BABI BERANTING VOL.3 Kisah Eman

BABI BERANTING VOL.3 Kisah Eman

Bab. 1 Musuh Eman

"Ampun Hadi.....! ampun....! ampun...! ampun Hadi....!" teriak Eman yang tangannya diputarkan oleh Hadi, Awalnya dia ingin membalas dendam, Namun ternyata kemampuannya jauh berbeda. sehingga pukulan yang dilayangkan oleh Eman bisa ditangkap, kemudian tangan itu diputarkan hingga tubuh Eman terlihat miring.

Mendapat permintaan ampun lawannya. Hadi pun menurut, dia melepaskan genggaman tangannya kemudian dia mendorong Tubuh Eman ke belakang, hingga tubuh itu jatuh terjungkal.

Blug!

Aaaaaaaaw....!

Ujar Eman yang tubuhnya terlentang dengan sempurna, pantatnya terasa sakit karena terbentur ke tanah.

"Aduh....! jahat kamu Hadi!"

"Aku tidak jahat....! kamu saja yang tidak berhati-hati. kenapa kamu gegabah? Kamu kira aku ini hanya tunggul, kamu kira aku tidak punya tangan dan otak. jadi jangan harap kamu bisa memukulku, apalagi dengan tanpa alasan. makanya sebelum bertindak harus menggunakan ini nih..!" jawab Hadi yang menepuk dahinya, membuat hati Eman lemas seketika. merasa sedih dengan apa yang menimpanya, merasa bodoh karena otaknya memang kental, tidak bisa digunakan.

Eman tidak berbicara lagi, dia pun membangkitkan tubuh yang terasa sakit dari tanah. matanya melirik ke arah tepian jalan, berniat mengambil bakul yang tadi dia tunda. namun Eman terkaget, matanya membulat sempurna, mulutnya terbuka lebar. karena bakul yang diisi nasi itu sudah tidak ada, bahkan teko wadah air pun sudah tak terlihat.

Deg!

Jantung Eman terasa berhenti memompa. karena dia merasa kaget, matanya terus memindai ke arah kiri dan kanan, kemudian menatap ke arah yang jauh, terlihatlah Warsa yang sedang berjalan dengan tenang, di punggungnya tergendong bakul, di tangan kanannya menjijing teko air minum.

"Aduh dasar setan.....! Warsa....! Warsa...! Warsa jangan bawa bakulku...!" teriak Eman kemudian dia pun berlari hendak menyusul orang yang dipanggilnya, Tapi orang yang dipanggil dia tidak menyahuti, bahkan jangankan menyahuti menengok pun tidak sama sekali.

Sedangkan Hadi melihat kejadian seperti itu, dia hanya mengulum senyum, kemudian pergi mengikuti sahabatnya. namun dia mengambil jalan lain yang melewati pematang sawah, yang Tembusnya ke kebun kopi. Setelah berada di kebun dia pun mulai berlari, hingga akhirnya tak terlihat, terhalang oleh dedaunan.

Eman terus memanggil-manggil nama Warsa, Namun sayang orang yang mencuri nasinya tidak terkejar karena sudah pergi jauh, membuat Eman merasa bingung. dia mulai mengingat kembali perintah ibu Ustad, dia ingat dengan orang-orang yang bekerja, pasti mereka menunggu nunggu makanan yang dibawanya datang, pasti mereka akan kelaparan, kalau makanan yang dicuri oleh warsa, tidak didapatkan kembali.

Hati Eman dipenuhi dengan kebingungan, pikirannya dipenuhi dengan lamunan, dipenuhi dengan ketakutan dan kegelisahan, hingga dia pun tidak berhati-hati ketika melangkah. akhirnya tubuhnya pun terpeleset jatuh ke sawah yang baru saja dibajak, bahkan pinggangnya terkubur oleh lumpur sawah, karena sawah itu adalah sawah rawa. dengan cepat Eman pun bangun, bajunya terlihat sangat kotor oleh lumpur, begitupun dengan wajah yang terkena cipratannya.

"Ya Allah....! kenapa si Warsa gil4 itu sangat tega, sangat kejam....! Awas kalian kalau sudah bertemu akan aku Hajar..." gumam Eman sambil terus berusaha untuk naik dari sawah. meski agak susah, namun ketika berusaha Dia pun akhirnya bisa berdiri di pematang sawah.

Tanpa menunda waktu, Eman pun mulai berlari tanpa memikirkan kakinya yang sudah basah oleh lumpur sawah, sehingga pijakannya terasa licin dan kurang kewaspadaan. Akhirnya dia pun terpeleset lagi, terjun meluncur bebas dari pematang sawah yang agak tinggi.

Bughh!

Aaaawwwww!

Eman pun terjatuh kembali, sekarang lebih parah karena dengkulnya menabrak batu. rasanya sangat sakit sehingga susah untuk berjalan. Eman hanya bisa mengumpat sambil meratapi kesakitannya. Dengkul sakit, hati bingung, khawatir, takut sama gurunya. Dia hanya bisa menyandarkan tubuh ke tebing pematang sawah, air mata pun menemani keluar membasahi pipi, merasa sedih dan sengsara dengan apa yang dialami.

Sedangkan orang yang dikejar. Warsa dia hanya berjalan dengan santai seperti orang yang tidak melakukan dosa. setelah habis menyusuri Jalan pematang sawah, dia pun masuk ke kebun singkong, kemudian turun ke tebing petakan menyeberangi selokan, hingga akhirnya dia pun naik ke kebun bambu, menerobos membelah rerumputan yang menghalangi. hingga dia sampai ke Saung yang terlihat sepi. namun matanya menangkap Hadi yang terlihat sangat santai sedang duduk menyandarkan punggung ke tiang Saung, sambil mengipasi dadanya dengan topi.

"Hahaha...! beres beres....! pekerjaan kita sukses sekali, walaupun kita tidak masak, Tapi kita tetap bisa makan." sambut Hadi sambil merebut panci kemudian dia meneguknya sehingga terlihat jakunnya naik turun, seperti sangat menikmati air teh hasil dari pencurian. setelah merasa kenyang dia pun bersendawa, kemudian Hadi pun menyimpan kembali tekonya.

"Nggak nyangka...! ternyata kita bisa bertemu kembali dengan Si Eman Pemuda koplok dan bodoh. bahkan orang tuanya sudah melaporkan kita ke pihak yang berwajib, hingga akhirnya kita pun menjadi buronan, Hadi...!" ujar Warsa sambil membuka kain pembawa bakul, hingga akhirnya terlihat ada empat timbel yang sangat besar-besar, tercium aroma wangi yang menyeruak memenuhi rongga hidung membangkitkan selera makan mereka.

Tanpa berpikir panjang kedua pemuda itu mulai membuka timbel nasi untuk menyantapnya. setelah dibuka, ternyata nasinya nasi merah yang masih terasa hangat, dengan lauk Lamuru goreng memakai tepung, ditambah sambal terasi dan goreng tempe. aromanya tercium sangat khas, membuat mereka semakin merasa lapar.

"Jangan banyak berbicara dan jangan banyak berpikir...! kita harus selesaikan dulu masalah kita dengan nasi," jawab Hadi sambil mengambil bagiannya, kemudian dia pun mulai menyantap nasi, sampai terlihat wajahnya bergerak-gerak karena mulutnya terpenuhi oleh nasi hasil pencurian.

Suasana di saung itu terasa Haning kembali, hanya terdengar suara kunyahan dan ******* penuh kepedasan. sebab sambal yang dibuat oleh Bu Ustad lumayan terasa pedas. semilir angin yang menerpa di dedaunan membuatnya bergerak gerak menimbulkan suara kemerosok. kedua orang yang makan semakin menikmati, tidak ingat dengan orang yang sedang lapar, tidak ingat dengan orang yang sedang kebingungan, tidak memikirkan dengan orang yang memiliki nasi yang baru saja mereka curi.

Eman semakin lama dia pun semakin merasa sedih, karena dia takut sama majikan yang pasti akan memarahinya. mau cepat-cepat memberitahu kejadian itu, dia tidak berani. mau melanjutkan perjalanan ke sawah, dia pun tidak sanggup, karena makanan yang harus diantarkan sudah hilang pindah tangan. hingga akhirnya Eman pun menyandarkan tubuh ke dinding pematang sawah, sambil terus berpikir mencari jalan keluar dari masalah yang menimpanya.

Sakit yang diakibatkan oleh jatuh tidak terlalu sakit, dibandingkan dengan hati yang sedang dipenuhi oleh kebingungan, dipenuhi oleh ketakutan, dipenuhi oleh kekhawatiran.

Terpopuler

Comments

Syhr Syhr

Syhr Syhr

Kasihan sih Eman. 🥺

2023-01-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!