Semalaman Baskoro tidak bisa tidur nyenyak, di dalam dadanya terbersit rasa bersalah karna dia sudah mengorbankan putrinya di meja judi. Tapi nasi sudah menjadi bubur, sesal pun sudah tidak berguna.
Semua telah terjadi, Alena sudah bukan lagi miliknya, dia sudah berpindah tangan menjadi milik sang mafia kejam.
"Ale, maafkan ayah.." Baskoro mengusap wajahnya gusar.
Memikirkan nasib Alena kedepan di tangan sang Mafia membuatnya tiba tiba menyadari betapa jahatnya dia sebagai seorang ayah.
Padahal selama ini alena begitu patuh dan menyayanginya, semenjak dia mengenal judi, kehidupan keluarganya hancur total terutama dalam segi ekonomi.
Alena yang masih berusia 20 tahun harus rela mengorbankan waktunya untuk kuliah sambil bekerja part time sebagai seorang bartender di salah satu klub malam yang tak terlalu besar.
Mau tak mau karna dia harus membiayai kuliahnya sendiri, belum lagi kebutuhan sehari hari yang harus ditanggungnya, ayahnya sudah tidak memiliki apapun, semua aset berharga milik keluarganya sudah habis terjual untuk dipakainya bermain judi.
"Malangnya nasibmu Ale.." Ucap Baskoro sambil melihat foto Alena yang tertempel di dinding.
"Ayah, bangunlah, mari kita sarapan!"
Suaran Alena terdengar memanggilnya dari luar kamar.
Baskoro bangkit lalu berjalan ke arah ruang makan, mereka kini tinggal di sebuah kontrakan sempit. Rumah mewah milik Baskoro sudah lama dijual untuk menutup beberapa hutang Baskoro di bank.
"Ayah mau nasi goreng atau lontong?" Alena membuka piring yang tertelungkup dihadapan ayahnya.
"na..nasi goreng aja Ale.." Jawab baskoro gelagapan. Dia tidak sanggup menatap wajah putrinya.
"Oke." Ale memindahkan satu centong nasi goreng ke atas piringnya Baskoro.
Lalu dia mengambil satu centong lagi dan meletakkannya ke piring di sebelah Baskoro.
"Ibumu mana Ale?" Baskoro celingukan mencari keberadaan istrinya.
"Nah, itu ibu!"
Rosa ibunya Alena muncul dari dapur dengan membawa sepiring telur dadar ditangannya.
"Nah ini lauk buat nasi gorengnya, ayo kita makan sama sama Ale, Ayah!" Ucap Rosa sambil tersenyum pada Alena dan Baskoro.
Tiba tiba sesak memenuhi dada Baskoro, sebenarnya keluarga mereka sangat harmonis, Baskoro adalah tipe ayah dan suami yang sangat baik dimata istri dan anaknya, dia tidak memukul bahkan membentak pun jarang.
Makanya meskipun Baskoro sangat terobsesi dengan judi, kedua wanita itu tetap berada disisinya, mereka percaya baskoro suatu hari insaf dari kebiasaan buruknya itu.
Namun judi sudah menggelapkan mata dan hatinya, semalam dia benar benar tidak berpikir dengan waras saat mempertaruhkan Ale diatas meja judi.
Sekarang menyesal pun sudah terlambat, putri dihadapannya ini sudah bukan lagi menjadi miliknya.
Dimeja judi itu dia telah kehilangan haknya sebagai seorang ayah, dia bahkan menandatangi surat penyerahan putrinya sendiri tanpa ragu. Entah setan apa yang semalam sudah merasukinya.
"Ale bisa kah kamu ikut ayah nanti malam?"
Alena menghentikan makannya dan menatap ayahnya.
"Ikut kemana ayah?"
Sesaat Baskoro hanya diam, dia bingung mau menjawab apa.
"Mau kemana sih yah?" Istrinya Rosa jadi ikut meliriknya.
"Ke klub Devil Ale, ada yang menawarkan pekerjaan disana untukmu, gajinya lumayan Ale.." Jawab Baskoro berbohong, hanya alasan masuk akal itu yang terpikir di otaknya.
Tidak mungkinkan dia jujur kalau dia akan membawa Alena untuk diserahkan kepada tuan Darren karena telah kalah bermain judi kan? Bisa bisa istrinya jantungan ditempat! Dia tahu Rosa sangat menyayangi Alena.
"Aku tidak mau yah, aku udah cukup seneng kerja ditempat yang sekarang, walaupun gajinya gak terlalu besar tapi Ale nyaman disana." Tolak Ale.
"Pekerjaan apa emang yah? jangan aneh aneh kamu!" Istrinya mendelik penasaran, dia tahu betul klub Devil itu bukan klub sembarangan seperti klub klub malam kebanyakan.
Para penjahat kelas kakap menjadikan tempat itu sebagai surga tempat mereka menghabiskan waktu dan uang.
Di klub itu juga dia tahu ada satu sosok Mafia berdarah dingin yang terkenal dengan kekejamannya. Rosa tidak mau putri semata wayangnya kerja ditempat yang dikelilingi orang orang seperti itu. Terlalu beresiko.
"Kerjanya sama mah kaya ditempat kerja Ale, posisinya bartender tapi gajinya tiga kali lipat lebih gede, ayolah Ale sekali saja kamu mau ya pergi kesana, lihat dulu baru ambil keputusan!" Baskoro masih berusaha meyakinkan.
"Lagi pula sebentar lagi kamu mau skripsi kan? tiga semester lagi loh Ale, kamu pasti bakal butuh biaya besar buat itu.."
Ale terdiam, benar juga yang diucapkan ayahnya.
"Ayah, seharusnya biaya kuliah Ale itu tanggung jawab kamu, kasian Ale harus banting tulang seperti ini!" Rosa tak tahan untuk tak memberi komentar pedas.
Selama ini dia sudah berusaha menyuruh suaminya untuk mencari pekerjaan diluar sana, namun gara gara baskoro main judi terus setiap malam, jam tidurnya jadi terbalik, kadang setelah sarapan pria itu sudah kembali mendengkur diatas kasur, tidak ada waktu untuk mencari pekerjaan disiang hari, begitu terus yang terjadi setiap hari.
"Mah, ayah kan sudah tua, mana ada perusahaan yang mau menerima laki laki tua ini." Lagi lagi alasan klasik ini yang diucapkan Baskoro.
Akhirnya Rosa hanya mampu memendam jengkel pada ulah suaminya.
"Udah udah mah jangan berantem, yaudah aku mau ikut ke klub itu, tapi sebentar aja ya, soalnya jam 9 malam Ale harus pergi kerja, nanti Ale putuskan mau kerja atau engga setelah liat situasi disana."
Setelah memikirkan masak masak, perkataan ayahnya ada benarnya juga, sebentar lagi dia akan naik ke semester akhir, dia sudah membayangkan berapa banyak biaya yang dibutuhkan untuk menyiapkan skripsi dan yang lainnya.
Gajinya di klub yang sekarang hanya cukup untuk membayar biaya bulanan kuliah saja.
"Terima kasih nak." Baskoro tersenyum lega mendengar jawaban Alena, itu artinya dia akan selamat dari ancaman Darren Bumiatmaja, namun di dalam hatinya dia juga merasa sedih, karna berarti hari ini akan menjadi hari terakhir Alena berkumpul bersama dia dan istrinya.
Malam pun menunjukkan pukul 19.30 wib
Klub Devil tidak pernah sepi pengunjung, namanya harum semerbak dikalangan bandit bandit berduit.
Baskoro datang sesuai dengan janjinya, membawa Alena ke hadapan Darren Bumiatmaja.
Baskoro memegang bahu putrinya menaiki tangga menuju lantai paling atas. Alena menatap takjub pada bangunan yang ternyata dalamnya seperti istana, nuansa serba hitam mendominasi tempat itu.
Alena memperhatikan sekeliling, tangannya mulai berkeringat dingin saat melihat tampang tampang pengunjung klub yang kelihatannya bukan orang orang biasa.
"Alena, tunggu disini, ayah akan masuk lebih dulu." Ucap ayahnya saat mereka telah sampai disebuah pintu bercat warna coklat.
Baskoro terlihat mengetuk pintu, tak lama pintu terbuka, terlihat seorang penjaga keluar dari sana.
"Baskoro, tuan sudah menunggumu! kau terlambat! beraninya membuat tuan kami menunggu!"
Alena dapat mendengar kata kata itu dengan jelas, ada nada marah juga ancaman.
"Ma-maaf tadi macet sekali dijalan." Jawab Baskoro gelagapan.
Baskoro pun kembali merengkuh bahu Alena dan menuntunnya masuk ke dalam ruangan.
Alena mulai merasakan adanya kejanggalan. Sikap ayahnya yang seperti orang ketakutan,
Bukankah ayahnya bilang pekerjaan yang dia tawarkan adalah menjadi bartender, meja bartender ada dibawa sana, tapi kenapa dia dibawa ke lantai atas, mau bertemu siapa sebenarnya dia disini?
"Ayah, kenapa gelap? sebenernya ini mau kemana sih?" Alena akhirnya tak tahan untuk tak bertanya.
Baskoro hanya diam, mereka terus berjalan memasuki lorong panjang dan akhirnya berhenti disebuah ruangan besar, hanya ada satu cahaya lampu yang berpendar dipojok ruangan.
Alena menyipitkan matanya, berusaha melihat sosok didepannya yang terhalang oleh bayangan kursi.
Pria itu memutar kursinya menghadap dirinya dan ayahnya, namun Alena masih belum bisa melihat dengan jelas sampai dengan akhirnya dia mendengar suara jentikan jari.
"Nyalakan lampunya!" Perintah pria yang duduk itu sambil mengibaskan tangannya.
Lampu pun seketika menyala sesuai permintaannya, sesaat Alena mematung melihat laki laki dihadapannya, pria itu memakai kemeja serba hitam, dengan hidung mancung dan juga bola mata coklat yang begitu indah tengah menatap ke arahnya.
Tersenyum begitu mengerikan sambil memainkan sebuah pistol ditangannya, memutar mutar nya seakan benda berbahaya itu adalah mainan saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments