"Haduh....! sekarang aku harus bagaimana, pasti orang-orang itu sedang mencariku. soalnya aku tidak pulang dari tadi siang. Aduh....! harus bagaimana ini, apa aku harus menyerahkan diri atau aku harus bersembunyi?" ujar Eman yang berbicara sendiri, perasaannya dipenuhi dengan kebingungan, otaknya yang berbeda dengan orang lain, sehingga dia tidak bisa memutuskan jalan mana yang harus ditempuh.
Semakin banyak orang yang berteriak, semakin bergetar pula hati Eman. cahaya senter semakin lama semakin mendekat ke arahnya. Sehingga Eman semakin merasa bingung tidak bisa memutuskan. namun akhirnya dia pun berdiri kemudian memindai area sekitar, terlihat ada pohon trembesi yang sangat rimbun.
"Mau bersembunyi di situ...! takut disiksa oleh masa," gumam hati Eman, kemudian dia pun berjalan dengan cepat menuju ke arah pohon. Tanpa berpikir panjang dia pun memanjat ke atas, takut ditemukan oleh orang-orang yang sedang mencarinya.
Kejadian itu memang sangat aneh, karena Eman menjadi orang yang pandai memanjat, seperti monyet yang biasa hidup di pohon. setelah sampai di atas pohon, Eman mencari ranting yang agak besar. kemudian Eman duduk sambil menyandarkan punggungnya ke pohon, tubuhnya terhalang oleh dedaunan yang sangat rimbun, sehingga membuatnya tidak akan mudah ditemukan. soalnya keadaan yang sudah semakin gelap, ditambah rimbunnya dedaunan pohon, ini akan membuat orang-orang yang mencari akan susah menemukannya.
Eman berbuat seperti ini, diakibatkan oleh rasa ketakutan yang melebihi batas. sehingga dia membulatkan tekad berdiam diri di atas pohon, Eman lebih takut dengan orang-orang yang sedang mencarinya, daripada Takut Jatuh dari pohon.
"Di sini kayaknya sangat aman, pasti orang-orang yang sedang mencari tidak akan mudah menemukanku...!" ujar Eman kemudian dia pun memejamkan mata, menikmati rasa capek setelah seharian berjuang. badannya terasa sangat menggigil diakibatkan baju yang dipakai masih basah, dengkulnya terasa sakit apalagi perutnya yang terasa sangat lapar.
Treng! treng! treng....!
Terdengar suara kaleng yang dipukul dan orang-orang yang terus Memanggil nama Eman. Ada pula yang membaca-baca mantra pengusir demit yang mereka percayai menculik Eman. namun kenyataannya tidak begitu, Eman yang semakin merasa ketakutan, dia lebih memilih merapatkan tubuhnya ke pohon agar tidak mudah ditemukan.
"Eman....! Kamu di mana Eman....! ini bapak Eman....., Eman....! Eman," ujar salah satu suara yang terdengar tidak asing, karena dia mencari berpisah dengan warga-warga yang lain. Dodo mencari anaknya ke rumpun-rumpun yang rimbun, membelah tempat-tempat yang sepi. senternya terus di nyalakan menerangi tempat-tempat tersembunyi.
Sedangkan Eman Walaupun dia mendengar suara Bapaknya yang memanggil, dia tidak sedikitpun berani menjawab. malah dia semakin merasa takut, malu dan khawatir. takut dia dimarahi oleh Dodo, sehingga dia pun menutup telinganya dengan kedua tangan, tidak mau mendengar orang-orang yang memanggilnya.
Orang-orang terus berpencar ke setiap penjuru mencari keberadaan Eman yang tidak kunjung pulang ke rumah. hingga ada salah satu orang yang sampai ke Saung tempat beristirahat Hadi dan Warsa.
Orang itu melihat berbagai peralatan makan yang masih berserakan. seperti teko, piring, cangkir, bakul dan lain-lainnya. bahkan daun pisang pembungkus nasi pun masih terlihat berada di atas pelupuh.
"Pak Ustad....! Pak Ustad....! ke sini pak ustad....!" Panggil sarkowi kepada orang yang sedang menyusuri kebun singkong dekat Saung.
Orang yang dipanggil pun merasa kaget, hingga akhirnya dia bergegas menuju ke dekat Saung, mendekat ke arah orang yang memanggilnya. setelah sampai matanya terbelalak, karena melihat perabotan yang masih berserakan, bahkan terlihat ada bungkus rokok.
"Kok, ini seperti bakul saya, sokonya saja baru saja dibetulkan. karena sudah rusak. tapi ke mana isinya, dimakan sama siapa nih, apa di makan sama Eman gitu?" gumam pak ustad sambil mengurutkan dahi, dia merasa heran melihat kejadian seperti itu.
"Kayaknya begitu pak ustad...! tidak akan salah lagi. Mungkin Si Eman dia merasa lapar. terus nasi itu dibawa ke sini, kemudian dia memakannya sendiri sampai habis." ujar sarkowi yang tiba-tiba menuduh Eman tanpa berpikir terlebih dahulu.
"Lah.....! mustahil. itu tidak masuk akal, Saya tidak yakin kalau Eman berbuat seperti itu, kayak orang yang tidak dikasih makan oleh pak ustad. Lagian nasi itu sangat banyak, karena nasi itu disiapkan untuk 4 orang. masa iya dia bisa menghabiskannya sendirian!" Sanggah seorang laki-laki yang berdiri di dekat tiang Saung, matanya terus memindai ke arah bungkus rok0k, yang terlihat asing bagi mereka.
"Terus bagaimana pendapat kalian? saya jadi bingung nih...!' ujar pak ustad sambil menatap ke arah orang yang sedang berdiri di dekat tiang Saung .karena orang itu menyanggah pendapat sarkowi, kalau Eman tidak mungkin menghabiskan makanan yang begitu banyak, menurutnya itu tidak masuk akal.
"Nih, ada bungkus rokok. di kampung Sukamaju rokok seperti ini sangat jarang, karena kebanyakan merokok tembakau dengan papir atau daun Aren," jawab orang itu memberikan penjelasan.
"Jadi bagaimana dong..?" Pak Ustad bertanya kembali.
"Saya memiliki perkiraan bahwa malingnya bukan Eman, tapi ada orang lain."
Mendapat keterangan seperti itu, akhirnya para warga pun terdiam memikirkan perkataan orang yang memberikan sanggahan. setelah lama mereka pun mulai sadar, bahwa Eman bukan orang seperti itu. Eman tidak pernah merokok, paling kalau dia Merokok, itu hanya sekali sekali saja, itupun rokoknya hanya daun Aren dan tembakau mole.
"Kira-kira siapa orang yang mencuri nasi ini?" tanya salah Seorang warga yang tidak mendapat kejelasan dari apa yang dia lihat.
"Kayaknya kita harus bertanya sama pak kulisi Desa, Karena pemikiran kita sangat terbatas. Coba tolong kamu panggilkan Pak Kulisi, suruh beliau ke sini...!" ujar pak ustad yang sadar diri tidak mampu memecahkan masalah.
Mendengar perintah seperti itu, terdengar suara orang yang memanggil nama pak Kulisi, hingga akhirnya terdengar orang yang menyahuti dari arah timur. kemudian dia pun berjalan tergesa-gesa menuju ke arah Saung.
Akhirnya Kulisi Desa pun sampai, napasnya terlihat ngos-ngosan, keringat memenuhi seluruh dahi. "Ada apa nih pak ustad?" tanya pak polisi mulai mengintrogasi.
"Ada penemuan Aneh nih Jang Isi, di saung ini saya menemukan perabot. namun setelah diselidiki ternyata ini perabotan punya saya, yang digunakan untuk mengantarkan nasi ke para pekerja," jawab Pak Ustad menjelaskan.
Mendengar penuturan seperti itu, pak Kulisi pun terdiam dan berpikir. senter yang di bawanya mulai diarahkan ke arah bakul, terus ke arah daun yang terlihat masih berserakan, kearah bungkus rokok dan perabotan-perabotan yang lainnya. Bahkan dia pun terlihat mendongakan kepala, takut ada yang ngumpet di atas. Suasana di dekat Saung pun terdengar sepi, Semua orang berpikir dan menerka-nerka siapa yang melakukan semuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments