Bab 3

**

Di kediaman rumah Abah Manshur & Ummi Salamah, didalam kamar Asiyah bersiap-siap dan terus mondar mandir sesekali menatap dirinya dalam pantulan kaca dan entah berapa kali dia membenarkan pakaiannya, sungguh Asiyah sangat gugup karena ini pertama kalinya dia akan di pertemukan dengan calon suami dan mertuanya.

.

karena memang Asiyah adalah wanita muslimah yang sangat ta'at, ia tak pernah sekalipun memiliki hubungan dengan yang bernama laki-laki, karena dia mengetahui agama melarangnya.. kecuali sudah menikah.

.

mendengar panggilan Ummi Salamah dari depan pintu kamarnya, Asiyah terlonjak kaget, karena pasti Ummi memangil untuk menemui mereka.

.

"Iya Ummi sebentar" sambil memperbaiki khimar dan cadarnya Asiyahpun membuka pintu, yg disana sudah disambut senyum sang Ummi dari balik cadarnya.

.

Iya memang kelurga besar Abah Manshur dari mulai ibunya dahulu, saudari-saudarinya, Istri & putri-putrinya pun semua mengenakan cadar.

.

"Ayo nak.. kamu sudah di tunggu di ruang tamu"

.

"Ummi... " Asiyah yang tiba-tiba menggenggam tangan Ummi Salamah, Ummi Salamah pun mengerti kegugupannya.

.

"Tenang saja nak, In Syaa Allah tidak apa-apa, jika calon sumi dan mertuamu bertanya Asiyah hanya cukup menjawab seperlunya saja, ya?"

.

Asiyahpun menganggukkan kepalanya, lalu mereka berjalan menuju ruang tamu yg disana Abah & keluarga Pak Indra sudah menunggu.

.

Abah melihat kedatangan Istri dan putrinya pun tersenyum, dan Asiyah hanya tersenyum dibalik cadarnya, menatap pasangan paruh baya yang berada di hadapannya Indra & Anita seraya menangkupkan kedua tangannya memberi salam.

.

Lalu dimana Ibrahim? ya ibrahim ada di tengah kedua orang tuanya namun selama berada disana dia hanya duduk di kursi dan menundukkan wajahnya, sesekali mengangkat wajahnya ketika namanya di sebut oleh kedua orang tuanya.

.

Saat Asiyah datang pun dia hanya mengangkat wajahnya sedikit, dia hanya bisa menautkan kedua alisnya aneh menatap aneh Asiyah.

.

*Oh jadi wanita seperti ini yang di sukai Mama & Papa? Bagaimana mungkin dia menjodohkanku dengan wanita yang wajahnya saja tidak terlihat, bagaimana kalo di ternyata cacat atau buruk rupa, sungguh ini neraka bagiku* batinnya

.

Kemudian panggilan sang Mama menyadarkan lamunannya "Eeu iya ma?"

.

"Ketemu calon istri kok melamun" sontak yang ada di ruangan itupun tertawa bersama kecuali Asiyah.

.

"Sekarang jika kau ingin melihat wajah calon istrimu boleh nak"

.

"Tidak perlu ma, biar menjadi kejutan untuk Bram setelah menikah nanti"

.

Asiyah hanya tersenyum dan haru mendengar penuturan calon suaminya itu, namun bukan itu maksud Bram, melainkan dia sangat malas berada di tengah-tengah mereka, Bram berbicara seperti itupun agar acaranya cepat-cepat selesai dan pulang.

.

Abahpun angkat suara "Asiyah pun boleh melihat wajah calon suamimu nak" tuturnya

.

Asiyah hanya mengangkat wajahnya kilat melihat wajah calon suaminya, sungguh ketampanan Ibrahim membuat Asiyah terpana Asiyah pun langsung menundukkan pandangannya seraya beristighfar dalam hati.

.

Tiba-tiba di tengah obrolan mereka tibalah Asma & Aldi suaminya

"Assalamu'alaikum" Salam Asma dan Aldi berbarengan..

.

Sontak yang di dalam rumah pun menjawab salam mereka serentak, lalu mereka menyalami orang tua dan mertuanya, dan menangkupkan tangan pada keluarga Indra.

"Maafkan kami Ummi datang telat, tadi di jalan sungguh sangat macet" tutur Asma

"Biasa akhir pekan" sahut Aldi

.

Mengenal suara yang ia kenali, sontak membuat Bram menatap ke arah suara itu yaitu Aldi.

"Aldi, kau Aldi kan?"

.

Aldi pun mengoyang-goyangkan telunjuknya mengingat-ingat siapa yang ada di depannya.. "Braaam, apa iya kau Bram"

.

Akhirnya mereka saling memeluk gaya lelaki pada umumnya

.

"Maa syaa Allah ternyata kalian saling mengenal" tutur Abah Manshur

.

"Iya bah kami teman sewaktu duduk di sekolah menengah pertama dulu, sejak Bram di lantik dan di tugaskan keluar kota selama 6bln kami lost kontak, akhirnya kami bersua disini" jawab menantunya, Aldi

.

"Wah bagus jika seperti itu, dari sahabat menjadi suadara ipar iyakan Manshur" tutur Indra kepada sahabatnya Manshur saling melempar tawa.

.

Mama Anita dan Ummi Salamahpun ikut tersenyum bahagia, ternyata sesempit ini dunia, Asma yang sudah duduk di sebelah adiknya Asiyah, seraya berbisik "Calon suamimu sungguh sangat tampan" Asiyahpun sontak menyenggol bahu sang kaka dengan bahunya, khawatir ucapannya ada yang mendengar.. Asma hanya terkekeh menanggapi malunya sang Adik.

.

"Baiklah kita ke intinya saja..." Indra memulai pembicaraan resminya.

.

"Manshur, Bu Salamah, kedatangan kami kemari ingin melamar Asiyah putri kalian untuk menjadi calon Istri putra kami Ibrahim Wijaya"

.

"Keputusan tentu ada di tangan Asiyah, Asiyah apa kau menerima lamaran nak Ibrahim kepadamu?" tanya sang Abah pada Asiyah.

.

Lalu Asiyah mengangkat wajahnya yang sedari tadi menunduk seraya menganggukkan kepalanya tanda setuju dan jawaban iya.

.

"Sontak semua berada disana mengucap hamdalah.

.

"Baiklah jika seperti itu, kita akan langsung menentukan tanggal pernikahan kalian, apa Ibrahim dan Asiyah ada usul untuk konsepnya nanti.

.

Keduanya pun menggelengkan kepalanya berbarengan, dan membuat semua orang disana tertawa "Gini nih kalau jodoh, geleng kepala saja barengan" tutur Indra yang membuat abah Manshur dan yang lainnya pun terkekeh berbeda dengan Ibrahim dan Asiyah yang salah tingkah sedari tadi.

.

Ummi Salamah akhirnya membuka suara "Untuk hal itu kami serahkan pada Bu Anita saja, karena kalau di pihak kami jelas kami akan mengadakannya sesederhana mungkin"

.

"Baiklah Ummi Salamah.. kami akan membicarakan ini di rumah In Syaa Allah, karena banyak yang harus kami urus terlebih dulu"

.

"Karena lamaran sudah di terima, kami izin pamit pulang, semoga Allah memudahkan hajat kita"

.

"Alhamdulillah, Aamiin Allahumma Aamiin" Sahut Abah

"baiklah hati-hati di jalan Indra"

"Sekali lagi terima kasih Manshur, kau telah mempercayakan putraku untuk putrimu"

Abah hanya mengangguk-anggukan kepalanya dan tersenyum seraya menenpuk-nepuk pundak sahabatnya itu.

***

Di dalam mobil "Bram kenapa kau tidak melihat wajah dari calon istrimu?"

.

Bram yang sedang menyetir mobilpun melihat sekilas dari spion depan merespon Mamanya "Apa gunanya Ma, di lihat ataupun tidak tetaplah tidak bisa menolak kan?" sahut Ibrahim

.

"Apa maksudnya Bram, jangan membuat masalah setelah lamaran di terima!" Papa Indra tak kuasa menahan emosinya mendengar penuturan putranya

.

"Jika seperti itu Mama & Papa tidak perlu bertanya apa dan kenapa, Bram akan mengikuti kemauan Mama & Papa" respon Ibrahim dengan melajukan kemudinya dan fokus menatap ke arah jalan

.

Papa Indra dan Mama Anita sangat mengenal watak anaknya yang keras kepala, namun Mama Anita menyimpan kekhawatiran jika Ibrahim menyakiti hati Asiyah setelah menikah karna posisi putranya yang menikah karna terpaksa.

.

Triing triiing... ponsel Bram berbunyi, yang membuat Mama Anita & Papa Indra menatap ke arahnya, Ibrahim yang melihat itupun tak merespon panggilan itu, krn dia sudah melihat itu panggilan dari Donita yang masih berstatus kekasihnya itu.

****

Bagaimanakah kisah mereka selanjutnya?

Jangan lupa like, komen, vote dan dukung author terus agar selalu update yaa mentemen

jazaakumullaahu khayran wa baarakallaahu fiikum ❤️💞

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!