Lembaran pekerjaan disetiap harinya membuatku tak menyadari sudah minggu ketiga bekerja di gallery kesenian ini.. Sebentar lagi akhirnya aku mulai bisa mencicil pembayaran untuk kuliah tambahanku. Saat awal aku bekerja disini aku mendapatkan banyak kemudahan karena manager di galery ini ternyata adalah teman Ozge yang juga ternyata membantuku agar aku bisa diterima bekerja disini.. Namun entah mengapa ozge selalu menanyakan kabarku seolah dia merasa khawatir karena aku bekerja disini.. Manager itu bernama ilker dan dia ternyata merupakan anak dari pemilik galery kesenian ini.. Disetiap kedatanganku Pak Ilker selalu menegur sapa kepadaku, sungguh pria yang sopan. Tanpa melihat statusku yang bekerja disini sebagai Cleaning service.. Bahkan terkadang jika aku pulang sedikit terlambat, dia menanyakan padaku dan sempat menawarkan diri untuk mengantarku, namun dengan penolakan ku padanya, dia sama sekali tidak terlalu mengambil hati.. Sampai pada hari ini, sungguh tidak terduga bahwa ilker akan berulang tahun dan dia mengundangku..
Ozge yang mendengar itu, langsung menghubungiku dan menanyakan kembali kabarku.. Aku pun menjadi terheran dengan kelakuannya saat ini karena dia tidak pernah seperti ini sebelumnya.. Sempat terlintas dalam pikiranku bahwa Ozge sebenarnya memiliki perasaan kepada ilker dalam waktu yang lama dan belum tersampaikan. Karenanya aku memutuskan untuk membatasi diri dan jujur tidak ada niat hati untuk mengenalnya lebih jauh. Hari pun berganti, lembaran tesis yang sedang kukerjakan pun sudah mendekati hasil akhir yang aku harap akan sangat memuaskan, Melihat jam yang terus berdetak tersadar akan kewajiban akan pekerjaan yang harus kulakukan, mencoba untuk bergegas begitu selesai perkuliahanku dan sampai di gallery seni tepat waktu. Dengan setengah berlari di pertengahan anak tangga pintu masuk gallery, tanpa adanya keinginan atau harapan yang berharap terkabul, pertemuan kembali dengan pria berkacamata itu membuat langkah terhenti. Terlihat emre pun dibelakangnya memberi salam padaku, sepertinya mereka sangat sibuk dengan membawa beberapa map dan sebuah tas kerja yang terlihat tebal. Bisnis seperti apa sebenarnya yang mereka sedang kerjakan?
“ Nona pengantar kopi..”
Serkan berjalan menuju Almira sembari melepas kacatamanya dan menaruh di dalam jasnya
“ Tuan Kacamata,..”
“ Apa yang kau lakukan disini? Berkunjung? Kau, sendirian kali ini. Tidak dengan teman mu?”
“ Ya.. Aku bekerja sampingan disini sebagai cleaning service”
“ Apa..?? Sejak kapan?? Bukankah kau bekerja dengan Mete?? Apa dia memperlakukanmu dengan.....”
“ Tidak. Tentu tidak.. Panjang Cerita"
" Sepertinya Aku masih ada waktu untuk mendengarkan penjelasan darimu"
" Itu.. Sebenarnya.. Intinya, Aku membutuhkan biaya untuk kuliah tambahanku.. Dan bukan bermaksud Pak Mete mengupahku sedikit, lingkungan kerja tidak nyaman dan alasan lainnya, tapi karena aku ingin sesegera mungkin menyelesaikan study ku disini dan kembali ke indonesia..”
“ Lalu, Sudah lama bekerja di sini? Apa kau dekat dengan ilker?”
“ Dekat? Dengan Pak ilker? Tidak, Tidak.. Aku hanya mengenalnya tapi tidak begitu dekat. kebetulan sahabatku di kampus adalah temannya, jadi dia merekondasikan aku bekerja di sini. Msebulan aku bekerja disini, Pak ilker juga sangat baik padaku.. Bahkan mengundangku diacara ulang tahunnya pekan depan”
“ Apa??”
“ aah maaf aku hampir terlambat.. Byee..”
Almira pun berlalu pergi sembari melambai dan menundukkan kepalanya saat melalui Emre
Kenapa baik ozge atau dia pun seolah terkejut dengan kabar ilker yang mengundangku dihari ulang tahunnya? Aku mencoba menolehkan diriku kebelakang, pria itu masih melihat kearahku seolah memperhatikanku.. Aneh sekali pria itu, dia melihatku seolah aku noda hitam dibaju putih, tapi tak lama pandangannya dapat berubah secara tibatiba ketika melihat kearahku.. Tersadar akan telat bekerja, aku pun segera berlari dan menuju ruang pegawai.. Tak lama sedang bekerja, saat aku berada dilantai 2 pandanganku teralihkan pada sudut lorong ruangan utama dari gallery di lantai dasar.. Terlihat pria itu sedang berbincang dengan Pak ilker.. Bahkan terlihat sangat serius mereka berdua saat ini.. Apa urusannnya belum selesai sehingga dia kembali kemari? Tapi apa perduliku? Saat ini yang terpenting adalah pekerjaanku cepat selesai sehingga aku bisa kembali dan langsung mengerjakan tesisku. Kembali mencoba menyelesaikan pekerjaanku lebih cepat dari biasanya lalu dengan segera kembali keruangan pegawai untuk mengganti pakaianku dan setengah berlari keluar dari gedung kesenian.. Menunggu kedatangan jadwal bis yang akan kunaiki, tiba tiba terhenti sebuah mobil mewah dihadapanku, pintu mobil yang terbuka seorang pria keluar dari dalam mobil dan menghampiriku..
“ Tuan kacamata? Apa yang kau......”
“ Masuklah, aku akan mengantarmu”
“ Apa??”
Dia kembali berjalan kearah mobilnya dan membukakan pintu mobil belakang kemudian menghadap dan menatap kearahku seraya mengatakanku untuk masuk kedalam mobil.. Namun sungguh terasa aneh tubuhku ini, bagai robot yang dikendalikan, aku menuruti perintahnya. Saat ilker bey mencoba berprilaku sama seperti pria ini berniat akan mengantarkanku pulang, aku bisa dengan tegas menolaknya, namun kenapa saat dengan pria ini seolah tubuhku ini tidak bisa kukendalikan dan menuruti keinginannya? Aku yang berjalan dan masuk ke dalam mobil, pintu yang langsung menutup kulihat serkan berjalan mengitari mobil untuk masuk melalui pintu sebelah. Aku yang terduduk di kursi belakang bersamanya merasa sangat canggung dan seperti serba salah, terlihat emre didepan yang mengendarai mobil kembali tersenyum dan dia menyapaku kembali. Pria ini pun memberi kode agar emre mulai berkendara, tak lama kami pun berkendara mengitari kota ditengah lampu lampu dan sedikit kemacetan hanya untuk mengantarkanku..
“ Apartment Turyap Sariyer, betul?”
“ Ya.. Darimana kau tahu?? . . . . . . Aaahh, Pak Mete! Data pegawai?? Jujurlah, apa kau juga pemilik restaurant itu juga? Kenapa kau bisa melihat data karyawan?”
Almira yang melihat kearah serkan dengan penuh curiga
“ Bisa dibilang aku hanya sebagai pemilik saham”
“ Maksudnya?”
“ Investor utama”
“ Aaahhh.. Uangmu pasti banyak sekali.. Diusia semuda ini.. Kau sungguh pekerja keras..”
Almira memalingkan pandangannya kearah jalan sembari bergumam tidak jelas
“ Apa kau mau mempertimbangkan bekerja ditempat lain?”
“ Dimana maksudmu? Aku untuk mendapatkan pekerjaan ini saja sudah sangat bersyukur mengingat kondisiku saat ini..”
Almira menghela nafas seraya bersyukur dia masih dapat bekerja di tempat berkelas
“ Bicara soal pekerjaan.. Apa kau sangat ingin pergi ke acara ulang tahunnya?”
“ Apa? maaf?”
“ Kau bilang ilker mengundangmu. Jadi, apa kau akan datang? Lalu, Apa kau datang karena pekerjaan atau ada alasan lain?”
Serkan menatap Almira dengan serius seolah menginterogasi untuk penjelasan yang masuk akal
"Kenapa aku harus menjelaskan padamu?"
Almira membuang kembali wajahnya menghindari tatapan matanya
"Jawablah dahulu"
“Aku tidak tahu denganmu.. Tapi aku dibesarkan dengan sopan oleh kedua orangtuaku.. Tidak sopan langsung menolak undangan seseorang selama kita bisa datang.. kecuali terjadi sesuatu pada kita yang membuat kita tidak bisa untuk datang. Lalu, jangan berpikiran yang tidak tidak. Aku datang hanya karena menghormatinya saja..”
“ Jika kubilang kau tidak perlu datang. Apa kau akan menurut?”
“ Dengan alasan? Kenapa kau seolah menentangnya?"
Almira menatap serkan dengan penuh tanda tanya
“ Tidak. Lupakan perkataanku. Sepertinya kau wanita yang keras kepala”
Serkan membalas Almira dengan membuang wajahnya kearah jendela, menghindarinya
“ APAA??”
Tak terasa kami akhirnya sampai di pintu lobby utama depan apartment, Emre dengan sigap turun dan membukakan pintu untukku..Dengan tatapan sedikit kesal aku melihat kearah pria berkacamata ini, namun dia membuang pandangannya kearah samping mobil seolah sengaja menghindariku. Merasa kesal, aku pun langsung turun keluar karena merasa tidak nyaman diperlakukan seperti ini olehnya. Kemudian Emre pun pamit padaku dengan menundukkan sedikit tubuhnya, dan aku pun mambalasnya. Namun pria itu tetap duduk dikursinya dengan kaca mobil yang tertutup rapat. Ada apa dengannya? Bahkan bukan aku yang memintanya untuk mengantarkanku! Bukankah dia sendiri yang tadi ingin mengantarkanku? APA?! WANITA KERAS KEPALA? AKU?? Menyebalkan sekali pria itu!!.
3 hari sebelum ulang tahun Pak ilker, aku bekerja seperti biasa dan bekerja sesuai dengan instruksi terakhir yang diberikan padaku untuk bagian ruangan yang harus kubersihkan. Saat aku selesai dengan pekerjaan ku di gallery hari ini dan selesai mengganti pakaianku serta berjalan menuju pintu keluar lobby utama, ilker seperti menungguku di depan gedung gallery.. Aku memanggilnya dan dia pun menoleh kemudian menghampiriku.. Betapa terkejut aku diberikan kotak putih yang terlihat mahal berukuran sedang olehnya.. Aku pun bertanya, kemudian dia bilang bukalah begitu kau sampai di rumah dan pakailah nanti saat ulang tahunku.. Kemudian ilker pun bermaksud untuk mengantarkanku pulang malam ini, namun aku menolaknya dengan berpamitan melaluinya.
Saat pagi menyambut, cuaca hari ini sedikit terlihat cerah tidak begitu berawan.. Hari liburku, jadi sepertinya lilian dan kirey tidak ada kuliah pagi.. Aku kemudian memanggil mereka keruangan tengah untuk melihat isi kotak tersebut untuk meminta pendapat mereka..
“ Mira.. Gaun ini kau dapat dari siapa tadi?? Gaun ini bagus.. Tapi, apa kau sungguh akan memakainya nanti?”
Ucap Lilian yang terkejut begitu melihat Gaun yang berada didalam kotak dan menggantungnya
“ Ya, menurut kami ini terlalu pendek mir.. Kau tidak biasa memakai Gaun seperti ini. Acaranya saat malam kan?”
“ Dari Pak ilker.. Ya, aku pun berpikir begitu, terlalu terbuka.. Bagaimana sebaiknya?”
“ Niat baik seseorang itu tidak baik ditolak.. Tenang mir, aku ubah dengan tanganku ini”
“ Ya tidak heran kau jurusan seni.. Tenang serahkan pada kirey, mir..”
“ Apa ada yang harus kubantu? Kalau tidak ada, aku akan pergi kesuatu tempat dulu baru ke restaurant.. Takut telat datang bekerja jika melakukan 2 hal sekaligus..”
“ Tidak ada.. Kau uruslah urusanmu.. Ketika kau pulang, aku usahakan baju ini selesai aku desain ulang..”
“ Terima kasih rey, kalian betul betul dewi penolongku.. Aku pergi dulu yaa.. Bye”
Ucap almira yang memeluk Lilian dan Kirey, dan berlalu pergi meninggalkan apartment
Bersiap dan segera pergi menuju beberapa boutique khusus pakaian jas formil pria, aku yang baru pertama kali melakukan hal ini marasa sangat terkejut. Saat memasuki pintu masuk, dekorasi dan semua barang di sini benar benar diluar jangkauanku, mencoba melihat sekeliling dan ternyata harga 1 barang saja bisa sangat mahal.. Aku pun akhirnya bingung kado apa yang akan aku berikan pada ilker bey.. Waktu tak terasa berjalan cepat tak sadar sudah menunjukkan pukul 1 siang, jam 3 aku harus segera kembali ke restaurant.. Kemudian mataku melihat 1 buah kotak kecil yang elegant berisi saputangan berbahan sutra.. Aku pun akhirnya membeli itu sebagai kado ulang tahun untuk ilker bay.. Begitu selesai aku pun naik bis dengan route tercepat untuk sampai ke restaurant..
Begitu aku sampai terlihat Emre sedang duduk disalah satu bangku didepanku.. Dia melihatku dan tersenyum padaku\, aku pun tersenyum padanya. Kemudian aku memberikan isyarat pada wajahku padanya seolah berkata\, *apa dia sedang berada disana lagi seorang diri di tengah cuaca dingin ini lagi?* dan Emre pun membalas dengan menganggukan kepalanya. Aku pun berjalan sedikit menuju jendela lebar ditengah restaurant untuk melihatnya.. Lagi lagi punggung pria itu terlihat begitu menyedihkan memandangi aliran selat bosphorus pada sore hari ini.. Entah kenapa aku seperti merasa ingin mencoba mendekati dan mengajaknya berbicara namun aku tidak berani melakukannya.. Aku pun langsung mengalihkan pikiranku dan bergegas ke belakang untuk berganti pakaian dan bekerja.. Restaurant hari ini tidak terlalu ramai sehingga aku bisa beristirahat sejenak.. Saat sedang beristirahat sejenak\, kulihat Pak Mete menghampiri Emre kemudian mereka tampak serius berbicara.
Tak lama terlihat Pak Mete seperti memberikan sebuah kertas pada Emre, dan dia pun melihat dan membaca isi kertas itu dengan tatapan penuh keseriusan. Namun entah mengapa Emre seperti terlihat kesal setelah membaca isi dari kertas yang diberikan Pak Mete padanya dan menggulung kertas itu seperti sampah lalu melemparnya ke tong sampah.. Kakak Ozcan menghampiri mereka dan ikut berbicara dengan mereka. Terlihat kebingungan dari wajah mereka saat ini.. Tak lama pandangan mereka bertiga mengarah kepada pria berkacamata itu, dapat kulihat mereka seperti mengkhawatirkan kondisinya. Saat aku hendak menuju dapur, Kak ozcan memanggilku..
“ Almira, kamu sedang belajar psikologika, Kau ingin menjadi psikiater kan? Dapatkah kau membantunya?"
Ucap Pak mete menggunakan bahasa turki pada Almira dengan kaki yang bergetar penuh gelisah
“ SAYA?? . . . . Saya tidak yakin. Namun, sudah berapa lama dia seperti ini?"
“ Kurang lebih 2 tahun"
Ucap Kak Ozcan yang memegang pundak Pak Mete mencoba untuk menenangkannya
“ Bagaimana bisa membantunya? Kami tidak tahu lagi.. Saya berharap seseorang ingin berbicara dengannya"
Ucap Pak Mete yang mengerutkan alisnya dan menaruh tangan di kepala merasa pusing terhadap Serkan
“ . . . . . .Apakah dia akan tersinggung jika saya mendekati dan berbicara dengannya?"
Seketika Pak Mete berdiri mendengarkan ku bicara dan membuatku terkejut. Kukira aku mengatakan sesuatu yang salah.. Namun yang terjadi adalah, Kak Ozcan pun seolah diberikan arahan tanpa berkata berjalan kearahku dengan jaket musim dinginku yang sudah berada ditangannya dan memberikannya padaku. Kemudian Pak Mete mendorongku keluar secara perlahan dan menutup pintu restaurant. Terlihat mereka bertiga melambaikan tangan padaku dan menyuruhku untuk pergi menemui pria itu.. Dengan nafas panjang, aku pun berbalik dan berjalan menujunya.. Terasa jantungku berdegup sangat kencang sehingga aku bingung akan apa yang akan kukatakan padanya nanti.. Selangkah demi selangkah aku berjalan mendekatinya, saat jarakku dengan nya sudah dekat tersapu oleh angin yang berhembus wangi parfum yang dikenakannya padaku.. Kemudian kulihat tatapan kesedihan itu benar berada dimatanya, dan akhirnya aku pun memberanikan diriku untuk mengajaknya berbicara..
“ Hey tuan kacamata.. Apa kau seorang superhero yang kebal akan cuaca dingin?”
Almira berdiri disamping tempat duduk Serkan dengan memasukkan tangannya kedalam saku jaketnya
“ Nona pengantar kopi?”
Ucap Serkan yang terkejut akan kehadiran Almira dengan melepas kaca matanya
“ Apa aku mengganggumu? Boleh aku duduk?”
“ Silahkan. Apa ada yang ingin kau bicarakan?”
“ Hanya ingin bertanya, Apa ada hal yang kau takutkan? Hmm.. Seperti harimau, ular, atau....”
Almira pun duduk disamping Serkan dengan menghadap Serkan mencoba memulai pembicaraan dengannya
“ APA??”
“ Jawab saja pertanyaanku...”
“ Manusia. Menurut ku manusia menakutkan lebih dari apa pun.”
Serkan yang memalingkan pandangannya ke arah Selat Bosphorus dan terdiam
Mendengar dia mengatakan itu dengan mudahnya dan dengan tatapan muka yang datar namun dari tatapan matanya terlihat kekhawatiran, rasa sedih, dan kesepian.. Dapat kupastikan dia memiliki trauma yang amat sangat mendalam dalam hal ini.. Terluka seperti apakah yang dia rasakan sampai dia bisa pada posisi ini? Memang setiap orang pasti memiliki masalahnya masing masing dan tergantung bagaimana cara dirimu menyelesaikan masalah itu.. Dari yang bisa kulihat, pria ini bukan sama sekali tipe pria yang gampang terjatuh.. Lantas, kira kira ada masalah apa.....
“ Manusia mengerikan kalau sedang lapar! Kau tahu? Seperti Papaku.. Saat mama sedikit terlambat menyiapkan makanan, dia berkomentar bagai kereta api lokomotif jaman dulu yang masih menggunakan api dan tungku lalu ada asap hitam diatas kepalanya..”
“ Serus mira, kau kemari untuk mengatakan hal ini?"
Serkan menundukkan kepalanya dengan sedikit senyuman diwajahnya
“ SERIUS! Papaku seperti itu. Jika kau menikah nanti, pesanku kau jangan sepertinya.. Benar benar sungguh membuat seisi rumah terasa seperti di gerbong stasiun kereta api”
“ Apa yang kau lakukan setelahnya?”
“ Aku dan adikku seperti angin topan membuat isi rumah berantakan.. Berakhir dengan mama membawa sapu dan mengayunkannya bagai samurai kearahku dan adikku..”
Almira pun mencoba mempraktekkan gerakan ibunya saat membawa sapu
“ Terdengar menyeramkan”
Serkan yang tak kuasa menahan tawa pun memalingkan wajahnya kearah samping
“ Ada lagi yang mau kubicarakan denganmu.. Topik ini sedang panas untuk dibicarakan.. Hot Gossip”
“ Lupakan. Aku tak suka bergosip”
Serkan langsung menolak berbicara dengan Almira dengan mengangkat kedua tangannya
“Apa kau takut hantu?”
“ Apa??”
“ Lihat aku. Oke?! Saat rambut panjangku ke belakang seperti ini dan mengacaknya sampai terlihat sedikit gimbal.. Lalu kau berikan sentuhan sedikit noda dipinggangmu.. Dan... aahh, aku berdiri dibawah pohon ini dan memanggil namamu dengan suara parau bagai serutan es, dengan expresi ini. Jika suaranya dekat berarti dia jauh, tapi jika suaranya terdengar jauh berarti dia didekatmu.. Maka kau bertemu dengan sebutan KUNTILANAK.”
“ Apa yang kau.....”
Ucap Serkan yang terlihat begitu terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Almira yang berada dihadapannya
“ Atau, jika kau merubahnya seperti ini, menarik rambut panjangmu ke depan seperti ini, dan mengacaknya lagi seperti ini, kemudian sedikit menundukan badanmu kedepan dan mengeluarkan suara seperti orang tersedak buah di tenggorakanmu, dengan uluran tangan yang bergetar seperti tremor mencoba menangkapmu.. Nama panggilannya adalah SADAKO.”
“ Kau kemari.. Untuk.. Melakukan hal ini? bercerita hantu padaku?”
Serkan perlahan menarik tangan Almira seolah memintanya untuk berhenti bersikap konyol
“ Yang kuceritakan ini adalah Horor, hantu adalah bumbunya. Apa kau tahu, bahkan saat terkadang aku pulang kerja malam hari, aku selalu melihat kearah belakangku.. Kau tahu.. Cuaca dingin, dan kau merasa merinding.Tapi, Hantu thailand lah yang terbaik dan lebih menyeramkan.. kau tahu? Saat kau....”
“ Hentikan Almira”
Ucap Serkan yang mulai merasa kesal akan kelakuan Almira yang konyol
“ Atau kau tau hantu Bloody mary? Saat kau....”
“ Kutinggalkan kau jika meneruskannya”
“ Lalu ada pocong, dia lompat lompat dengan menggunakan kain berwarna putih.. Lalu saat kau menatapnyaa.......”
“ Hentikan almiraa....”
Serkan mencoba menutup telinganya namun Almira mencoba menarik tangannya
Tersenyum. Akhirnya dapat kulihat senyuman di wajahnya. Aku lanjutkan bercerita padanya saat ini.. Jika dia benar bersungguh sungguh dengan perkataannya tadi, dengan hitungan detik dia bisa langsung meninggalkanku saat ini.. Tapi yang dia lakukan adalah tetap duduk tepat disebelahku dan mendengarkan ocehan konyolku pada senja ini. Ternyata seperti ini tampangnya saat sedang tersenyum.. Lantas kenapa ada yang membuatnya sampai merasa terluka seperti ini? Apa yang sebenarnya terjadi padamu?
Waktu berjalan dan kini tak terasa sudah menjelang malam.. Cuaca masih terasa sangat dingin, namun aku mencoba menahannya dan berbincang dengannya.. Seolah mengerti akan kondisiku, dia memberikan syal yang digunakan serta sarung tangannya padaku namun tidak sedikit pun dia menyuruhku untuk pergi meninggalkannya. Seolah dia memberikanku pilihan jika aku menginginkan untuk pergi, dia tidak akan melerangku. Begitu pun juga jika aku tetap menemaninya seperti sekarang. Tiba tiba ada suara dari arah belakang dan itu adalah Pak Mete. Dia membawakan kami 2 cup coffe panas, dan seolah mengerti coffe apa yang aku sukai dan pria ini sukai. Namun, karena cup coffe yang sama merasa bingung ternyata yang kuberikan padanya adalah coffe cappucino kesukaanku dan saat dia meminumnya dia tak merespon sama sekali.. Berbeda denganku, saat aku meminum coffe hitam yang terasa pahit, sontak tubuhku seperti menolak dan aku pun tersedak. Pria ini tertawa melihatku dan menukar cup coffe yang ada ditanganku. Kami pun akhirnya melanjutkan bercerita tentang apa pun yang menurutku tidak ada batas pembicaraan..
Tak terasa waktu menunjukkan pukul 21.00 malam, akhirnya dia pun berdiri dan mengajakku pergi bersamanya. Sedikit merasa aneh, karena tidak perlu sampai mengajakku bukan? Berjalan pergi menemui Pak Mete hanya untuk meminta ijin agar mengijinkanku pulang bersamanya karena berniat akan mengantarkanku. Terlihat Kak Ozcan dan Pak Mete sangat terkejut dengan menjatuhkan pulpen dan buku menu dari tangannya. Mereka pun akhirnya hanya menganggukan kepalanya tanpa berkata apa pun.. Kemudian Emre yang tersenyum melangkah keluar menuju mobil dan mereka pun mengantarkanku.. Ada apa dengan hari ini?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments