Keluarga Harmonis

Matahari sudah terangkat dengan cahaya cerah mencoba untuk membangunkan anak laki-laki yang kini sedang tertidur pulas. Perlahan anak itu merasa sedikit terganggu, hingga pada akhirnya dia membuka matanya.

Tanpa membuat pergerakan lain, anak itu menatap langit-langit dengan tatapan kosong, wajar saja karena kesadarannya belum terkumpul sepenuhnya. Selang beberapa menit, anak itu kemudian duduk di samping ranjang sambil mengucek matanya yang sedikit berkabut.

Setelah itu dia beranjak lalu pergi keluar kamar untuk menyapa keluarganya yang sudah diketahui jika mereka sedang memasak. 

Sudah berada di dapur, anak itu langsung menyapa kedua orangtuanya. "Selamat pagi, ayah, ibu… Kalian sedang apa?" Ujar anak itu menyadarkan kedua orangtuanya.

Mereka menoleh ke sumber suara, lalu tersenyum ketika melihat anaknya sedang mengucek mata dengan air liur membasahi sekitar mulutnya.

"Hai Haris, kamu sudah bangun, ya? Lebih baik ke cuci muka dulu." Wanita itu tersenyum dengan tangan tak berhenti untuk memasak.

"Hemhem, benar apa kata ibu mu. Lebih baik cuci muka dulu, atau jangan-jangan anak ayah ini masih ingin dibantu…" Timpal pria itu sambil melangkah mendekat ke arah Haris dengan tangan siap mengangkat tubuhnya.

Namun, dengan segera Haris menolak ayahnya itu, kemudian berlari ke arah kamar mandi sambil menyeka air liurnya.

Sesampainya di dalam kamar mandi, dia langsung mencuci mukanya sambil menatap pantulan wajahnya di cermin. Wajah yang begitu tampan, kulit putih bersih, pupil mata bulat berwarna biru cerah, serta rambut hitamnya sudah tumbuh lebat. Melihat wajahnya, Haris membuka lebar mulutnya hingga menampakkan deretan gigi putihnya.

"Yeah, aku memang sangat tampan!" Ujar Haris sambil bergaya narsis di depan cermin, kemudian diakhiri dengan kedipan mata berbintang.

Haris sudah berusia 7 tahun, dan selama menjalani kehidupannya dia tidak pernah sekalipun merasakan apa yang dirasakan oleh para karakter utama isekai di dalam novel favoritnya. 

Selama ini dia terbebas dari penderitaan, sehingga membuatnya sangat bahagia serta bersyukur atas nasibnya itu. Namun, bukan berarti selama ini dia selalu berleha-leha, karena dia suka menyempatkan diri untuk mempelajari ilmu-ilmu penting. Seperti, sihir, teknik pedang, dan juga cerita-cerita legendaris yang menceritakan perjuangan seorang pahlawan untuk memperjuangkan kedamaian.

Saat ini Haris sudah berada di ruang makan yang sudah didekorasi dengan meriah. Dia tersenyum bahagia ketika melihatnya, meskipun sudah mengalami hal ini selama beberapa kali. Namun hatinya tidak pernah merasa bosan olehnya.

Hari ini merupakan hari yang membahagiakan bagi keluarga itu, karena mereka sedang merayakan ulang tahunnya Haris yang ke tujuh. Yang artinya sudah tujuh tahun Haris berada di dunia ini, atau bisa dibilang kehidupan keduanya.

Dan selama tujuh tahun itu tidak ada yang aneh. Namun, banyak sekali pengalaman pertama sekaligus spesial baginya. Karena, di dunia ini dia bisa merasakan kehangatan dari yang namanya 'Orangtua'. Jika bisa dilukiskan, maka semua kebahagiaan bisa terlihat jelas, tapi sayangnya Haris tidak memiliki kemampuan melukis.

Dengan kaki berayun-ayun, Haris menunggu kedua orangtuanya selesai sambil duduk di atas kursi dengan tangan di simpan di atas meja persegi panjang.

Tak lama kemudian, kedua orangtuanya sudah selesai dalam persiapan, dan setelahnya mereka menarik kursi kebelakang lalu menjatuhkan pantatnya diatas kursi.

Kini mereka sedang duduk dengan posisi ibu dan Haris saling berhadapan dengan ayahnya.

"Selamat ulang tahun, Haris!" Ujar ibunya sambil mengelus-elus kepala anaknya, membuat Haris menjadi salah tingkah.

'Aku masih belum terbiasa dengan perlakuan ini!' Batin Haris menjerit.

"Terimakasih ibu…" Jawab Haris malu-malu, membuat kedua orang tuanya terkekeh melihat reaksi anaknya yang begitu menggemaskan di mata mereka.

"Hoya, kamu merasa malu…?" Goda ayahnya di seberang sana sambil menunjukkan senyuman meledek.

"Tidak!" Bantah Haris menggebrak kan mejanya pelan dengan wajah tersipu.

"Hahaha! Lihatlah wajahnya sayang, dia anak laki-laki tapi terlihat sangat imut jika sedang tersipu!!" Ujar ayahnya yang tertawa terbahak-bahak tak tertahankan.

"Ish, kamu jangan seperti itu! Kasihan anak kita harus menahan malu seperti itu!" Tegur ibunya sambil menarik tubuh Haris ke dalam pelukannya menghentikan tawa ayahnya.

Haris yang diperlakukan seperti itu hanya bisa tersenyum tipis menunjukkan kebahagiaannya.

Riana Vania atau ibunya Haris, merupakan wanita cantik dan menawan, dipadukan dengan tubuhnya yang begitu molek, membuat dirinya menjadi kembang desa dan kebetulan dia adalah anak dari kepala desa.

Louis Hernandez atau ayahnya Haris, merupakan pria berprofesi sebagai petualang Rank-B dengan job sebagai Swordsman, dia sendiri dikenal sebagai petualang penyendiri, karena dirinya selalu memilih untuk berpetualang menyelesaikan misi dengan tenaganya dan usahanya sendiri. 

Jika harus jujur, Louis sangat tidak cocok untuk Riana, karena wanita itu lebih cocok jika bersama denganku, aww jadi malu deh…

Setelah saling bercanda, mereka langsung melakukan pesta ulang tahun dengan penuh senyuman. Haris juga tidak lupa menyuapi mereka makanan yang sudah dibuat ibunya, tindakan itu diperuntukkan sebagai berbagi kebahagiaan dan rasa terimakasih. 

Haris dan Louis mengelus-elus perut buncit mereka karena terlalu banyak memakan makanan pesta, karena menurut mereka sayang sekali jika makanan yang dibuat oleh Riana tersisa banyak, apalagi wanita itu tidak makan terlalu banyak.

"Oh iya Haris, apa yang kamu inginkan?" Tanya Riana dan di angguki oleh Louis membuat Haris kebingungan.

Dia menempelkan telunjuknya di dagu sambil menatap ke atas untuk memikirkan apa yang dia inginkan dari kedua orang tuanya. 

"Hmmm, kalau begitu… Apa aku boleh meminta sesuatu?" Tanya Haris mendadak serius dengan tatapan memohon.

Melihat wajah anaknya, mereka berdua saling menatap satu sama lain, kemudian mengangguk membuat Haris senang, senyuman lebar terpampang jelas diwajahnya yang imut.

"Apa yang kamu inginkan?" Tanya Louis dengan senyuman lembut, rasanya itu masih cocok untuk wajah menyeramkan nya.

Tanpa basa-basi Haris langsung menjawab, "Aku ingin belajar Swordsmanship!" 

Jawaban itu membuat kedua orang tuanya terkejut karena tidak terduga anak seimut itu ingin belajar sesuatu yang berat. Namun, bukan berarti itu tidak cocok untuknya, karena dia masih memiliki darah ayahnya yang merupakan Swordsman.

Mari kita kembali ke satu hari sebelumnya…

Malam hari, gelap gulita tanpa anda lampu yang biasanya digunakan di kota. Meski begitu para warga masih memakai lentera untuk membantu penerangan, dan itulah yang sedang menemani Haris yang masih terjaga di malam itu.

Alasan mengapa dia masih terjaga, dikarenakan Sistem yang tiba-tiba muncul dan mengirimkan sebuah notifikasi yang membuat Haris harus berpikir keras untuk memilih keputusan yang benar.

Notifikasi itu menunjukkan kalimat seperti ini.

[Karena anda sudah menginjak usia 7 tahun, maka anda dikhususkan untuk memilih job agar masa depan anda memiliki tujuan pasti!] 

Dan terdapat banyak pilihan job yang menurut Haris semuanya sama saja, tidak ada yang berbeda, karena ujung-ujungnya Job itu akan berguna juga. Namun, pemikirannya langsung tertuju kepada kedua orang tuanya yang memiliki job berbeda.

Riana memiliki Job sebagai Healer, dan Louis memiliki Job sebagai Swordsman. Jika dipikirkan maka pilihan yang tepat untuk Haris adalah: Swordsman.

Alasannya simpel: karena dia anak dari Louis.

Hahah simpel bukan?

'Swordsman masih bisa diterima olehku, dan itu juga merupakan Job yang keren. Sedangkan untuk Healer… ya itu masih bisa diterima juga, tapi lebih baik untuk tidak memilih itu untuk dijadikan Job utama.' Batin Haris sedikit bingung.

Haris memang memiliki kekuatan tak terbatas, tapi itu bukan berarti dia akan menjadi kuat dalam waktu singkat. Karena bakat juga harus diasah, jika tidak begitu maka bakatnya akan menjadi tidak berguna.

Merasa pilihannya sudah tepat, tanpa pikir panjang Haris langsung memilih Job Swordsman. Dan tiba-tiba jendela statusnya berubah dengan satu tambahan dalam Statistik.

[Haris Lodgradae]

Lvl: 15

Hp: 150/150

Mana: 150/150

Swordsmanship: 0

Str: 20

Int: 20

Vit: 10

Agi: 15

Aura: 0

(Terkunci.)

Poin Sistem: 200.000

Melihat statusnya Haris mengetahui apa yang berbeda, dan dia juga sekarang bisa dipastikan akan meningkatkan terus Aura dan juga Swordsmanship agar bisa mencapai sesuatu yang tak terbayangkan.

Kembali ke saat ini…

Itulah alasan yang membuat dia sangat percaya diri dalam memilih permintaannya. Ayahnya masih memasang wajah terkejut, tapi dengan segera dia memahami tekad anaknya yang terpancar dari tatapan mata nya. Dia tersenyum tipis ketika menyadari anaknya semakin dewasa dan bisa memilih keputusan yang tepat.

"Baiklah, mulai besok kita akan berlatih. Dan ingat! Ayah tidak akan segan-segan, loh!?" Ujar ayahnya sambil memberi sedikit ancaman.

Namun ancaman itu malah membuat Haris senang, dia tersenyum bahagia sambil menjawab, "Itulah yang aku harapkan! Ayah memang yang terbaik!"

"Hahaha! Ini baru anakku!!" Ayahnya tertawa, kemudian mengangkat tubuhnya, lalu menarik leher anaknya kedalam ketiaknya. "Kamu harus siap-siap, oke?" Lanjutnya sambil menggosok kepala Haris.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!