Haris dan kedua orang tuanya kini tampak sedang menyantap sarapan yang telah disiapkan oleh ibunya, dia melahap semua makanan yang berada di atas piring dengan rakus.
Memang, kelelahan yang dihasilkan oleh pelatihan sangat membuatnya kehabisan tenaga, sehingga perutnya selalu merasakan lapar padahal sudah makan beberapa kali.
"Makanlah perlahan, makanan kamu tidak akan menghilang, kok!" Riana memperingati Haris yang sedang fokus dengan santapannya.
"Tiwdawk apwa apwa, raswaw lawparw terwawu mewnyiwsakuw!" Jawab Haris tidak jelas, karena mulutnya sedang penuh dengan makanan.
Mendengar itu Riana hanya bisa menghela nafas berat sambil menggelengkan kepalanya. Namun, berbeda dengan Riana, mendengar perkataan anaknya, Louis hanya bisa mengernyitkan dahinya karena tidak paham perkataannya.
Louis menoleh ke arah Riana yang tampaknya memahami maksud dari Haris, "Dia mengatakan apa, sayang?" Tanya Louis penasaran.
"Hmm? Oh, dia katanya "Tidak apa-apa, rasa lapar terlalu menyiksaku" begitu…" Riana menjelaskannya sambil merapihkan piring-piring yang sudah kosong.
"Oh begitu…" Mendengar penjelasan istrinya, Louis mengangguk paham sambil bergumam pelan. Setelahnya, dia langsung menoleh ke arah Haris yang masih kelihatan rakus membuatnya ingin mengerjai anaknya itu.
"Hei! Kamu makan seperti tupai saja. Oh iya, setelah ini kita akan melakukan pelatihan seperti sebelumnya, tapi dalam dosis dengan dosis berbeda. Setelah itu, kamu akan melatih fisikmu yang kini tampaknya sudah kuat untuk berlari mengelilingi gunung disana." Ujar Louis menjelaskan sambil memandangi anaknya.
Namun, penjelasan dari Louis hanya dibalas dengan anggukan beberapa kali, tanpa mengatakan apapun lagi, karena dia ingin lebih fokus untuk menghabiskan makanannya.
Melihat responnya hanya membuat kesal Louis, dia berdecak lalu memalingkan wajahnya ke arah istrinya yang sedang siap-siap untuk mengangkat tumpukan piring. Namun, segera ditahan oleh Louis yang berinisiatif untuk membantunya karena merasa tidak tega dengan istrinya.
"Sini aku bantu kamu!" Ujar Louis menawarkan bantuan.
Riana menoleh kemudian tersenyum ketika melihat suaminya sedang bersiap dengan tangan yang sudah ingin mengangkat tumpukan piring ditangannya.
"Baiklah, terimakasih sayang…" Ujarnya lembut lalu memberikan tumpukan piring itu ke tangan suaminya.
Setelah itu mereka langsung berjalan bersama menuju dapur, dan selang beberapa waktu Haris sudah selesai dengan makanannya, dia langsung mencucinya tanpa ditunda-tunda. Karena dia juga merasa tidak tega dengan ibunya yang selalu mengerjakan pekerjaan rumah tangga tanpa mengeluh.
Di halaman rumah, tampak ada dua orang pria sedang berdiri saling berhadapan. Yang satu sedang melipat kedua tangannya di dada, dan satu lagi sedang memegang erat pedang dengan kuda-kudanya yang tanpa memperlihatkan celah.
'Hmmm… Anak ini, dia sudah memahami cara menutup celah tanpa sedikitpun pengalaman bertarung? Apa ini murni intuisi nya? Menarik…' Batin Louis ketika melihat anaknya yang sedang mengayunkan pedang sambil menghitung.
Louis berjalan mengelilingi tubuh Haris sambil menatap setiap inci tubuhnya dengan harapan ada sesuatu yang harus dikoreksi. Namun, semua itu percuma saja karena anaknya sama sekali tidak memperlihatkan celah merugikan, serta ayunan pedangnya begitu kuat sehingga menghasilkan hembusan angin kencang.
'Ini sih sudah bukan latihan…' Batin Louis terkejut dengan anaknya.
Semua itu berlangsung hingga Haris berhenti di ayunan ke seribu. Louis beranjak dari duduknya lalu melangkah ke arah anaknya sambil bertepuk tangan.
"Kamu sungguh hebat, nak! Ayah bangga padamu. Dan juga, untuk kedepannya ayah akan mengajarkan sesuatu agar bisa memoles keterampilan mu menjadi lebih indah." Ujar Louis menghampiri anaknya.
"Ha… Ha… terimakasih atas pujiannya ayah, tapi kapan kita akan melanjutkan pelatihan selanjutnya? Hari sudah mulai petang." Haris bertanya kepada ayahnya yang sedang berjongkok di sampingnya.
"Kamu ingin langsung melanjutkannya?" Tanya Louis meyakinkan keputusan anaknya.
"Tentu!" Jawab Haris menatap mata Louis dengan keseriusan tinggi.
Melihat keseriusan anaknya hanya bisa membuat Louis tersenyum kecut, dia kemudian mengangkat tubuhnya lalu berkata, "Baiklah, kamu harus mengelilingi gunung di depan sana sampai putaran ke seribu." Jawab Louis menjelaskan pelatihan selanjutnya membuat Haris merasa tidak nyaman.
'Benar-benar pelatihan menyiksa diri…' Batin Haris tersenyum kecut.
Setelah itu dia bersiap-siap untuk memulai pelatihan selanjutnya, tapi disaat itu ayahnya langsung memberitahukan sesuatu kepadanya.
"Kamu boleh pulang kerumah, karena syarat yang diberikan hanya diharuskan untuk mengitari gunung saja. Dan lagipula ibumu akan khawatir, bukan hanya ibumu, ayah juga khawatir kepadamu karena tidak memiliki banyak pengalaman." Ujarnya menjelaskan kekhawatiran kedua orang tuanya dengan tatapan sendu, entah kenapa dia seperti itu. Tetapi tanpa basa-basi seperti biasanya, Haris langsung mengangguk kemudian mulai berlari ke arah gunung.
Sepanjang jalan dia merasa tubuhnya sangat ringan sehingga membuatnya berlari kencang dan sampai ditempat tujuan tanpa memakan banyak waktu.
Dia awalnya beristirahat sejenak, lalu setelahnya mengecek sekitar untuk memastikan jika tempat yang akan dijadikan sebagai tempat pelatihan itu merupakan tempat yang aman.
"Kupikir disini sangat aman karena ayah menyuruhku berlatih disini. Tapi tidak ku sangka ada monster yang aneh di hadapanku." Gumam Haris ketika melihat Monster besar sedang berada di hadapannya dengan taring besar tajam terlihat jelas.
Namun, meski begitu Haris tidak bergeming sedikitpun karena dibalik rasa takutnya yang menghilang, dia sudah mengalami kehidupan yang lebih menakutkan dibandingkan dengan situasi hidup dan mati ini.
Roaarr…
Monster itu mengeluarkan suara keras yang bertujuan untuk menakuti mangsanya. Namun, dia telah memilih lawan yang salah, karena Haris yang dihadapi olehnya bisa menetralkan rasa takutnya dengan Skillnya yang selalu aktif. Skill itu adalah, <
Meningkatkan motivasi diri ketika sedang berhadapan dengan musuh.
Menghilangkan rasa takut ketika dihadapkan dengan musuh yang menakutkan.
(Skill akan selalu aktif tanpa persyaratan.)
'Untung saja aku secara tidak sengaja mendapatkan skill ini ketika melakukan latihan keras.' Batin Haris masih menatap datar mata monster di depannya.
Merasa kesal dengan reaksi membosankan dari Haris, monster itu langsung menerkam tubuh Haris yang sedikit lebih kecil darinya. Dia melompat dengan kedua tangan siap mencakar tubuh lawannya.
Namun, Haris dengan segera melompat ke samping, kemudian memukul keras perut monster tersebut karena terdapat celah yang begitu besar.
Akibat pukulannya, tubuh Monster itu terpental jauh sekali dan pada akhirnya diberhentikan oleh sebuah pohon besar.
Melihat kondisi lawannya Haris langsung melesat ke arah monster tersebut sambil mengambil ancang-ancang dengan pukulan yang akan meluncur ke tubuh lawannya.
Dengan wajah masih terlihat datar tangan Haris melayang tepat ke kepala Monster tersebut, meski kepalanya sangat besar. Namun, Haris masih tidak gentar olehnya.
Belum sempat untuk menghindari serangan Haris, monster itu terpaksa harus menerima pukulan keras Haris hingga kepalanya hancur menjadi beberapa kepingan. Dan tidak hanya Monster itu, karena pohon besar serta tebal yang berada di belakangnya pun ikut hancur dengan terdapat bolong besar di tengah-tengahnya.
[Selamat! Anda berhasil membunuh Monster perdana anda!]
[Anda berhasil mendapatkan Poin Sistem sebesar: 500]
Menatap layar didepannya membuat Haris terpaksa untuk mengernyitkan dahinya karena merasa heran dengan hadiahnya yang begitu sedikit.
'Apa ada persyaratan khusus agar bisa mendapatkan Poin Sistem yang banyak dalam sekali membunuh Monster? Hmmm, mungkin saja. Tapi lupakanlah itu, aku akan mencari makanan terlebih dahulu.' Batin Haris sambil melihat ke arah langit yang sudah gelap dengan ditemani oleh bulan dan juga bintang.
Setelah itu dia langsung melesat untuk memburu hewan yang bisa dimakan, dan pada akhirnya dia mendapatkan seekor babi liar dengan tubuh gemuk.
Karena lambungnya yang besar, dia bisa menghabiskan semua dari babi tersebut, tanpa menyisakan sedikitpun. Dan setelahnya dia langsung tidur di dekat bara api yang telah dibuat olehnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 19 Episodes
Comments