Chapter 2

Semester ini merupakan penentuan akhir dari tahun ajaranku selama berkuliah disini.. Tersisa hanya sekitar 1 tahun kurang lagi untukku bisa berada dikota yang indah ini.. Ini juga mungkin musim dingin terakhirku dikota ini.. Terkadang jika mengingatnya, aku merasa sedikit sedih setelah semua yang kulalui selama berada disini.. Terlebih aku juga sudah mulai terbiasa bekerja ditempatku yang sekarang.. Aku pasti akan merasa kehilangan sosok mereka semua saat kembali ke indonesia nanti.. Aku pun harus berpisah dengan kirey dan lilian, karena kami berasal dari kota yang berbeda.. Namun, tetap demi masa depan dan juga aku harus segera kembali untuk membantu sebisaku dalam hal keuangan untuk meringankan beban papa.. Aku akhirnya menanyakan pada bagian admin pendidikan dan mereka memberi saran untuk mencoba mengambil mata kuliah tambahan agar waktu lebih singkat namun tentunya membutuhkan biaya tambahan.. Aku pun mencari cara lagi agar bisa mendapatkan uang tambahan itu, karena dalam perjanjian beasiswa yang kuterima, ada persyaratan tertentu mengenai hal ini dan aku terlalu malas untuk mengurusnya karena merasa seolah membuang waktu secara percuma..

“ Mir.. Almiraaa..? Kau tidak apa apa? Kanapa melamun?”

Ucap Ozge menggunakan bahasa turki yang sedang meminum cup kopi di tangannya

“ Sebenarnya.. Aku sedang membutuhkan uang..”

Almira pun tertunduk dengan hembusan nafas panjang

“Almira, aku tahu tipe pekerja keras. Tapi, apa kau tidak merasa terlalu memaksakan diri?"

Hazal yang berjalan dengan menggunakan bahasa turki baru datang setelah selesai perkuliahan,

“ Aku? Apa iya?”

“ YA, TENTU SAJA!!”

Ucap Ozge dan Hazal yang berbicara secara bersamaan menggunakan bahasa turki

“ ........ ”

Almira pun terdiam melihat reaksi yang diberikan Hazal dan Ozge

" Lupakan, bagaimana jika kita pergi ke suatu tempat hari ini? Ayo almira"

“ APA? Mau kemana?”

Hazal dan ozge sudah malas meladeniku berbicara dan langsung menarik tanganku untuk berdiri dan dengan setengah berlari menuju mobil milik hazal.. Mereka pun membawaku kesebuah gedung kesenian dengan berlatar jembatan yang membentang diatas selat bosphorus.. Sungguh sangat indah sekali tempat ini.. Saat sedang berjalan, mataku tertuju pada sebuah kesenian abstrak yang  terbuat dari ribuan kayu kecil.. Sayatan melingkar, lurus, dan berliuk membuatnya terlihat sangat berkelas. Kulihat hazal dan ozge seperti sedang berbicara dengan seseorang yang terlihat cukup tampan dengan setelan jas yang membuatnya terlihat mewah, sepertinya itu adalah temannnya..

Setiap kulihat teman mereka, aku selalu bertanya dalam benakku, apa saja yang mereka lakukan sampai bisa diposisi seperti itu? Apa karena warisan kah? Atau karena usaha mereka yang tak kenal lelah dalam menggapai keinginannya? Jika betul seperti itu, maka aku benar benar harus belajar dari sisi positif mereka dalam usia yang masih terbilang muda tapi sudah memiliki jabatan pekerjaan yang cukup tinggi. Saat aku mengalihkan pandanganku lagi kepada karya seni ukiran lainnya, tiba tiba ada beberapa orang berjalan melewati lorong yang berada diseberang tempatku berdiri.. Mereka seperti sedang mendiskusikan hal penting.. Tak sadar kembali mataku teralih pada sosok pria berkaca mata dan bersosok tinggi dengan suit jas blazer yang membuatnya terlihat begitu gagah dan mempesona sehingga sulit membuat mataku untuk membalikkan pandangan.. Pria itu pun akhirnya menyadari aku melihatnya dan kembali menatapku.. Tersadar aku pun langsung mengalihkan pandanganku dan berjalan meninggalkan area ruangan seni abstrak itu untuk menyusul hazal dan ozge..

Saat telah selesai berkeliling, hazal mengajak kami makan di restaurant tempatku bekerja dan bermaksud untuk mengantarkanku bekerja.. Kami pun berjalan menuju parkiran mobil, namun tiba tiba ozge merasa perutnya sakit dan hazal pun menemaninya untuk pergi ke toilet.. Hazal memberikan kunci mobilnya padaku agar aku bisa duluan menuju mobil dan menunggu mereka didalam mobil mengingat cuaca saat ini yang dingin.. Aku pun berjalan menuju mobil, tapi ditengah perjalanan aku terlupa dimana parkiran mobil milik hazal karena kulihat disini terdapat 3 mobil yang sama.. Aku pun mencoba mencari dengan menekan tombol kunci mobil yang hazal berikan padaku, dan tiba tiba ada yang berbicara kepadaku..

“ Lagi lagi kau seolah kebingungan. Kali ini apa yang kau cari?”

Ucap seorang pria yang berdiri dibelakang almira

Aku pun menolehkan kepalaku padanya, terlihat 2 orang lelaki tampan layaknya Gentleman berdiri di hadapanku yang dapat membuat para hati wanita berdegup kencang.. Entah mengapa bukan menjawab pertanyaan pria ini, aku lagi lagi berdiri seperti patung batu, melihat kearah pria berkacamata ini seolah begitu menawan terlebih jika dilihat dengan jarak dekat seperti ini.. Ada apa denganku ini? Kenapa setiap aku melihatnya, seperti ada yang menarikku agar tidak memalingkan pandanganku darinya, jantungku tak berirama jelas, aku pasti sudah hilang akal.. Tak lama dia juga sepertinya menunggu jawaban dariku dengan memberikan pandangan penuh tanya dengan tangan yang dimasukkan kedalam saku celananya..

“ Aaa.. Aku lupa mobil mana yang milik temanku, karena ada 2 mobil yang mirip dengan mobilnya”

Ucap Almira yang memperlihatkan kunci mobil kepada pria itu

“ Sudah kau temukan?”

“ Ya, sepertinya yang disebelah sana karena 2 mobil sebelumnya tidak merespon kunci mobil ini”

Almira menunjuk salah satu mobil sembari menuruni anak tangga dan berjalan menuju mobi;

“ Oke”

Aku pun menundukkan kepala ku pada mereka seraya berpamitan dengan mereka.. Satu pria yang berada dibelakangnya membalas anggukan kepalaku, namun tidak dengan pria berkacamata ini, yang dia lakukan melihat kearahku dengan teliti seolah aku seperti objek penelitian berjalan.. Menyebalkan sekali pria ini, aku pun langsung berjalan meninggalkan mereka, namun kedua pria ini seperti sedang mengikutiku.. Aku mencoba berbelok ke kanan dan mereka pun mengikutiku.. Aku ke kiri, mereka pun sama.. Aku jadi merasa sedikit kesal, saat akhirnya sampai didepan mobil hazal, mereka masih mengikutiku.. Apa mereka bermaksud untuk mengejekku? Apa yang mereka lakukan? Saat aku mencoba berbalik dengan muka masam dan ingin berkata pedas, salah satu dari mereka melewatiku dan ternyata mobil mereka tepat terparkir disebelah mobil milik hazal.. Aku pun sontak merasa malu dengan menutup setengah mukaku dengan tas yang kubawa..

Aku mencoba mengintip sedikit dari bawah tas dan dapat terlihat pria berkacamata itu tersenyum dengan sedikit tertawa melihat kelakuanku saat ini, aku berjalan menuju samping pintu mobil dan menyalakan mesin mobil, namun malangnya aku tidak melihat bahwa scraft yang kugunakan ternyata terjepit pintu mobil saat aku menutupnya.. Saat mencoba berjalan kepintu belakang mobil, sontak aku pun terkejut karena scraft terasa mencekik ku hingga aku hilang keseimbangan untuk berdiri, dan lagi lagi pria berkacamata ini dengan sigap meraihku dan menahan tubuhku.. Namun, tanganku benar benar tidak bisa diajak berkomunikasi dengan baik, yang terjadi seharusnya aku meraih kembali tangan pria ini tapi yang kulakukan secara tak sengaja memukul kepala pria ini dengan tas yang berada ditanganku saat dia mencoba menarikku kebelakang agar tidak terjatuh..

“ AAAARRGGHHH...!!”

Teriak Pria itu kerena merasa kesakitan dan menyentuh kepalanya

“ OoHhh?? NO NOO.. Apa kau tidak apa apa? APA YANG KAU LAKUKAN TIBA TIBA MENARIKKU??"

Ucap almira yang panik mencoba untuk melihat kondisi pria itu

“ Luar biasa.. Aku membantumu dan kau malah memarahiku?”

“ Kenapa juga kau tiba tiba... Astagaaa... Apa itu? Kenapa dahimu berwarna merah menyala? Apa itu Memar? Benjol? Secepat ini?”

“ Apa isi tas mu itu? Batu?”

Ucap pria itu dengan masih memegang kepalanya yang kesakitan

“ Maafkan.. Maaf.. apa kau baik baik saja? Bagaimana ini.....”

Almira pun membungkuk beberapa kali dan mencoba untuk bertanggung jawab

“ Aku tidak apa apa. Masuklah kedalam mobilmu, cuaca sangat dingin”

Ucap pria itu yang berbalik dengan membuka pintu dan masuk kedalam mobil, kemudian berlalu pergi

“ Apa?? Tunggu.. kau pergi begitu saja? Maaf.. aku tidak sengaja... HEEYYY!!”

Pria berkacamata itu pun langsung masuk ke dalam mobilnya dan langsung berlalu pergi meninggalkanku.. Aku buka isi tas yang kubawa saat ini, apa yang menyebabkan sampai kepala pria itu memar.. Dan sungguh hebat, ternyata aku lupa membawa botol thermos stainless steel berisi coffe cappucino yang masih terisi.. Aku langsung melayangkan pandangan dan pikiranku saat ini mengingat memar dikepala pria itu.. Almira.. Habislah kau!! Hazal dan ozge akhirnya kembali, melihatku berkelakuan aneh mereka pun menatapku.. Aku pun menyerahkan kunci mobil pada hazal dengan sedikit kesal, terlihat kebingungan diwajah mereka saat ini.. Kami langsung berkendara menuju restaurant tempatku bekerja..

“ Hazal, apa yang salah dengan dia?"

Ucap Kak Ozcan yang melihat almira berdiri seperti tak bernyawa dengan menggosok beberapa gelas

“Aku juga tidak tahu, ketika datang dia tiba tiba aneh seperti itu"

Ucap Hazal dengan menghabiskan segelas kopi hangat

“ Apakah dia depresi?"

“ Ahahaha... Tidak kak.. Kau juga jelas jelas tahu dia seperti Banteng"

“ Lihatlah.. Dia membawa sepasang gelas, piring yang berbeda untuk di taruh diatas meja. Lalu apa kau lihat tidak ada sendok satu pun. Dia menjajarkan semua garpu dimeja.. Kau yakin dia tidak apa apa?"

“ Ahahaha.. Aku berikan dia padamu.. jaga dia.. sampai jumpa lagi kak"

Hazal yang tertawa selepas menghabiskan kopinya dan langsung berlalu pergi meninggalkan Restaurant

“HAZALLL..!!  Dasar anak itu.. Tapi apa benar almira tidak apa apa?”

Ucap Kak Ozcan mengambil gelas Hazal dan berjalan menuju dapur

Ya betul.. Ada apa denganku ini? Seharusnya aku fokus mencari pekerjaan tambahan untuk study tambahan yang ingin ku ambil.. Sekarang bukan waktunya untuk hal hal yang tidak jelas, ingatlah kau harus segera kembali pulang miraa! Tapi aku tetap tidak bisa fokus sama sekali, bagaimana bisa aku bersikap seolah tidak ada yang terjadi setelah memukul kepala seorang pria hingga memar seperti itu?? Terlebih bukankah dia tamu VIP disini? Bukankah dia teman Mete Bay?? Aahhh almiraaa... Kenapa kau menimbulkan masalah yang seharusnya tidak perlu terjadi?! Ozcan hanim yang khawatir melihat tingkahku hari ini akhirnya menyuruhku untuk membersihkan area teras luar dan saat ini aku ditugaskan melakukan check pada bahan persediaan di gudang penyimpanan.. Hari ini restaurant tidak begitu banyak pengunjung datang, jadi kami tidak begitu sibuk hingga bisa menutup restaurant sesuai jadwal..

Bagitu sampai di apartment malam ini pun aku mencoba mencari lowongan perkerjaan tambahan yang bisa kukerjakan, namun sepertinya sulit dengan jam perkuliahanku yang padat pada pagi hingga siang.. Kemana aku bisa mencari pekerjaan tambahanku kali ini? Aku mencoba mencari kembali namun tiba tiba teringat ada sebuah lowongan pekerjaan cleaning department di gedung kesenian yang kukunjungi hari ini.. Aku pun segera mencari info terkait tentang lowongan itu dan setelah kubaca sangat sesuai dengan yang kubutuhkan, dan tidak bentrok dengan pekerjaan ku di restaurant serta dengan jadwal kuliahku.. Aku pun langsung mengirimkan resume ku pada mereka..

Pagi pun menjelang kembali, ini merupakan hari ketiga seelah aku mencoba mengirimkan resume ku pada pihak gedung kesenian.. Mungkin dengan kondisiku mereka tidak mungkin akan menerimaku.. Ya, aku pun memang harus siap menerima kenyataan itu jika memang seperti itu.. Untuk saat ini sepertinya aku memang harus lebih fokus pada tesis akhir ku lebih dulu.. Saat aku sedang fokus mengerjakannya, lili dan kirey baru selesai dengan perkuliahan mereka dan mengetuk pintu kamarku..

“ Mir.. Almira.. Pinjem buku sejarah dong..”

Ucap Kirey dan Lilian yang masuk ke kamar almira

“ Masuk dan ambil sendiri.. Aku sedang mengerjakan tesisku.. Apa mau mengerjakan bersama?”

“ Tentu dong.. Buat apa kami menolak tawaran itu..?”

“ Dasarrrr..”

“ Oya, barusan ada surat untukmu..”

Kirey menyerahkan sepucuk surat kepada almira

“ Thank youu..... AAAAA!! Yess!! Aku diterima dapat pekerjaan tambahan.. Lusa mulai bekerja”

“ Kerja? Tambahan lainnya? Bener bener kamu ya mir... Salut deh kita berdua sama kamu..”

Ucap Lilian sembari membuka Laptop dan menyalakannya

“ Ayo Cepat kita kerjakan.. Aku harus edit data ini dan selesai hari ini, besok akan kuserahkan laporan ini pada Pak Onur.. Semoga tidak ada masalah jadi aku bisa fokus bekerja”

“ Percayaaa.. Ga bakal ada..”

Ucap Lilian dan Kirey secara bersamaan dengan expresi yang sama sembari melihat layar Laptop

“ Mir, kamu hari ada jadwal kerja kan nanti sore? Bisa nitip gak Kofte dan kumpir? Terkadang aku suka merasa lapar saat bergadang malam mengerjakan tesisku..”

“ Iya Bener rey.. Enak enak makanan di resto tempat kau bekerja.. Aku juga mau deh ya mir..”

“ Okey.. Nanti aku bawa selesai bekerja..”

Bersyukur sekali aku bisa mendapatkan kesempatan seperti ini, sangat jarang orang bisa seberuntung ku saat ini.. Aku pun dengan bersemangat mengerjakan tesisku dengan sungguh sungguh berusaha agar tidak ada revisi sedikit pun.. Tak lama waktu terasa cepat berlalu, aku juga telah selesai mengerjakan data perbaikan yang akan diberikan pada pak onur besok.. Sekarang, aku harus bersiap siap menuju restaurant kembali.. Semoga pekerjaan hari ini pun berjalan lancar sehingga ketika pulang mungkin aku masih bisa melanjutkan pencarian data untuk tesisku..

Saat sesampainya aku di restaurant ternyata sedang banyak ramai pengunjung dan mereka semua terlihat sibuk melayani permintaan para pelanggan, mungkin karena saat ini cuaca terasa menjadi lebih dingin dari biasanya sehingga para pengunjung pun lebih memilih makan ditempat daripada membawanya keluar atau bahkan duduk di teras dekat dengan perairan selat bosphorus yang indah.. Aku pun langsung bersiap dan bekerja membantu mereka semua.. Saat pesanan dan jumlah kursi resto sudah melebihi maksimal quota tempat duduk, kami pun terpaksa menutup sementara menunggu hingga para pelanggan yang sebelumnya menyelesaikan hidangannya terlebih dahulu dan beranjak pergi.. Kini suasana pun menjadi lebih santai dari sebelumnya.. Aku memutuskan untuk berjalan menuju teras belakang sembari melihat keadaan diluar resto seperti apa..

Saat aku membuka pintu, udara benar benar terasa menusuk setiap kulit ditubuhku.. Musim dingin kali ini terasa lebih dingin dari tahun sebelumnya.. Aku pun dengan sigap merapikan peralatan makan yang berserakan jatuh ke tanah karena diterpa oleh angin kencang di meja utama yang berada diujung teras belakang.. Saat ini halaman belakang tidak bisa digunakan  karena memang cuaca hari ini yang sangat dingin serta angin terasa kencang.. Saat aku mengambil sebuah garpu yang terjatuh ke tanah, mataku seolah terarah kembali ke aliran selat bosphorus.. Jika cuaca sedang tidak kelabu, mungkin sepertinya saat ini aku bisa melihat matahari terbenam dengan indahnya disini.. Saat aku melanjutkan melihat area duduk sekitar bosphorus, orang orang pun berlalu lalang berjalan disekitar pinggiran perairan selat ini, tempat duduk di taman pun sangat kosong karena tidak ada yang ingin duduk ditengah cuaca seperti ini..

Namun lagi lagi kulihat pria berkacamata itu duduk termenung seorang diri ditengah cuaca seperti ini.. Bagaimana memar dikepalanya? Ingin sekali aku menanyakan itu padanya.. Ada apa sebenernya dengan dirinya? Kenapa dia sampai melakukan itu? Terlihat lebih kesepian dan sangat terluka dari penampilannya saat ini.. Apa sebenarnya yang dia rasakan.. Dengan penampilan dan kelebihan yang dia miliki sepertinya dia tidak mungkin kekurangan satu hal pun, dalam artian semua yang dia inginkan bisa dia dapatkan.. Lantas kenapa dia seperti itu? Apa hanya aku yang melihatnya seperti itu atau mungkin ada orang lain juga yang melihatnya? Tapi jika betul, kenapa membiarkannya kesepian seorang diri seperti itu.. Tak lama aku mendengar suara hentakan sepatu berjalan kearahku dan aku pun menoleh kebelakang..

“ Maaf apa aku mengejutkanmu?”

Ucap seorang pria dengan penampilan layaknya seorang General Manager

“ Kau..?? Sebentar.. Bukankah kau yang selalu berada disampingnya? Kau juga bisa bahasa indonesia? Wow.. Mengejutkan sekali..”

“ aah ya.. Perkenalkan saya Emre, assisten dan General Manager (GM) Pak Serkan”

Emre pun menyerahkan kartu namanya pada Almira

“Maaf, kau apanya?”

“ Assisten dan GM pak Serkan Bay, dan dia adalah CEO perusahaan kami..”

“ Serkan?? Oo.. Okey.. Jadi, pria itu adalah.... Oke, oke.. Lalu, apa Boleh menanyakan sesuatu?”

Almira yang terkejut pun salah tingkah dan mencoba merapikan seragamnya yang terlhat sangat Rapi

“ Apa kau tidak tahu? Dan Kenapa kubiarkan dia seperti itu disana sendirian di tengah cuaca seperti ini??”

“ Aku tidak tahu, maaf.. Yaa, aku ingin menanyakan itu padamu"

“ Jika waktunya sudah tepat, akan aku ceritakan padamu.. Tapi, untuk sekarang biarkan saja dia seperti itu.. Setiap bulan ditanggal angka 4, dia pasti seperti itu”

Ucap Emre yang memalingkan wajahnya melihat kearah Serkan

“ Setiap bulan ditanggal angka 4? Seperti 14, 24? Dan selalu saat senja menjelang malam??”

“ Ya”

Aku dan emre seketika melihat kearahnya saat ini.. Kenapa dia bisa terlihat begitu menyedihkan? Apa dia tidak mempunyai seseorang untuk menyandarkan bebannya itu? Kupikir semua kalangan atas dapat dengan mudah mengatasi segala kesulitan mereka, namun ternyata dengan melihatnya seperti itu hari ini, pendapatku seolah sangat bertolak belakang.. Cuaca menjadi semakin dingin sehingga membuatku bersin beberapa kali, emre yang menyadari itu pun menyaranku untuk masuk kedalam.. Dan aku pun menurutinya, dengan pandangan terakhir sebelum aku melangkah masuk terlihat pria itu berdiri terdiam seperti patung menghadp aliran selat bosphorus yang indah..

Saat jam kerjaku sudah selesai dan restaurant sudah tutup sepenuhnya, kembali ozcan hanim dan Mete Bay menghampiriku dengan membawa secangkir kopi untuk dikirimkan kepada seseorang.. Aku langsung mengerti kepada siapa aku harus mengirimkan kopi ini.. Tanpa berkata aku mengambil kopi itu dan mereka pun tersenyum padaku dan berlalu pergi.. Saat dalam perjalanan pulang, aku seperti sudah sangat mengerti harus menunggu dimana dan selama berapa lama.. Dan benar sesuai perkiraanku, pria itu pun datang dan berjalan kearahku dengan penampilan yang berbeda.. Dia tidak lagi menggunakan kacamatanya, Wajahnya pun tertutup dengan syal yang dia gunakan, rambut yang tertata rapi pun berubah menjadi berantakan.. Yang sama hanyalah pakaian yang dia gunakan..

“ Kali ini kau yang sampai duluan, nona pengantar kopi. Ini kopiku? Terima kasih”

Ucap serkan yang menagmbil Cup kopi dari tangan Almira

“ Hey, tuan kacamata!”

“ Aku punya nama, panggil aku Serkan”

“ Pak serkan, Ini.. Pakailah begitu kau sampai rumah..”

Almira menyerahkan kotak kecil kepada Serkan

“ Apa ini? Obat dari china? Apa untuk Memar dikepalaku yang sudah ti..”

“ Bukan! Itu Minyak angin.. Minyak kayu putih.. Aku biasanya membawa kemana pun.. Coba kau hirup dan kau usapkan pada perut dan dadamu atau bahkan leher dan dahimu.. Kau akan merasa lebih baik”

Almira yang mencoba untuk mempraktekkan pada bagian apa biasanya dia gunakan

“ Kenapa kau memberikan ini padaku?"

“ Jangan salah paham.. Kupikir kau mungkin kedinginan tadi, setelah lama kau......... Intinya, anggap saja kebaikan antara sesama umat manusia.. Aku tidak ada maksud lain. Bye.”

Tanpa berkata lagi dan mendengarnya berbicara, aku berjalan meninggalkannya di keheningan dan dengan ditemani dinginnya cuaca malam ini membuatku ingin segera cepat melangkah untuk sampai ke apartment untuk beristirahat dan menghangatkan diri.. Sesampainya tanpa berbasa basi lili dan kirey pun langsung menghampiriku dan mengambil makanan yang kubawakan untuk mereka.. Setelah selesai membersihkan diri, aku pun keluar kamar dengan membawa laptop ditanganku dan  Kami pun berkumpul diruang tengah mengerjakan tesis kami masing masing ditemani cemilan malam dan terkadang  dibumbui dengan canda tawa karena melihat expresi masing masing..

Tak terasa pagi kembali menjelang, kali ini sinar matahari pagi dapat terasa sedikit menghangatkan dari pada sebelumnya meskipun langit masih terlihat kelabu.. Dengan terburu buru aku kembali bersiap menuju kampus untuk menyerahkan data revisi kepada Pak Onur sehingga aku bisa tepat waktu untuk datang ke galery kesenian untuk kerja tambahanku.. Saat berjalan cuaca masih saja terasa dingin meskipun aku sudah memakai jaket musim dingin dan scraft yang tebal.. Entah mengapa dan karena alasan apa aku tiba tiba terbayang sosok pria itu.. Apakah dia baik baik saja setelah berdiam diri ditengah cuaca seperti itu? Sambil aku memikirkan hal itu, aku pun berjalan menuju ruangan Pak Onur.. Namun lagi lagi seolah kami berjodoh, kenapa aku selalu berpapasan dengannya? Terlihat pria berkacamata itu keluar dari ruangan itu dan berjabat tangan dengan Pak Onur.. Sedang apa dia disini?

“ Morning almira..”

Emra yang tiba tiba hadir di samping Almira

“ Emre..? Sedang apa kalian disini? Apa.... dia, pemilik universitas ini juga?”

“ Ahahaha.. Bukan.. Pak Serkan sedang melakukan sesi nya..”

“ Sesi?? Dengan Pak Onur??. . . . . . Apakah dia...”

Tatapan Almira seketika berubah begitu mendengar perkataan Emre

“ Seperti perkataanku sebelumnya.. Jika sudah tepat waktunya, maka akan kuceritakan padamu.. Dan sepertinya mereka sudah selesai.. Maaf, aku harus pergi.. Have a nice day”

Emre bergegas masuk kedalam mobil dan mencoba menjemput Serkan kembali

Emre setengah berlari untuk menuju mobil yang mereka parkirkan, aku pun melihat kembali kearahnya dan kali ini dia melihatku dan menatapku.. Tatapannya terlihat begitu serius seolah dapat mengintimidasi siapa pun yang berada didekatnya..  Salah satu tangannya dimasukkan kedalam saku celananya, namun tangan satunya terlihat sedang mengambil sesuatu didalam saku jas nya saat ini.. Kemudian terlihat botol minyak angin yang aku berikan padanya dan seperti seolah sengaja dia membuka tutup botol itu dan menghirupnya, lalu tersenyum jahil kearahku.. Sontak kelakuannya saat ini membuatku tersenyum malu dan aku mencoba menahan tawaku karena ada Pak Onur didekat kami.. Mobil pun melintas disampingku, terlihat emre turun dan membukakan pintu mobil padanya.. Dia pun masuk kemudian mereka berkendara menjauh.. Pak Onur pun langsung memanggilku dan aku pun menghampirinya untuk memberikan revisi tesisku..

Betul sangat bersyukur, data yang kuberikan sama sekali tidak ada revisi perbaikan sehingga aku bisa melanjutkan untuk data selanjutnya.. Pak Onur pun seperti merasa bangga padaku dan berkata bahwa tidak percuma meluluskanku pada seminar sebelumnya.. Pak Onur akhirnya mengajukan saran untuk data penelitianku selanjutnya yang akan sangat membantuku nanti, dan aku pun menyetujuinya.. Sambil menunggu kabar dari Pak Onur, aku bisa fokus untuk melakukan pekerjaan sampinganku di gallery kesenian.. Oke, baiklah.. Semangat almiraaa..

Terpopuler

Comments

User Minor

User Minor

mangat thor

2023-10-10

0

Namiren_

Namiren_

byk bgt novelnya, dan rata" ttg romansa semua, kyknya aku tertarik baca salah satunya, lagi pilih" cerita mn yg bgs, bisa jd inspirasi aku jg, soalnya aku jg bikin novel genre romance

2023-10-04

1

Yem

Yem

Kesan yang bagus untuk Serkan, Almaira hehehe

2023-03-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!