Bagas tak menyerah, ia terus menahan Anjeli meninggalkan dirinya.
Karena tak tahan lagi dengan sikap Anjeli kali ini, Bagas mendekati Anjeli dan mengangkat tubuh rapuh sang istri kemudian membaringkannya di atas ranjang, memaksa Anjeli untuk melayaninya, Anjeli terus meronta dan tak mau melayani nafsu birahi suaminya yang tak seperti biasanya.
"Tidak mas, kamu tak punya hak lagi pada ku, tolong akhiri hubungan ini, dan nikahi wanita pilihan ibumu"
Nafsu Bagas semakin tak terkendali mendengar perkataan Anjeli, ia semakin menjadi buas.
"Beraninya kamu menyebut wanita lain di atas ranjang ku."
Bagas menghentikan sejenak aktivitas panasnya dan menatap tajam Anjeli.
Anjeli yang ketakutan langsung menyembunyikan wajahnya pada dada bidang suaminya.
"Gawat Bagas sangat marah bisa-bisa jika aku tak menurut ia akan mencekik ku," guman Anjeli yang tak berani membalas tatapan suaminya.
Bagas yang pada dasarnya tak pernah sanggup menahan nafsu pada Anjeli, masih tetap melanjutkan penyatuan paksa tersebut.
Anjeli yang tak mampu melawan Bagas, kini pasrah dengan permainan panas sang suami hingga selesai.
Bagas yang kelelahan menghadapi semua masalah, langsung tertidur pulas namun dengan posisi memeluk erat Anjeli.
"Sungguh tulus cinta mu untukku mas, jika bukan karena penyakit ku ini, aku tentu akan bertahan sampai akhir napas ku untuk mu, tapi maaf aku harus pergi, jika Tuhan masih memberikan kesempatan aku kembali menjadi istri mu lagi, aku janji akan menjadi istri yang kuat untukmu dan akan membuat hidup mu bahagia."
Memastikan jika Bagas sudah terlelap, Anjeli bangun dari tempat tidur sambil melepas dengan perlahan pelukan suaminya.
Ia berjalan tertatih menuju kamar mandi, karena perih yang ia rasakan dan badannya terasa remuk akibat permainan kasar suaminya.
Setelah membersihkan diri Anjeli kembali merapikan koper dan mengambil sebuah tas kain dan memasukkan sebagian baju miliknya, meski hanya muat beberapa baju tak apa bagi Anjeli, karena koper miliknya telah rusak di banting oleh suaminya.
Setelah berkemas Anjeli tak lupa mengambil foto keluarga berukuran genggaman tangan dan memasukkan ke dalam tas pakaian.
"Sebaiknya aku temani dia malam ini, belum tentu takdir akan mempertemukan kami kembali," guman Anjeli yang sesungguhnya tak sanggup meninggalkan keluarga yang sangat ia cintai.
****
Keesokan harinya.
Bagas terbangun duluan, ia sangat bahagia melihat istrinya masih disampingnya, Bagas lalu mendaratkan kecupan di kening Anjeli, namun belum juga membuat Anjeli bangun, lalu Bagas melanjutkan mengecup bibi manis sang istri dan membuat Anjeli membuka mata dengan perlahan.
"Bangunlah, Siera sudah memanggilmu di depan kamar, buka kan pintu untuknya, aku mau ke kamar mandi membersihkan diri," ucap Bagas dengan membelai lembut rambut Anjeli.
"ibu...ibu..."
Terdengar suara Siera memanggil namanya dibalik pintu kamar.
Anjeli yang kegirangan langsung bangun bergegas membuka pintu kamar, dan langsung memeluk Siera dan menggendongnya masuk dalam kamar.
Anjeli tak kuasa menahan diri, memeluk erat buah hatinya dan mulai meneteskan air mata , seakan pelukan tersebut menjadi pelukan terakhir untuk mereka.
"Ibu ja_ ngan na_ ngis,"
ucap Siera dengan terbata, namun mampu merasakan kesedihan ibunya.
Bagas yang Sudah keluar dari kamar mandi dan disambut pemandangan tersebut, merasa terharu dan beberapa kali mengedipkan mata untuk menahan air mata, yang sudah tergenang di pelupuk matanya.
"Kenapa memeluk Siera seperti itu, apa niat kamu masih kokoh meninggalkan kami?."
Tanpa jawaban sepatah kata apapun , Anjeli bergegas ke kamar mandi dan membersihkan diri.
Raut wajah Bagas berubah masam, ketika melihat Anjeli keluar dari kamar mandi dengan pakaian rapi.
Bagas yang kembali emosi langsung menggenggam lengan Anjeli.
"Apa maksud kamu berpakaian seperti ini?."
"Sudah saatnya aku pergi mas."
Anjeli membuka lemari dan mengambil sebuah tas berukuran sedang yang ia sembunyikan semalam. Dan mendekati Siera kemudian mencium kening anaknya untuk terakhir kalinya.
"Kamu tumbuh jadi anak yang pintar nak, ibu janji pasti akan menjemput mu."
"Sayang jangan tinggalkan kami, Siera masih sangat membutuhkan mu, aku janji akan berusaha keras membahagiakan kalian, tolong beri aku kesempatan," ucap Bagas yang masih berusaha mengalah dan membujuk Anjeli.
"Benar kata ibumu, sebaiknya aku mencari mangsa baru di luar sana, karena sekarang kamu sudah bangkrut," ucap Anjeli mengulang kembali perkataan ibu mertuanya.
"Tidak Anjeli, kamu salah aku pasti bisa bangkit lagi, jika harta yang kamu inginkan aku janji akan memberikan segalanya untukmu."
"sudah lah mas, aku tak sanggup hidup miskin dengan mu lagi,"
meski kata itu terucap dari mulut Anjeli namun tak ada sedikitpun maksudnya meninggalkan suaminya karena ia miskin.
Anjeli berjalan ke luar kamar dan terus melangkah hingga pintu keluar kediaman mereka, tak berpaling sedikit pun, ia terus melangkah dan menjauh hingga menghilang di ujung jalan.
"ibuuuuuu........."Teriak Siera tak henti-henti memanggil ibunya.
"Sungguh tega, seorang ibu meninggalkan buah hatinya. tak pantas baginya di sebut sebagai seorang ibu lagi," guman Bagas dengan penuh kebencian terhadap Anjeli.
Tanpa Bagas sadari jika ia adalah seorang ibu muda yang sudah dua tahun terakhir bertahan dengan vonis dokter mengidap Tumor Otak, ia tak sanggup jika suatu saat nanti akan menjadi beban untuk suaminya yang sedang krisis ekonomi akibat pandemi covid 19 yang dahulunya adalah seorang pengusaha ternama.
Anjeli yang terus mengikuti langkah kakinya, tak tentu kemana arah tujuannya kali ini.
Bagas yang berdiri di luar pagar rumah menatap bayangan terakhir milik istrinya, sedang Siera yang terus meronta menangisi kepergian Anjeli.
Melihat keadaan anak dan cucunya ibunya langsung bergegas keluar dan mengambil alih Siera dari gendongan Baga dan menarik tangan Bagas masuk kedalam rumah.
"ayo sebaiknya kamu masuk nak, semua orang sedang memperhatikan kita," bisik ibunya.
Bagas berjalan dibelakang ibunya, sementara Siera masih menangis sesenggukan memanggil Anjeli ibunya.
Bagas berjalan melalui ibu dan putri kecilnya, masuk dalam kamar dengan membanting pintu kamar dan terdengar dari dalam pecahan kaca terjatuh di lantai.
Ibunya yang paham betul tempramen anaknya tak berani mendekat, ia lebih memilih mendiamkan Siera dengan berbagai cara bersama pengasuh Siera.
Di dalam kamar Bagas yang dipenuhi emosi yang membara melampiaskan emosinya pada setiap barang milik Anjeli dan tak lama kemudian, ia keluar dari kamar dengan darah segar mengalir di kepalan tangannya dan memanggil Mamang sang supir dan para body guard yang masih setia bersamanya.
"Tuan tangan anda bersimbah darah, sebaiknya segera di balut dengan kasa Tuan," ucap Mamang dengan gemetar.
"Jangan pedulikan lukaku, cepat pindahkan barang milik ku ke kamar atas dekat perpustakaan, dan jangan menyentuh atau merapikan barang apapun milik Anjeli, setelah selesai kunci kamar itu dengan rapat, dan hancurkan kuncinya. Mulai sekarang tak ada siapapun yang boleh menempati kamar itu lagi, dan suruh tukang pasang tembok pada bagian pintu itu aku tak sudi melihat kamar itu lagi."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments