NovelToon NovelToon

BABI BERANTING VOL.3 Kisah Eman

Bab. 1 Musuh Eman

"Ampun Hadi.....! ampun....! ampun...! ampun Hadi....!" teriak Eman yang tangannya diputarkan oleh Hadi, Awalnya dia ingin membalas dendam, Namun ternyata kemampuannya jauh berbeda. sehingga pukulan yang dilayangkan oleh Eman bisa ditangkap, kemudian tangan itu diputarkan hingga tubuh Eman terlihat miring.

Mendapat permintaan ampun lawannya. Hadi pun menurut, dia melepaskan genggaman tangannya kemudian dia mendorong Tubuh Eman ke belakang, hingga tubuh itu jatuh terjungkal.

Blug!

Aaaaaaaaw....!

Ujar Eman yang tubuhnya terlentang dengan sempurna, pantatnya terasa sakit karena terbentur ke tanah.

"Aduh....! jahat kamu Hadi!"

"Aku tidak jahat....! kamu saja yang tidak berhati-hati. kenapa kamu gegabah? Kamu kira aku ini hanya tunggul, kamu kira aku tidak punya tangan dan otak. jadi jangan harap kamu bisa memukulku, apalagi dengan tanpa alasan. makanya sebelum bertindak harus menggunakan ini nih..!" jawab Hadi yang menepuk dahinya, membuat hati Eman lemas seketika. merasa sedih dengan apa yang menimpanya, merasa bodoh karena otaknya memang kental, tidak bisa digunakan.

Eman tidak berbicara lagi, dia pun membangkitkan tubuh yang terasa sakit dari tanah. matanya melirik ke arah tepian jalan, berniat mengambil bakul yang tadi dia tunda. namun Eman terkaget, matanya membulat sempurna, mulutnya terbuka lebar. karena bakul yang diisi nasi itu sudah tidak ada, bahkan teko wadah air pun sudah tak terlihat.

Deg!

Jantung Eman terasa berhenti memompa. karena dia merasa kaget, matanya terus memindai ke arah kiri dan kanan, kemudian menatap ke arah yang jauh, terlihatlah Warsa yang sedang berjalan dengan tenang, di punggungnya tergendong bakul, di tangan kanannya menjijing teko air minum.

"Aduh dasar setan.....! Warsa....! Warsa...! Warsa jangan bawa bakulku...!" teriak Eman kemudian dia pun berlari hendak menyusul orang yang dipanggilnya, Tapi orang yang dipanggil dia tidak menyahuti, bahkan jangankan menyahuti menengok pun tidak sama sekali.

Sedangkan Hadi melihat kejadian seperti itu, dia hanya mengulum senyum, kemudian pergi mengikuti sahabatnya. namun dia mengambil jalan lain yang melewati pematang sawah, yang Tembusnya ke kebun kopi. Setelah berada di kebun dia pun mulai berlari, hingga akhirnya tak terlihat, terhalang oleh dedaunan.

Eman terus memanggil-manggil nama Warsa, Namun sayang orang yang mencuri nasinya tidak terkejar karena sudah pergi jauh, membuat Eman merasa bingung. dia mulai mengingat kembali perintah ibu Ustad, dia ingat dengan orang-orang yang bekerja, pasti mereka menunggu nunggu makanan yang dibawanya datang, pasti mereka akan kelaparan, kalau makanan yang dicuri oleh warsa, tidak didapatkan kembali.

Hati Eman dipenuhi dengan kebingungan, pikirannya dipenuhi dengan lamunan, dipenuhi dengan ketakutan dan kegelisahan, hingga dia pun tidak berhati-hati ketika melangkah. akhirnya tubuhnya pun terpeleset jatuh ke sawah yang baru saja dibajak, bahkan pinggangnya terkubur oleh lumpur sawah, karena sawah itu adalah sawah rawa. dengan cepat Eman pun bangun, bajunya terlihat sangat kotor oleh lumpur, begitupun dengan wajah yang terkena cipratannya.

"Ya Allah....! kenapa si Warsa gil4 itu sangat tega, sangat kejam....! Awas kalian kalau sudah bertemu akan aku Hajar..." gumam Eman sambil terus berusaha untuk naik dari sawah. meski agak susah, namun ketika berusaha Dia pun akhirnya bisa berdiri di pematang sawah.

Tanpa menunda waktu, Eman pun mulai berlari tanpa memikirkan kakinya yang sudah basah oleh lumpur sawah, sehingga pijakannya terasa licin dan kurang kewaspadaan. Akhirnya dia pun terpeleset lagi, terjun meluncur bebas dari pematang sawah yang agak tinggi.

Bughh!

Aaaawwwww!

Eman pun terjatuh kembali, sekarang lebih parah karena dengkulnya menabrak batu. rasanya sangat sakit sehingga susah untuk berjalan. Eman hanya bisa mengumpat sambil meratapi kesakitannya. Dengkul sakit, hati bingung, khawatir, takut sama gurunya. Dia hanya bisa menyandarkan tubuh ke tebing pematang sawah, air mata pun menemani keluar membasahi pipi, merasa sedih dan sengsara dengan apa yang dialami.

Sedangkan orang yang dikejar. Warsa dia hanya berjalan dengan santai seperti orang yang tidak melakukan dosa. setelah habis menyusuri Jalan pematang sawah, dia pun masuk ke kebun singkong, kemudian turun ke tebing petakan menyeberangi selokan, hingga akhirnya dia pun naik ke kebun bambu, menerobos membelah rerumputan yang menghalangi. hingga dia sampai ke Saung yang terlihat sepi. namun matanya menangkap Hadi yang terlihat sangat santai sedang duduk menyandarkan punggung ke tiang Saung, sambil mengipasi dadanya dengan topi.

"Hahaha...! beres beres....! pekerjaan kita sukses sekali, walaupun kita tidak masak, Tapi kita tetap bisa makan." sambut Hadi sambil merebut panci kemudian dia meneguknya sehingga terlihat jakunnya naik turun, seperti sangat menikmati air teh hasil dari pencurian. setelah merasa kenyang dia pun bersendawa, kemudian Hadi pun menyimpan kembali tekonya.

"Nggak nyangka...! ternyata kita bisa bertemu kembali dengan Si Eman Pemuda koplok dan bodoh. bahkan orang tuanya sudah melaporkan kita ke pihak yang berwajib, hingga akhirnya kita pun menjadi buronan, Hadi...!" ujar Warsa sambil membuka kain pembawa bakul, hingga akhirnya terlihat ada empat timbel yang sangat besar-besar, tercium aroma wangi yang menyeruak memenuhi rongga hidung membangkitkan selera makan mereka.

Tanpa berpikir panjang kedua pemuda itu mulai membuka timbel nasi untuk menyantapnya. setelah dibuka, ternyata nasinya nasi merah yang masih terasa hangat, dengan lauk Lamuru goreng memakai tepung, ditambah sambal terasi dan goreng tempe. aromanya tercium sangat khas, membuat mereka semakin merasa lapar.

"Jangan banyak berbicara dan jangan banyak berpikir...! kita harus selesaikan dulu masalah kita dengan nasi," jawab Hadi sambil mengambil bagiannya, kemudian dia pun mulai menyantap nasi, sampai terlihat wajahnya bergerak-gerak karena mulutnya terpenuhi oleh nasi hasil pencurian.

Suasana di saung itu terasa Haning kembali, hanya terdengar suara kunyahan dan ******* penuh kepedasan. sebab sambal yang dibuat oleh Bu Ustad lumayan terasa pedas. semilir angin yang menerpa di dedaunan membuatnya bergerak gerak menimbulkan suara kemerosok. kedua orang yang makan semakin menikmati, tidak ingat dengan orang yang sedang lapar, tidak ingat dengan orang yang sedang kebingungan, tidak memikirkan dengan orang yang memiliki nasi yang baru saja mereka curi.

Eman semakin lama dia pun semakin merasa sedih, karena dia takut sama majikan yang pasti akan memarahinya. mau cepat-cepat memberitahu kejadian itu, dia tidak berani. mau melanjutkan perjalanan ke sawah, dia pun tidak sanggup, karena makanan yang harus diantarkan sudah hilang pindah tangan. hingga akhirnya Eman pun menyandarkan tubuh ke dinding pematang sawah, sambil terus berpikir mencari jalan keluar dari masalah yang menimpanya.

Sakit yang diakibatkan oleh jatuh tidak terlalu sakit, dibandingkan dengan hati yang sedang dipenuhi oleh kebingungan, dipenuhi oleh ketakutan, dipenuhi oleh kekhawatiran.

bab. 2 Ketakutan

Sedangkan orang-orang yang sedang bekerja di sawah pak ustad, mereka terus menengok ke arah jalan menunggu orang yang mengantarkan makanan datang. namun sampai lehernya terasa sakit orang yang ditunggu pun tidak kunjung menunjukkan batang hidungnya. hingga pekerjaan Mereka pun sedikit terganggu karena sering berhenti. sampai kira-kira waktu jam 12.00 orang yang mengantarkan nasi, tak kunjung datang.

"Haduh......! Kenapa dengan pak ustad, gak seperti biasanya dia lupa sama orang yang sedang bekerja." Ujar salah seorang pekerja sambil berjalan menuju ke dekat rumpun pisang, lalu duduk di tepian sawah karena sudah tidak kuat dengan rasa capek dan lapar. soalnya sudah lewat dari waktunya makan tapi orang yang mengantarkan tidak ada.

"Sabarlah....! mungkin nasinya belum matang," jawab pencangkul yang lain. Sebenarnya dia pun merasa lapar, namun dia belum berani beristirahat karena masih tanggung dengan pekerjaan.

Semakin lama matahari pun semakin turun ke arah barat, namun orang yang mengantarkan makanan belum hadir juga, sampai waktu Ashar pun tiba, tapi tidak ada seorang pun yang mengantarkan makanan buat mereka. sehingga para pekerja itu merasa menjadi pekerja Romusha, jangankan dikasih makan dikasih minum pun tidak sama sekali. namun meski begitu mereka tetap meneruskan pekerjaan sampai waktu yang sudah ditentukan, karena mereka sangat menghormati ketua kampungnya, dan ditambah pak ustad tidak pernah melakukan hal seperti itu.

Empat pekerja yang sudah menyelesaikan pekerjaannya Mereka pun pulang ke rumah masing-masing. setelah membersihkan tubuh selepas seharian bekerja, Mereka pun seperti memiliki hati yang sama. para pekerja itu berdatangan menuju rumah pak ustad, membuat orang yang dikunjungi merasa bahagia karena ada teman untuk mengobrol.

Lama mengobrol akhirnya para pekerja pun bercerita bahwa mereka bekerja di sawah tidak ada orang yang mengantarkan makanan, membuat pak ustad merasa kaget, karena dia tidak pernah melakukan perbuatan sejahat itu.

"Ya Allah, Ya Robbi.....! yang benar kamu sarkowi?" tanya pak ustad sama sarkowi orang kepercayaannya.

"Iya benar pak ustad, tidak salah sama sekali, begitulah kejadiannya...!" Jawab sarkowi dengan jujur ditimpali oleh pekerja lain untuk menguatkan.

Mendapat keterangan dari para pekerjanya, Pak ustad pun tidak bertanya lagi. dia bangkit dari tempat duduk kemudian menuju ke arah dapur, untuk menemui istrinya yang sedang beres-beres.

"Ibu...., Emang ibu nggak mengantarkan makanan buat para pekerja, soalnya jang sarkowi dan beberapa pekerja lainnya, mereka protes katanya mereka tidak dikasih makan sama kita?" tanya pak ustad setelah berada di dekat istrinya.

"Ah, Yang bener Bapak.... apa Saya tidak salah dengar? karena saya bukan orang kurang waras, yang membiarkan orang bekerja tanpa dikasih makan. Saya masih sadar, masih ingat."

"Lah, kenapa jadi marah-marah! bapak cuma bertanya, apa ibu nggak mengirimkan makanan buat para pekerja, soalnya mereka sedang kumpul di depan?"

"Yah mengirimkan lah Pak, tapi sekarang ibu juga lagi bingung, karena Jang Eman yang ditugaskan mengantarkan nasi sampai sekarang belum pulang. Ibu khawatir, takut terjadi apa-apa sama dia?"

"Hah....! belum pulang? Astaghfirullahaladzim, Kenapa nggak bilang dari tadi, terus Jang Eman pergi ke mana? bikin orang jantungan saja...!" ujar pak ustad yang terlihat penuh kekhawatiran, takut dimintai pertanggungjawaban oleh orang tuanya.

"Nggak tahu....! ibu juga bingung, Ibu dari tadi menunggu tapi belum pulang juga."

"Huh ..! ada-ada aja bahan pemikiran tuh. biasanya kan dia sudah berada di kamar. Bagaimana, ke mana kita harus mencarinya?" jawab Pak Ustad yang terlihat panik, namun Ibu Ustad hanya diam sambil berpikir. tak dapat jawaban dari istrinya, Dia pun kembali ke ruang teras kemudian duduk di kursi yang tadi ia Tinggalkan.

"Ada apa Pak Ustad?"

"Begini sarkowi....! dengarkan oleh kalian, tadi siang si Ibu dari rumah sudah menyuruh Jang Eman Untuk mengantarkan nasi buat para pekerja seperti biasa. tepat dengan waktu dengan makan siang. kayaknya ada gangguan di jalan, buktinya sampai jam segini Eman belum juga pulang."

"Oh begitu, ke mana dong jang Eman tuh?"

"Nah, sekarang begini saja. saya minta kepada semuanya untuk membantu mencari keberadaan Eman. Soalnya kalau tidak ditemukan, Sayalah yang akan disalahkan oleh orang tuanya. jangan tanggung menolong saya, Ayo kita sama-sama cari Jang Eman sampai ketemu.

Mendengar penjelasan dari pak ustad, sarkowi hanya menatap ke arah tertua kampung itu. namun mereka sekarang sedikit mengerti, kenapa tadi siang tidak ada yang mengantarkan makanan. karena Eman yang ditugaskan belum pulang, ini adalah bukti bahwa terjadi sesuatu terhadap pemuda itu.

Akhirnya pak ustad ditemani oleh sarkowi dan para pekerja lainnya. mereka pun turun dari rumah, untuk mencari keberadaan Eman yang menghilang. di jalan bertemu dengan orang lain, setelah dijelaskan Mereka pun memutuskan untuk membantu mencari Eman. lama-kelamaan berita hilangnya Eman menyebar ke setiap penjuru Kampung Sukamaju, hingga akhirnya berita itu sampai ke telinga Bapaknya yang bernama Dodo.

"Aduh Bagaimana ini, pergi ke mana kamu Eman?" ujar Dodo yang terlihat kaget, namun dengan cepat Ia pun bersiap-siap untuk membantu mencari.

Setelah berpamitan kepada istrinya, dia pun pergi meninggalkan rumah. di jalan bertemu dengan tetangganya yang mau membantu mencari, hingga akhirnya banyak orang yang membantu untuk menemukan Eman.

Semakin lama keadaan pun semakin gelap, Cahaya senter semerbak menerangi seluruh penjuru lembah, ditambah obor-obor yang menyala memberikan penerangan, teriakan teriakan saling memberitahu, saling mengabari mulai menggema. nama Eman terus dipanggil-panggil agar mudah ketika melakukan pencarian.

Sebagian dari warga Kampung Sukamaju masih ada yang percaya tentang pembicaraan orang tua zaman dahulu. mereka beranggapan bahwa Eman diculik oleh kelong wewe, sehingga mereka pun berinisiatif memukul-mukul kaleng, ada juga yang memukul-mukul wajan, yang terpenting mengeluarkan suara berisik, sambil terus mendatangi tempat-tempat yang sepi, membelah rumpunan rumput-rumput. mereka beranggapan kalau Eman akan disembunyikan oleh makhluk mitologi, di tempat-tempat sepi seperti itu.

Sedangkan orang yang sedang mereka cari, dia sedang berdiam diri sambil memeluk dengkulnya di bawah pohon Bungur. pikirannya dipenuhi oleh kesusahan dan ketakutan. Bukan dia tidak mampu untuk berjalan pulang, bukan dia tidak merasa lapar, bukan tega sama majikan. namun pemikirannya yang dipenuhi oleh ketakutan dan kekhawatiran karena dia merasa memiliki dosa, dia takut Pak Ustad akan memarahinya, karena dia tidak bisa menjalankan tugas denga baik, sehingga akhirnya dia pun berdiam diri tidak mau pulang ke rumah pak ustad.

Lalat dan nyamuk mulai menyerang, Hawa dingin mulai menyeruak menusuk tubuh, apalagi baju yang dikenakan basah, akibat tadi jatuh ke sawah ketika mengejar pencuri. namun keadaan yang menyedihkan itu, tidak mampu untuk menghilangkan ketakutan Eman atas kesalahannya.

Halah....!

Gumam Eman yang terkaget setelah melihat cahaya senter yang terlihat, terdengar suara orang yang sedang mengobrol, bahkan ada yang memanggil-manggil namanya. melihat kejadian seperti itu membuat Eman semakin merasa takut, semakin menambah kebingungannya.

Bab. 3 Keanehan

"Haduh....! sekarang aku harus bagaimana, pasti orang-orang itu sedang mencariku. soalnya aku tidak pulang dari tadi siang. Aduh....! harus bagaimana ini, apa aku harus menyerahkan diri atau aku harus bersembunyi?" ujar Eman yang berbicara sendiri, perasaannya dipenuhi dengan kebingungan, otaknya yang berbeda dengan orang lain, sehingga dia tidak bisa memutuskan jalan mana yang harus ditempuh.

Semakin banyak orang yang berteriak, semakin bergetar pula hati Eman. cahaya senter semakin lama semakin mendekat ke arahnya. Sehingga Eman semakin merasa bingung tidak bisa memutuskan. namun akhirnya dia pun berdiri kemudian memindai area sekitar, terlihat ada pohon trembesi yang sangat rimbun.

"Mau bersembunyi di situ...! takut disiksa oleh masa," gumam hati Eman, kemudian dia pun berjalan dengan cepat menuju ke arah pohon. Tanpa berpikir panjang dia pun memanjat ke atas, takut ditemukan oleh orang-orang yang sedang mencarinya.

Kejadian itu memang sangat aneh, karena Eman menjadi orang yang pandai memanjat, seperti monyet yang biasa hidup di pohon. setelah sampai di atas pohon, Eman mencari ranting yang agak besar. kemudian Eman duduk sambil menyandarkan punggungnya ke pohon, tubuhnya terhalang oleh dedaunan yang sangat rimbun, sehingga membuatnya tidak akan mudah ditemukan. soalnya keadaan yang sudah semakin gelap, ditambah rimbunnya dedaunan pohon, ini akan membuat orang-orang yang mencari akan susah menemukannya.

Eman berbuat seperti ini, diakibatkan oleh rasa ketakutan yang melebihi batas. sehingga dia membulatkan tekad berdiam diri di atas pohon, Eman lebih takut dengan orang-orang yang sedang mencarinya, daripada Takut Jatuh dari pohon.

"Di sini kayaknya sangat aman, pasti orang-orang yang sedang mencari tidak akan mudah menemukanku...!" ujar Eman kemudian dia pun memejamkan mata, menikmati rasa capek setelah seharian berjuang. badannya terasa sangat menggigil diakibatkan baju yang dipakai masih basah, dengkulnya terasa sakit apalagi perutnya yang terasa sangat lapar.

Treng! treng! treng....!

Terdengar suara kaleng yang dipukul dan orang-orang yang terus Memanggil nama Eman. Ada pula yang membaca-baca mantra pengusir demit yang mereka percayai menculik Eman. namun kenyataannya tidak begitu, Eman yang semakin merasa ketakutan, dia lebih memilih merapatkan tubuhnya ke pohon agar tidak mudah ditemukan.

"Eman....! Kamu di mana Eman....! ini bapak Eman....., Eman....! Eman," ujar salah satu suara yang terdengar tidak asing, karena dia mencari berpisah dengan warga-warga yang lain. Dodo mencari anaknya ke rumpun-rumpun yang rimbun, membelah tempat-tempat yang sepi. senternya terus di nyalakan menerangi tempat-tempat tersembunyi.

Sedangkan Eman Walaupun dia mendengar suara Bapaknya yang memanggil, dia tidak sedikitpun berani menjawab. malah dia semakin merasa takut, malu dan khawatir. takut dia dimarahi oleh Dodo, sehingga dia pun menutup telinganya dengan kedua tangan, tidak mau mendengar orang-orang yang memanggilnya.

Orang-orang terus berpencar ke setiap penjuru mencari keberadaan Eman yang tidak kunjung pulang ke rumah. hingga ada salah satu orang yang sampai ke Saung tempat beristirahat Hadi dan Warsa.

Orang itu melihat berbagai peralatan makan yang masih berserakan. seperti teko, piring, cangkir, bakul dan lain-lainnya. bahkan daun pisang pembungkus nasi pun masih terlihat berada di atas pelupuh.

"Pak Ustad....! Pak Ustad....! ke sini pak ustad....!" Panggil sarkowi kepada orang yang sedang menyusuri kebun singkong dekat Saung.

Orang yang dipanggil pun merasa kaget, hingga akhirnya dia bergegas menuju ke dekat Saung, mendekat ke arah orang yang memanggilnya. setelah sampai matanya terbelalak, karena melihat perabotan yang masih berserakan, bahkan terlihat ada bungkus rokok.

"Kok, ini seperti bakul saya, sokonya saja baru saja dibetulkan. karena sudah rusak. tapi ke mana isinya, dimakan sama siapa nih, apa di makan sama Eman gitu?" gumam pak ustad sambil mengurutkan dahi, dia merasa heran melihat kejadian seperti itu.

"Kayaknya begitu pak ustad...! tidak akan salah lagi. Mungkin Si Eman dia merasa lapar. terus nasi itu dibawa ke sini, kemudian dia memakannya sendiri sampai habis." ujar sarkowi yang tiba-tiba menuduh Eman tanpa berpikir terlebih dahulu.

"Lah.....! mustahil. itu tidak masuk akal, Saya tidak yakin kalau Eman berbuat seperti itu, kayak orang yang tidak dikasih makan oleh pak ustad. Lagian nasi itu sangat banyak, karena nasi itu disiapkan untuk 4 orang. masa iya dia bisa menghabiskannya sendirian!" Sanggah seorang laki-laki yang berdiri di dekat tiang Saung, matanya terus memindai ke arah bungkus rok0k, yang terlihat asing bagi mereka.

"Terus bagaimana pendapat kalian? saya jadi bingung nih...!' ujar pak ustad sambil menatap ke arah orang yang sedang berdiri di dekat tiang Saung .karena orang itu menyanggah pendapat sarkowi, kalau Eman tidak mungkin menghabiskan makanan yang begitu banyak, menurutnya itu tidak masuk akal.

"Nih, ada bungkus rokok. di kampung Sukamaju rokok seperti ini sangat jarang, karena kebanyakan merokok tembakau dengan papir atau daun Aren," jawab orang itu memberikan penjelasan.

"Jadi bagaimana dong..?" Pak Ustad bertanya kembali.

"Saya memiliki perkiraan bahwa malingnya bukan Eman, tapi ada orang lain."

Mendapat keterangan seperti itu, akhirnya para warga pun terdiam memikirkan perkataan orang yang memberikan sanggahan. setelah lama mereka pun mulai sadar, bahwa Eman bukan orang seperti itu. Eman tidak pernah merokok, paling kalau dia Merokok, itu hanya sekali sekali saja, itupun rokoknya hanya daun Aren dan tembakau mole.

"Kira-kira siapa orang yang mencuri nasi ini?" tanya salah Seorang warga yang tidak mendapat kejelasan dari apa yang dia lihat.

"Kayaknya kita harus bertanya sama pak kulisi Desa, Karena pemikiran kita sangat terbatas. Coba tolong kamu panggilkan Pak Kulisi, suruh beliau ke sini...!" ujar pak ustad yang sadar diri tidak mampu memecahkan masalah.

Mendengar perintah seperti itu, terdengar suara orang yang memanggil nama pak Kulisi, hingga akhirnya terdengar orang yang menyahuti dari arah timur. kemudian dia pun berjalan tergesa-gesa menuju ke arah Saung.

Akhirnya Kulisi Desa pun sampai, napasnya terlihat ngos-ngosan, keringat memenuhi seluruh dahi. "Ada apa nih pak ustad?" tanya pak polisi mulai mengintrogasi.

"Ada penemuan Aneh nih Jang Isi, di saung ini saya menemukan perabot. namun setelah diselidiki ternyata ini perabotan punya saya, yang digunakan untuk mengantarkan nasi ke para pekerja," jawab Pak Ustad menjelaskan.

Mendengar penuturan seperti itu, pak Kulisi pun terdiam dan berpikir. senter yang di bawanya mulai diarahkan ke arah bakul, terus ke arah daun yang terlihat masih berserakan, kearah bungkus rokok dan perabotan-perabotan yang lainnya. Bahkan dia pun terlihat mendongakan kepala, takut ada yang ngumpet di atas. Suasana di dekat Saung pun terdengar sepi, Semua orang berpikir dan menerka-nerka siapa yang melakukan semuanya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!