.
Triing triiing... ponsel Bram berbunyi, yang membuat Mama Anita & Papa Indra menatap ke arahnya, Ibrahim yang melihat itupun tak merespon panggilan itu, krn dia sudah melihat itu panggilan dari Donita yang masih berstatus kekasihnya itu.
**
Di kediaman Abah Manshur dan Ummi Salamah
.
"Gimana dik, setelah pandangan pertama melihat calon suamimu?" Tanya Asma kepada Asiyah yang masih malu-malu
"Dulu, ka Asma & ka Aldi saat pertemuan pertama seperti apa perasaannya?"
"Heumm... orang nanya dia balik nanya" sahut Asma mendelik pada adiknya
"Enggaa.. Asiyah mau tau aja, mungkinkah sama atau ini hanya perasaan Asiyah aja"
"Dik, namanya kita belum pernah kenal dan dekat dengan laki-laki kecuali Abah dan ka Ahmad kesan pertama pasti aneh, tapi ngomong-ngomong apa menurutmu Ibrahim itu tampan & apa kau menyukainya? hehe..."
Asiyah sontak membelalakan matanya "Ka Asma... bagaimana mungkin baru pertama kali bertemu, dan menatapnya hanya bbrp detik lalu Asiyah langsung menyukainya? heumm.. " Asiyah hanya menggelengkan kepalanya merespon pertanyaan Asma
"Eumm.. kaka kira akan ada cinta pada pandangan pertama" kakanya terus mengulum senyum meledek adik bungsunya.
"Huusssh.. kaka, selama kalimah akad belum terucap Asiyah berusaha untuk tidka memikirkannya, Asiyah takut terjatuh pada zina hati, Asiyah hanya akan terus memperbaiki dan mempersiapkan diri untuk menjadi seorang istri yang baik" tutur Asiyah lalu menundukkan wajahnya sendu
"Maa syaa Allah.. anak Ummi benar-benar sudah dewasa dan sudah siap menikah" tiba-tiba Ummi salamah menghampiri kedua putrinya yang sedang duduk berdua, sementara Aldi menghampiri Abah mertuanya di teras melihat pemandangan langit di malam hari seraya mengobrol ringan.
.
Melihat kedatangan Ummi Salamah, Asma dan Asiyahpun mengubah posisi duduknya dr berhadapan kini duduk berdampingan
"Asma.. Asiyah.. Abah tidak akan melakukan sesuatu sebelum berpikir panjang, semoga Asiyah mengerti maksud Ummi nak"
.
Asiyah menganggukkan kepalanya, "Asiyah sangat faham Ummi, Ummi dan Abah selalu ingin yang terbaik untuk kami" keduanya pun memeluk sang ibu yang sudah tak muda lg itu.
.
Ummi salamah mengelus-elus pundak kedua putri seraya memberikan nasehat.
"Ketika kalian sudah menikah, taatilah suami kalian dalam hal yang ma'ruf dan selama itu tidak melanggar syari'at, setelah ijab & qobul terucap, itu juga pertanda Abah menyerahkan tanggung jawab atas kalian kepada suami kalian nak, kami sebagai orang tua sudah tidak mempunyai wewenang atas kalian, jika suamimu marah meminta maaflah sekalipun engkau tidak bersalah, terlebih saat engkau melakukan kesalahan tentu harus meminta ridhonya sebelum suamimu tertidur, dalam rumah tangga jangan pernah melihat siapa yang salah harus meminta maaf.. seni dalam berumah tangga adalah seni mengalah, siapa gang mengalah dia pemenangnya"
.
Tak terasa Asma & Asiyah menangis di pelukan Ummi Salamah, nasehat ibunya itu sungguh telah masuk ke relung hati mereka berdua.
.
Kini Asma merenggangkan pelukannya seraya mengambil tangan sang ibu yang setengah berkeriput "Ummi.. Asma akan selalu mengingat nasehat Ummi, Asma minta maaf jika sampai saat ini Asma belum bisa membahagiakan Ummi & Abah"
.
Ummi salamah tersenyum seraya mengelus kepala putri keduanya itu "Ummi & Abah akan merasa bahagia dan sukses mendidik kalian berdua, ketika kalian berbakti pada suami kalian nak, itu sudah lebih dari cukup untuk kami"
.
Mendengar itu Asiyah semakin menangis haru "Semoga Ummi & Abah selalu sehat dan senantiasa dalam penjagaan Allah, meskipun nanti Asiyah sudah menikah dan memiliki suami, tapi Asiyah dan kita semua anak Ummi masih sangat butuh doa-doa dari Ummi & Abah" tutur asiyah sembari terus menerus mengeluarkan air mata.
.
***
"Papa tekankan padamu, setelah ini jangan pernah berhubungan lagi dengan wanita itu.!" penekanan Papa Indra pada Bram setelah melihat sepanjang jalan ponsel Bram terus menerus berbunyi tanpa jeda, kecuali saat Bram mematikan ponselnya
.
Bram hanya terdiam mendengar penuturan papanya
.
Mama Anita kini menimpali "Sudahlah Pa ini sudah malam, Bram sudah menyutujui perjodohan ini, dan pasti Bram tau bagaimana cara mengurusi wanita itu" tutur Mama Anita menenangkan suaminya yang selalu meledak-ledak jika yang berkaitan dengan Donita kekasih anaknya itu
.
Bram masih terdiam seribu bahasa, karna Bram tau tidak akan selesai jika berdebat dengan papanya, dia lebih memilih diam
.
"Sebaiknya malam ini menginap disini nak, ini sudah larut malam dan kau juga pasti lelah menyetir seharian ini pulang pergi"
Iya Bram sangat lelah namun untuk menginap rasanya dia enggan.. bisa-bisa terus-terusan di semprot papanya setiap melihat wajahnya.
.
"Bram plang ke apartemen aja mah.. sebaiknya Mama istirahat, tidak ada lelah bagi kapten sepertiku" melempar senyum pada mamanya agar tidak perlu mengkhawatirkannya.
.
Papa Indra yang sudah memasuki rumahnya terlebih dahulu, membuat Bram menitipkan pamitnya pada Mama Anita.
.
setalah memakan waktu 45menit akhirnya Bram sampai di parkiran apartemennya, Bram kaget saat melihat Donita sedang dudu di depan pintu apartemennya "Donita.. apa yang sedang kau lakukan malam-malam seperti ini ada di sini?"
.
"haaah... apa aku tidak salah dengar, bukankah seharusnya aku yang bertanya padamu, darimana seharian ini kau tak mengangkat telponku, tidak membalas pesanku bahkan membacanyapun tidak!" Donita yang melipat tangan di atas dadanya dan berbicara setengah berteriak.
.
"Ku mohon.. aku sedang lelah, dan tidak ada tenaga untuk berdebat denganmu" tutur Bram berusaha dengan nada lembut
.
"Bram.. aku tidak sedang mengajakmu berdebat.. aku hanya bertanya, darimana kau seharian ini, cukup jawab pertanyaanku dan selesai aku akan pergi dari sini"
.
Bram membuang nafasnya dengan kasar, "Aku akan menjelaskannya padamu besok, sekarang pulanglah.. aku benar-benar lelah dan ingin beristirahat ya.."
.
Tidak banyak kata.. akhirnya Donita pun pergi dengan menghentakan langkah kakinya penuh amarah krn menghadapi Bram yang akhir-akhir ini sikapnya berubah padanya.
.
"Aku sungguh tak mengerti ada apa denganmu Bram, ini kali pertama kau membuatku menangis merasa di abaikan.. aku tak memiliki siapapun kecuali dirimu bram" lirih Donita saat di parkiran apartemennya Bram sebelum menaiki mobilnya.
.
terus menangis selama mengendarai mobilnya membuat mobil yang di kendarainya tiba-tiba oleng kehilangan keseimbangan "Chhiiiiitttt gubbraaaakk"
.
***
"Aku harus bagaimana cara menjelaskan pada Donita tentang perjodohan ini?" gumam Bram sambil menatap langit-langit kamarnya hendak tidur berharap ini semuanya hanya mimpi saat esok bangun pagi dia dalam keadaan tanpa masalah ini, namun naas.. bram sadar ini bukanlah mimpi .
.
driitt.. driittt...
Tiba-tiba ponselnya bergetar, saat dia lihat yang memanggil Donita Bram tidak ingin mengangkatnya, jika ia mengangkatnya sudah pasti akan ada perdebatan yang sama seperti saat bbrp jam yang lalu..
"Lebih baik aku tidur, jadi ada alasan kenapa aku tidak mengangkat telponnya" gumamnya
****
Bagaimana kisah mereka selanjutnya??
To be continued...
jangan lupa like, komen, vote dan dukung author terus agar selalu update setiap hari.
Jazaakumullaahu khayran wa baarakallaahu fiikum ❤️💞
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments