan minum sampai mabuk seperti dulu," guman Anjeli mengingat keluarga yang sangat ia cintai.

Karena rasa letih berjalan seharian, Anjeli pun tertidur pulas.

****

Di kediaman Bagas, terdengar suara tangisan Siera yang terbangun dan mencari Anjeli. Omahnya yang sudah kewalahan hampir tak sabar menghadapi Siera yang agak rewel semenjak kepergian Anjeli.

Sementara Bagas belum juga terdengar kabarnya hingga menjelang tengah malam.

"Kemana kamu Nak?, suda tau Siera lagi rewel kamu malah pergi keluar dan tak mengabari ibu dari tadi," ucap Miranti yang semakin kesal karena Bagas yang belum juga pulang dan tak memberi kabar sama sekali.

Sementara di tempat lain, Bagas yang enggan pulang dan masih asyik menikmati suguhan bir di kafe milik sahabatnya.

"Bagas kamu tak pulang, ini sudah larut malam, apa Siera tak mencari mu?," ucap Aga.

"gak, aku malas pulang malam ini, biarkan aku disini dan jangan menggangguku,"

ucap Bagas yang sudah sempoyongan, entah berapa botol yang sudah habis ia teguk.

"Temannya yang hanya mengira Bagas sedang kacau karena bisnisnya di ujung tanduk, hanya bisa duduk dan menemani Bagas minum, tapi tak sampai mabuk seperti Bagas."

Setelah melihat Bagas sangat mabuk, ia memutuskan untuk membawa Bagas ke salah satu hotel milik Bagas yang tak jauh dari kafe miliknya.

Sesampainya di hotel, ia memapah Bagas menuju kamar VVIP milik Bagas.

Bagas yang sudah tak sadarkan diri langsung terbaring lelap di kasur empuk hotel miliknya yang sudah diambang bangkrut.

"Tampaknya masalah kamu sangat berat kawan hingga kamu seperti ini, tapi aku rasa ini bukan karena kasus perusahaan kamu, melainkan ada yang lain yang sangat membuat hati mu kecewa, apa ini ada hubungannya dengan wanita kawan?, atau Anjeli sekarang meninggalkan mu?," bisik Aga pada Bagas yang tak sadarkan diri.

Aga yang sangat mengenal watak Bagas sedikit memahami masalah yang terjadi pada Bagas meski Bagas tak menceritakan apapun padanya. Sudah lama persahabatan mereka terjalin luar dalam tak bisa disembunyikan.

Aga yang penasaran mencoba menghubungi asisten Bagas dan mencari tau apa yang sebenarnya sedang terjadi pada Bagas sekarang hingga membuat ia kembali mabuk-mabukan seperti sebelum bertemu dengan Anjeli.

Dan benar dugaannya ternyata Anjeli meninggalkan Bagas dan pasti hal ini membuat luka yang sangat dalam untuk seorang Bagas, yang hanya mencintai satu orang wanita dalam hidupnya yaitu Anjeli.

"Akhirnya Gadis itu menyerah juga, aku akui nyonya Miranti memang sangat kejam."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!