Pagi menyambutku kembali, dengan tubuh setengah tersadar dan mata yang masih terlihat lelah aku mendapatkan sebuah pesan yang berisikan besaran upah ku selama bekerja di Gallery kesenian.. Merasa terkejut Aku membacanya dengan teliti, sepertinya ilker Bey memberikan upah sedikit lebih besar dari yang dijanjikan serta memberitahuku untuk tidak perlu lagi bekerja di gallery seni.. Bukan karena kesalahanku, melainkan dia merasa malu padaku. Takut akan dampak yang mungkin terjadi, aku mencoba menghubungi nya.. Namun, ilker Bey ternyata mengirimkan ku sebuah teks lagi yang berisikan penjelasan bahwa serkan sebelumnya pernah menemuinya dan berkata padanya untuk bersikap dewasa serta bila dia melakukan sesuatu lagi secara kelewatan, maka serkan akan membuat perhitungan. Karenanya juga akhirnya dia pun memohon permohonan maafnya padaku..
Membaca isi pesan yang dikirimkan ilker bey hari ini, entah mengapa aku merasa apakah perlu serkan sampai berbuat seperti ini? Untuk apa dia seolah ikut campur dalam kehidupanku? Membuatku merasa bersalah bersikap seperti itu padanya. Kenapa aku juga tidak memikirkan posisinya? Bukan kah dia seorang CEO? Terlebih banyak mata yang tertuju padanya, bagaimana dampak padanya atas kejadian di gallery dan sebagainya.. Setelah aku pikir kembali, mungkin dia juga akan merasa tidak nyaman jika ada yang menanyakan soal kejadian malam itu. Terlebih dia sangat amat membantuku bahkan mengorbankan waktu, wibawa, dan kedudukannya.. Tapi aku dengan nada kesal berbicara seolah menyindirnya dengan sebutan KALANGAN ATAS..
“ Almira.. Udah bangun belum? Boleh kami masuk?”
Lilian dan Kirey yang berdiri di depan pintu masuk kamar Almira
“ Masuklah..”
“ Hey.. Apa kau baik baik saja? Kami mendengar sedikit cerita dari ozge prihal semalam..”
Ucap Lilian yang menggenggam tangan almira dengan penuh rasa cemas
“ Yaa.. Aku baik baik saja. Tenanglah..”
“ Maafkan kami.. Sebagai gantinya, Ini hari minggu, kau libur kan? Mau pergi?”
“ Kalian tidak salah apa pun.. Jadi berhenti memberikan pandangan dan alasan itu padaku.. Oke?”
“ Kalau gituu.. Almira basera....”
“ Hmmm.. Apa?? ”
“Kita penasaran dengan foto yang dikirim ozge.. Siapa pria tampan itu? Kalian sering ketemu? Kudengar dari ozge, pria itu bukan dari kalangan biasa..”
“ Serius, Ozge bilang dia bahkan membawa penata busana serta perias? Serta gaun itu, yang kau pajang sekarang, dia yang menyiapkan?”
Kirey yang merasa penasaran dengan menunjuk Gaun yang tergantung
“ Ya betul.. Tapi Jujur aku pun kaget dengan yang terjadi semalam..”
“ Dia juga mengantarkanmu semalam?”
“ Yaa..”
“ Ada hubungan apa antara kalian? Tidak mungkin seorang pria memperlakukan seorang wanita seperti ini mir.. Aku takut kau dipermainkan.. Terlebih status kalian sangat berbeda”
“ Tidak ada.. Aku pun terkadang bingung kenapa aku dan dia bisa seperti ini..”
“ Tapi mir.. Kalau aku tidak salah ingat, melihat dari foto yang ozge kirim.. Meski sedikit berbeda tapi aku cukup yakin sepertinya dia pria yang sama..”
Ucap kirey dengan raut wajah serius mencoba mengingat sesuatu
“ Maksudmu?? Kau pernah melihatnya??”
“ Apa kau ingat saat kau lulus dipertengahan semester, saat seminar dengan penilaian bagus dari Pak Onur, kau dan 3 orang temanmu yang lulus dipanggil ke ruangan beliau..”
“ Ya.. Disitu Aku minta kalian berdua pulang duluan karena aku takut akan lama berdiskusi dengan Pak Onur”
“Kami sebenarnya berniat menunggumu karena ingin mentraktirmu makan malam.. Tapi karena melihat kejadian itu, aku dan kirey memilih untuk pulang..”
“ Kejadian??”
Almira yang terkejut menggenggam lengan kirey sedikit kencang
" Ooh, maksudmu pria tampan yang memakai Hoodie?? Dan satu lagi menggunakan jas. Yang itu??"
" Ya lilian.. Kau ingat kan.."
" Apa?? Apa yang kalian ingat dan kalian tahu??"
“ Kau benar benar tidak ingat? Pria yang duduk dan seperti kesakitan di pojokan ruangan pintu masuk Pak onur?”
“ Ya.. Aku melihat dengan jelas pria itu tiba tiba berdiri dan dengan tangannya memecahkan kaca jendela ruangan Pak onur..”
“Pak Onur dan satu pria dengan setelan jas mencoba untuk menenangkannya, bahkan ketiga temanmu menghindari pria itu.. Tapi kau malah menghampiri dan membalut tangan pria yang berdarah itu karena serpihan kaca dengan memakai sapu tanganmu. Padahal dahi kau sendiri terluka kena pecahan kaca..”
“Kau tidak ingat mir?”
“ Dari situ kita lihat Pak Onur memanggilmu masuk serta kedua pria itu kedalam ruangannya dan kami pun pulang.”
Aku langsung terdiam kala ini mendengar ucapan kirey dan lilian. Pikiranku langsung melayang mencoba mengingat kejadian yang diceritakan oleh mereka.. Aku mencoba dengan keras memutar memori ku saat kejadian kala itu.. Seketika aku mulai mengingat sedikit demi sedikit kejadian hari itu, tapi kenapa aku sama sekali tidak ingat bahwa itu adalah serkan? Sepertinya itu terjadi hampir satu tahun yang lalu.. Tunggu.. Seingatku salah satu pria itu memberikan kartu namanya dan berkata menghubunginya jika terjadi sesuatu.. Dimana kuletakkan kartu nama itu? Aku langsung mencari di lemari dan dimeja belajarku.. Saat aku mencari dibuku note milikku, ternyata aku masih menyimpan kartu nama itu dan tertulis disitu General Manager, Emre Erener.
Dengan penuh tanya mencoba meyakinkan diriku sendiri, aku menghubungi emre dan memintanya bertemu denganku hari ini.. Aku meminta agar serkan tidak mengetahui bahwa aku dan emre akan bertemu, awalnya emre terdengar keberatan namun setelah kujelaskan sedikit alasanku, dia pun setuju untuk bertemu denganku.. Tak memakai waktu lama, aku pun langsung bersiap untuk pergi ke cafe dimana kami akan bertemu.
“ Hey.. Menunggu lama? Maaf, terjadi kemacetan”
" Tidak apa apa, aku juga tidak lama sampai di sini.."
“ Jadi.. ada apa kau ingin bertemu denganku tiba tiba seperti ini?”
Ucap Emre sembari memanggil pramuniaga untuk memesan minuman
“ Kenapa kau tidak memberitahuku kejadian tahun lalu? Ini kartu namamu kan?”
“ Kau akhirnya mengingatnya?”
“ Lebih tepatnya Kirey dan Lilian. Mereka sahabatku dan yang mengingatkanku akan kejadian hari itu..”
“ Bagaimana kepalamu? Saat itu kau terkena pecahan kaca kan? Apa meninggalkan bekas?”
“ Luka kecil itu? Tidak..”
“ Syukurlah.. Kakak, maksudku Kak Serkan sangat merasa bersalah padamu terlebih jika itu sampai meninggalkan bekas.. Karena kami sempat melihat dahimu berdarah kala itu.. Dia sampai mencoba datang ke kampus beberapa kali namun tidak melihatmu sama sekali..”
“ Jadi dia sudah tahu aku bukan dari indonesia dan lain sebagainya dari Pak Onur?”
“ Ya, sedikit informasi aku juga mencoba mencaritahu.. Maaf."
" Serkan yang menyuruhmu?"
" Jangan salah sangka padanya, Kakak hanya berniat mempertanggung jawabkan perbuatannya. Kulihat kau sudah memperlakukan Pak Onur seperti orang tua mu sendiri..”
“ Ya.. Beliau yang membantuku dan selalu menegurku meski dengan perkataannya yang pedas..”
“Baguslah.. Kakak pun berpikir seperti itu. Kakak juga mencoba untuk menemuimu tapi kau sulit untuk ditemui, terlebih waktu kami juga yang selalu sibuk dengan pekerjaan. Lalu sampai pada dia melihatmu pertama kali di restaurant Mete, dia terkejut dapat melihatmu dan ternyata bekerja disana namun kau tidak mengingatnya sama sekali. Selesai acara waktu itu kakak langsung bertanya mengenaimu pada Mete..”
“ Dia seperti itu? Kenapa? Aku bahkan tidak mengingatnya sama sekali..”
“ Karena kau hadir disaat hari terburuk baginya.. Untuknya, kau seperti bisa membuatnya melupakan masalah yang dia hadapi”
“ Tapi aku dan dia tidak mempunyai hubungan apa pun..”
“ Hmm.. Kau tahu, terkadang kenyamanan, rasa aman, dan terkadang mungkin rasa sayang itu bisa muncul tanpa kita sadari kepada orang yang bahkan kita tidak sadar akan hadir dalam hidup kita”
Ucap Emre yang meminum minumannya yang datang dan melanjutkan kembali berbicara
“ Maksudmu adalah....?”
“ Aku tidak akan bercerita lebih, sampai waktunya tiba nanti akan aku jelaskan semua padamu.. Namun untuk saat ini yang harus kau tahu adalah, berkat kehadiranmu kulihat abi sudah lebih membaik.. Bahkan dia bisa membuka kembali dirinya sedikit demi sedikit.”
“ Apa dia ada bilang sesuatu padamu?”
“ Tidak banyak.. abi sekarang sedang mencoba membuka kembali hal hal yang dia lupakan. Tidak hanya untuk dirinya sendiri saja tentunya, kau tentu merasa aneh dengan sifat dan penampilannya yang tiba tiba....”
“ Aku mengerti, kau tidak perlu menjelaskannya..”
“ Lihat? Inilah salah satu alasannya kakak memperlakukanmu seperti ini.. Mohon jangan anggap dia aneh dan bermain main, atau karena....”
“ Tidak.. Tidak.. Aku cukup mengerti, kau tenanglah..”
“ Terima kasih..”
Percakapan kami berhenti disini.. Saat selesai, emre berniat mengantarkanku pulang, namun aku menolaknya.. Aku bertanya, apa yang serkan lakukan hari ini? Emre menjawab, saat ini dia sedang berolahraga.. Entah boxing, swimming, apa pun yang dia ingin lakukan.. Aku pun mengangguk padanya dan berjalan pergi.. Saat dalam perjalanan, aku melamunkan yang terjadi padaku pada beberapa bulan kebelakang.. Kini aku mengerti, kenapa aku merasa sangat tertarik saat berada didekatnya.. Apa karena aku merasa nyaman? Atau seperti yang dikatakan emre, sayang? Adakah alat yang dapat memberitahu tentang perasaanku saat ini padanya? Serta apa yang harus kulakukan.
. . . . . . . . . .
Pagi menyambutku kembali dengan cuaca yang sedikit terlihat cerah.. Setelah beberapa hari terlihat berwarna abu dengan udara yang menusuk, setidaknya hari ini dapat merasa sedikit kehangatan sang surya. Terbangun dan terduduk diatas belaian selimut yang menghangatkanku, saat ini yang terlihat dimataku adalah gaun indah yang masih tergantung.. Setelah aku pikir kembali, sepertinya serkan memberikan banyak hal padaku dan aku belum pernah membalasnya satu pun.
“Mir.. Apa hari ini kerja di restaurant?”
Lilian yang berdiri di depan pintu kamar Almira
“ Tidak, Masuklah.. Ada apa li?”
“ Jangan dengerin dia mir..”
Ucap Kirey yang tiba tiba datang dan duduk disebelah Almira
“ Kamu juga tidak bisa membantuku rey.. aku tidak ada pilihan lain...”
“Apa?? Memang ada apa?"
“ Sendik perkuliahan ku meminta ku untuk datang ke sebuah perusahaan untuk melihat serta meminta data untuk penelitian. Tapi ternyata itu bentrok dengan jadwal seminar yang kebetulan mengharuskanku hadir.. Soooo.. Mir.. Pleaseee, Can you??”
“ Jadi kau menyuruhku menyelinap ke jurusan ekonomi untuk menggantikanmu, mengikuti pelatihan, kemudian pulang bawa data? NO. NO.”
“ Come On mir.. Kamu enak tidak ada revisi lagi, jadi bisa melanjutkan ke data selanjutnya.. Tapi aku sudah hampir sebulan tidak ada kemajuan, malah harus mengganti data yang ada..”
“ itu karena kau kurang teliti”
“ Tuh kan kau tahu itu.. Soooo Please.. Please.. Help mee.. Okee? Mirrrr... Pleaseee.. Kirey ada kuliah saat itu..”
“ . . . . Jam berapa dan kemana aku harus pergi?”
“ Seriously?? MIRAAAA.. LOVE YOUUU SOOO MUCH SISTAA..”
“ Bawel..”
Perusahaan Vestel..? Sebelum aku masuk, aku mencoba mencari seperti apa perusahaan itu.. Kubaca dengan teliti ternyata terdiri dari 5 perusahaan. Grup Vestel adalah produsen multi-industri, yang beroperasi di bidang elektronik, peralatan rumah tangga, teknologi seluler, pencahayaan LED, dan pertahanan. Serius?? Banyak sekali perkembangan yang dilakukan perusahaan ini, tidak heran lilian memilih perusahaan ini. Tapi aku lupa menanyakan data seperti apa yang dia butuhkan kali ini.. Tapi mungkin aku nanti bisa menghubunginya saat sampai disana, baiklah masuk saja dulu pikirku dalam hati.
Sesampainya di pintu masuk, aku sempat tidak yakin bahwa aku sampai diperusahaan yang sama seperti yang lilian berikan padaku. Mataku terus mencari bukti bahwa memang benar ini adalah perusahaan tersebut.. Aku memasuki lobby utama, benar benar terlihat beda sekali perusahaan yang berkelas serta memiliki motivasi akan perkembangan dan lain halnya.. Semua eksterior dan interior dalam perusahaan ini seolah terlihat sempurna.. Kemudian aku melangkahkan kakiku kearah beberapa mahasiswa yang sedang menunggu General Manager utama perusahaan itu menunjukkan dirinya dan ternyata itu adalah EMRE! Terlihat para wanita seperti histeris melihat wajah Emre kali ini, namun yang kulakukan hanya menundukkan wajahku.. Jika dia General Manager nya berarti pria itu adalah CEO nya bukan? Aaarrggghhh!! Kenapa hal ini bisa terjadi dengan pas sekali? Beruntungnya aku membawa sebuah topi kali ini, sehingga aku bisa bersembunyi dan menutupi wajahku dengan baik.. Emre kemudian memulai dan menyuruh kami semua untuk mengikutinya.
Menggantikan lilian kemari ternyata bisa memberiku banyak ilmu baru yang bisa kupelajari.. Dan dari sini terlihat betapa megahnya perusahaan ini dengan banyaknya karyawan yang bekerja disini.. Entah mengapa tiba tiba terlintas olehku wajahnya yang sedang terduduk seorang diri pada saat senja menjelang malam disetiap bulannya.. Apa karena tekanan pekerjaan? Apa ada yang mengancam posisinya? Tidak heran dengan posisinya di perusahaan sebesar ini, tidak mungkin beban yang dipikulnya hanya sepertiku seorang pegawai biasa.. Sadarlah almira! Apa yang kau lamunkan ini..
Tour perusahaan selesai beralih pada klasment perorangan training dan permintaan data yang ditujukan untuk perusahaan.. Aku pun memberikan kertas yang diberikan lilian padaku untuk diserahkan kepada dosen yang bertugas kemudian diserahkan kepada Emre. Setelah selesai kamipun dipersilahkan menuju ruangan perjamuan utama dan disuguhkan dengan berbagai makanan dan minuman seraya menunggu data yang dikumpulkan akan diberikan kepada kami dan menunggu giliran untuk dipanggil satu persatu. Karena sudah melewati waktu makan siang serta aku pun tidak sempat untuk sarapan pagi tadi, aku dengan lahap memakan dan minum semua yang disediakan tanpa melihat apakah ada yang sedang memperhatikanku.
Kejadian tak terduga datang saat dua mahasiswi lainnnya sedang bercanda tawa dengan temannya dan tanpa sengaja menabrak meja yang sedang kududuki sehingga piring yang berisi kue cream puff serta gelas juice anggur yang tepat berada dihadapanku tertumpah dan mengenai celana dan kemeja yang kukenakan. Mereka pun terkejut dan memohon maaf padaku, namun aku tidak mau menimbulkan perhatian lebih, aku pun berjalan meninggalkan ruang perjamuan dan mencari toilet terdekat. Mencoba membersihkan, namun juice merah sudah begitu melekat pada kemeja yang kupakai.. Saat kulihat pada cermin dihadapanku, ternyata kemejaku sudah sangat basah. Kenapa aku begitu panik sehingga tidak sadar akan kelakuan ku saat ini?! Bagaimana ini, meskipun aku menggunakan dalaman kaus tanpa lengan masih dapat terlihat beberapa lekuk bagian tubuhku saat ini. Mencoba keluar dari toilet dengan tissue yang melekat berusaha menutupinya kemudian berjalan kembali ke ruangan perjamuan untuk mengambil blazer yang kugunakan tadi, namun..
“ TOO.... PI”
Almira pun terkejut karena seseorang mengambil Topinya
“ Topi yang bagus.”
“ Tuan kacamata..”
“ Berhenti memanggilku seperti itu! Aku mempunyai nama. Dan, apa kau sengaja menggunakan kemeja tipis seperti itu? Kau tidak dingin?”
“ Apa?? Bukan! Tadi diruang perjamuan ada yang... Lupakanlah. Untuk apa aku menjelaskannya padamu”
Almira sedikit merasa kesal dengan mengambil Topi dari Tangan Serkan
“ Oya? Kemudian apa yang dilakukan jurusan psikologi yang menyelinap lalu berubah menjadi jurusan ekonomi dan teknik disini? Bagaimana jika dosenmu tahu kau menggantikan temanmu?”
Ucap Serkan dengan melipat kedua tangannya
“ Tuan kacamata.. Maksudku Serkan Bey.. Maaf.. ini tidak seperti aku mencoba mencuri data atau apa pun itu dengan menggantikan temanku. Please, aku berniat un..”
Belum selesai aku berbicara, terdengar suara ramai dari arah ruangan perjamuan yang berjalan kearahku. Mendengar itu sontak membuatku merasa panik dan bingung harus bagaimana, terlebih kemejaku saat ini basah sedangkan blazer yang kugunakan tertinggal di kursi ruangan perjamuan.. Bagaimana jika mereka tahu? Serkan seolah mengerti kemudian menarik tanganku dan membuka salah satu pintu yang berada disamping kami untuk masuk kedalam ruangan itu menghindari mereka. Namun ternyata ruangan yang dibuka olehnya adalah ruangan bagian kebersihan dikantornya sehingga terasa sesak untuk kami berdua untuk bergerak karena ruangan tidak luas serta peralatan untuk kebersihan yang berjumlah banyak disini.. Aku mencoba menggeser kepalaku agar dia tak merasa sesak dengan tinggi badannya itu, namun yang terjadi aku tak sengaja mendorong salah satu sapu penyangga yang diatasnya terdapat tumpukan botol botol serta dus berujung berjatuhan. Tapi.. Kenapa aku tidak merasa sakit?
“ Kau tidak apa apa? Bisa kau bantu singkirkan dus ini”
“ Apa..??”
Begitu kuangkat kepalaku keatas untuk melihatnya, terlihat kedua tangannya menahan beban dus yang berjatuhan agar tidak mengenaiku.. Kepalanya seperti tertumpah deterjen berwarna putih.. Setelan Jas kemeja dan dasi mahal yang dikenakannya terkena cairan pembersih lantai berwarna hijau, bahkan tercium aroma buah dari nya saat ini.. Dus yang berada diatas bahu sebelah kiri sepertinya memang terlihat berat terlihat dari ukuran dus yang terlihat sedikit besar, namun ia mencoba menahannya agar tidak mengenaiku. Aku pun mencoba mendorong dus itu ke lantai karena tidak mungkin bagiku untuk mengangkatnya, namun malangnya yang kulakukan ini justru menimbulkan suara yang sangat keras untuk didengar.. Begitu kulihat isi dari dus itu ternyata beberapa kaleng bekas serta 1 wadah kaca yang terpecah dilantai. Kenapa aku bodoh sekali saat ini?? Seketika ada yang membuka pintu ruangan ini.. Bagaimana ini? Jika ada yang melihat kami, pasti bisa menimbulkan masalah.. Terlebih kemejaku saat ini pun masih basah.. Kembali serkan dengan sigap membalikkan tubuhku ke arah belakang, sehingga dia bisa menutupiku..
“ Pak serkan?? Apa yang sedang anda lakukan disini?"
“ Tidak ada. Bisakah kau memberitahu Emre untuk datang ke sini?"
“ Baik pak.."
Pegawai itu pun pergi dan menutup pintunya kembali
“ Tunggulah sampai Emre datang kemari dan pergilah bersamanya. Dia akan membantumu”
“ Sepertinya aku selalu memberikan masalah untukmu.. Maaf..”
“ Jika kau merasa begitu, teraktir aku makan lain kali”
“ Apa??"
" Tentunya aku yang memilih tempat."
" Baikk. Tentu saja! Kabari aku kapan kau ada waktu luang..”
“ Aku pergi dulu. Tunggu Emre, oke?”
“Serkan.. Maaf, atas sifatku tempo hari padahal kau sudah membantuku.. Serta aku juga ingin mengucapkan terima kasih padamu..”
Tanpa berkata apa pun serkan langsung berbalik dan membuka pintu dengan melambaikan sedikit tangannya padaku dari arah yang berlawanan kemudian meninggalkanku sembari membersihkan kepalanya dan membuka jas yang dikenakannya. Pasti aku membuat masalah untuknya lagi.. Terdengar suara ramai para pegawai yang menanyakan kondisi serkan saat ini.. Almira, kenapa kau bisa berada di posisi ini? Apa yang kau lakukan sebernarnya, dan kenapa kehadiranku seperti menjadi sumber masalah untuknya? Tak lama aku menunggu, Emre yang datang dengan tatapan terkejutnya padaku, membuatku tertunduk malu.
“ Emre.. Sepertinya sudah tidak ada muka untukku mengucapkan terima kasih banyak padamu..”
“ Apa? Ahahaha.. Tenang saja. Aku sebenarnya yang ingin mengucapkan terima kasih padamu”
“ Apa? Kenapa?”
“ Sudah hampir 2 tahun lebih aku tidak melihat abi.. Serkan abi ( Kakak serkan) seperti itu.. Kau tahu? Biasanya dia bersikap sangat dingin bahkan seperti robot yang berjalan”
“ Percuma jika aku bertanya alasannya padamu bukan?.... Pasti jawabanmu.....”
“ Jika waktunya sudah tepat, Yaa akan aku ceritakan padamu.. Jadi kau tidak perlu merasa segan padaku..”
“ Terlepas dari itu, maafkan sudah merepotkan dan terima kasih emre..”
“ Kurasa kau seharusnya mengatakan itu pada abi.. Karena kulihat dia mendadak harus mandi dikantor sebelum Rapat Meeting selanjutnya”
“ Dia ada meeting?”
“ Ya..”
Emre melihat kepadaku dengan senyuman diwajahnya.. Aku pun hanya menundukkan wajahku.. Begitu sampai kemudian dia pun langsung beranjak pergi setelah mengantarkanku untuk kembali ke perusahaan.. Aku pun langsung masuk kembali kedalam apartment. Begitu sampai kamar dan selesai membersihkan diri, aku mencoba menghubungi Emre menanyakan apakah Meeting nya berjalan lancar? Namun yang dibalas oleh Emre sungguh diluar dugaan, dia mengirimkan sebuah foto yang memperlihatkan Serkan sedang berbicara dengan wajah serius. Entah kenapa pikiranku saat ini bertanya, siapa wanita yang bisa berada disamping dan mendampinginya kelak?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments