bab. 2 Ketakutan

Sedangkan orang-orang yang sedang bekerja di sawah pak ustad, mereka terus menengok ke arah jalan menunggu orang yang mengantarkan makanan datang. namun sampai lehernya terasa sakit orang yang ditunggu pun tidak kunjung menunjukkan batang hidungnya. hingga pekerjaan Mereka pun sedikit terganggu karena sering berhenti. sampai kira-kira waktu jam 12.00 orang yang mengantarkan nasi, tak kunjung datang.

"Haduh......! Kenapa dengan pak ustad, gak seperti biasanya dia lupa sama orang yang sedang bekerja." Ujar salah seorang pekerja sambil berjalan menuju ke dekat rumpun pisang, lalu duduk di tepian sawah karena sudah tidak kuat dengan rasa capek dan lapar. soalnya sudah lewat dari waktunya makan tapi orang yang mengantarkan tidak ada.

"Sabarlah....! mungkin nasinya belum matang," jawab pencangkul yang lain. Sebenarnya dia pun merasa lapar, namun dia belum berani beristirahat karena masih tanggung dengan pekerjaan.

Semakin lama matahari pun semakin turun ke arah barat, namun orang yang mengantarkan makanan belum hadir juga, sampai waktu Ashar pun tiba, tapi tidak ada seorang pun yang mengantarkan makanan buat mereka. sehingga para pekerja itu merasa menjadi pekerja Romusha, jangankan dikasih makan dikasih minum pun tidak sama sekali. namun meski begitu mereka tetap meneruskan pekerjaan sampai waktu yang sudah ditentukan, karena mereka sangat menghormati ketua kampungnya, dan ditambah pak ustad tidak pernah melakukan hal seperti itu.

Empat pekerja yang sudah menyelesaikan pekerjaannya Mereka pun pulang ke rumah masing-masing. setelah membersihkan tubuh selepas seharian bekerja, Mereka pun seperti memiliki hati yang sama. para pekerja itu berdatangan menuju rumah pak ustad, membuat orang yang dikunjungi merasa bahagia karena ada teman untuk mengobrol.

Lama mengobrol akhirnya para pekerja pun bercerita bahwa mereka bekerja di sawah tidak ada orang yang mengantarkan makanan, membuat pak ustad merasa kaget, karena dia tidak pernah melakukan perbuatan sejahat itu.

"Ya Allah, Ya Robbi.....! yang benar kamu sarkowi?" tanya pak ustad sama sarkowi orang kepercayaannya.

"Iya benar pak ustad, tidak salah sama sekali, begitulah kejadiannya...!" Jawab sarkowi dengan jujur ditimpali oleh pekerja lain untuk menguatkan.

Mendapat keterangan dari para pekerjanya, Pak ustad pun tidak bertanya lagi. dia bangkit dari tempat duduk kemudian menuju ke arah dapur, untuk menemui istrinya yang sedang beres-beres.

"Ibu...., Emang ibu nggak mengantarkan makanan buat para pekerja, soalnya jang sarkowi dan beberapa pekerja lainnya, mereka protes katanya mereka tidak dikasih makan sama kita?" tanya pak ustad setelah berada di dekat istrinya.

"Ah, Yang bener Bapak.... apa Saya tidak salah dengar? karena saya bukan orang kurang waras, yang membiarkan orang bekerja tanpa dikasih makan. Saya masih sadar, masih ingat."

"Lah, kenapa jadi marah-marah! bapak cuma bertanya, apa ibu nggak mengirimkan makanan buat para pekerja, soalnya mereka sedang kumpul di depan?"

"Yah mengirimkan lah Pak, tapi sekarang ibu juga lagi bingung, karena Jang Eman yang ditugaskan mengantarkan nasi sampai sekarang belum pulang. Ibu khawatir, takut terjadi apa-apa sama dia?"

"Hah....! belum pulang? Astaghfirullahaladzim, Kenapa nggak bilang dari tadi, terus Jang Eman pergi ke mana? bikin orang jantungan saja...!" ujar pak ustad yang terlihat penuh kekhawatiran, takut dimintai pertanggungjawaban oleh orang tuanya.

"Nggak tahu....! ibu juga bingung, Ibu dari tadi menunggu tapi belum pulang juga."

"Huh ..! ada-ada aja bahan pemikiran tuh. biasanya kan dia sudah berada di kamar. Bagaimana, ke mana kita harus mencarinya?" jawab Pak Ustad yang terlihat panik, namun Ibu Ustad hanya diam sambil berpikir. tak dapat jawaban dari istrinya, Dia pun kembali ke ruang teras kemudian duduk di kursi yang tadi ia Tinggalkan.

"Ada apa Pak Ustad?"

"Begini sarkowi....! dengarkan oleh kalian, tadi siang si Ibu dari rumah sudah menyuruh Jang Eman Untuk mengantarkan nasi buat para pekerja seperti biasa. tepat dengan waktu dengan makan siang. kayaknya ada gangguan di jalan, buktinya sampai jam segini Eman belum juga pulang."

"Oh begitu, ke mana dong jang Eman tuh?"

"Nah, sekarang begini saja. saya minta kepada semuanya untuk membantu mencari keberadaan Eman. Soalnya kalau tidak ditemukan, Sayalah yang akan disalahkan oleh orang tuanya. jangan tanggung menolong saya, Ayo kita sama-sama cari Jang Eman sampai ketemu.

Mendengar penjelasan dari pak ustad, sarkowi hanya menatap ke arah tertua kampung itu. namun mereka sekarang sedikit mengerti, kenapa tadi siang tidak ada yang mengantarkan makanan. karena Eman yang ditugaskan belum pulang, ini adalah bukti bahwa terjadi sesuatu terhadap pemuda itu.

Akhirnya pak ustad ditemani oleh sarkowi dan para pekerja lainnya. mereka pun turun dari rumah, untuk mencari keberadaan Eman yang menghilang. di jalan bertemu dengan orang lain, setelah dijelaskan Mereka pun memutuskan untuk membantu mencari Eman. lama-kelamaan berita hilangnya Eman menyebar ke setiap penjuru Kampung Sukamaju, hingga akhirnya berita itu sampai ke telinga Bapaknya yang bernama Dodo.

"Aduh Bagaimana ini, pergi ke mana kamu Eman?" ujar Dodo yang terlihat kaget, namun dengan cepat Ia pun bersiap-siap untuk membantu mencari.

Setelah berpamitan kepada istrinya, dia pun pergi meninggalkan rumah. di jalan bertemu dengan tetangganya yang mau membantu mencari, hingga akhirnya banyak orang yang membantu untuk menemukan Eman.

Semakin lama keadaan pun semakin gelap, Cahaya senter semerbak menerangi seluruh penjuru lembah, ditambah obor-obor yang menyala memberikan penerangan, teriakan teriakan saling memberitahu, saling mengabari mulai menggema. nama Eman terus dipanggil-panggil agar mudah ketika melakukan pencarian.

Sebagian dari warga Kampung Sukamaju masih ada yang percaya tentang pembicaraan orang tua zaman dahulu. mereka beranggapan bahwa Eman diculik oleh kelong wewe, sehingga mereka pun berinisiatif memukul-mukul kaleng, ada juga yang memukul-mukul wajan, yang terpenting mengeluarkan suara berisik, sambil terus mendatangi tempat-tempat yang sepi, membelah rumpunan rumput-rumput. mereka beranggapan kalau Eman akan disembunyikan oleh makhluk mitologi, di tempat-tempat sepi seperti itu.

Sedangkan orang yang sedang mereka cari, dia sedang berdiam diri sambil memeluk dengkulnya di bawah pohon Bungur. pikirannya dipenuhi oleh kesusahan dan ketakutan. Bukan dia tidak mampu untuk berjalan pulang, bukan dia tidak merasa lapar, bukan tega sama majikan. namun pemikirannya yang dipenuhi oleh ketakutan dan kekhawatiran karena dia merasa memiliki dosa, dia takut Pak Ustad akan memarahinya, karena dia tidak bisa menjalankan tugas denga baik, sehingga akhirnya dia pun berdiam diri tidak mau pulang ke rumah pak ustad.

Lalat dan nyamuk mulai menyerang, Hawa dingin mulai menyeruak menusuk tubuh, apalagi baju yang dikenakan basah, akibat tadi jatuh ke sawah ketika mengejar pencuri. namun keadaan yang menyedihkan itu, tidak mampu untuk menghilangkan ketakutan Eman atas kesalahannya.

Halah....!

Gumam Eman yang terkaget setelah melihat cahaya senter yang terlihat, terdengar suara orang yang sedang mengobrol, bahkan ada yang memanggil-manggil namanya. melihat kejadian seperti itu membuat Eman semakin merasa takut, semakin menambah kebingungannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!