Mobil pun mulai berhenti perlahan. Aku langsung aja keluar dari mobil. Lalu menghampirinya, bertemu berhadapan dari mata ke mata dari hati ke hati bagai drama Korea yang dramatis dan romantis. Aku terharu melihat usahanya.
Tapi sepertinya Fredi kehabisan nafas buktinya dia mengambil napas pelan-pelan, rupanya dia kelelahan juga sewaktu mengejar mobil yang cukup kencang lajunya.
"Kamu kok ngejar sih Fred. Kok kamu gak bilang dulu biar aku tungguin di rumah ?"
Fredi masih menarik nafasnya pelan-pelan.
Lalu dia keluarkan lewat mulut dengan pelan.
Dia sangat kelihatan kecapean
"Aku...hossssh....hossh....aku....hosshh...aku...hossh" jawabnya masih susah napas.
Aku berusaha menenangkannya, sambil tepuk-tepuk pelan punggungnya. Akhirnya dia sudah bisa bicara normal meski nafasnya masih terasa cepat
"Maaf ya, aku gak bisa kasih kamu kabar. Soalnya aku sibuk banget"
"Kok hape kamu mati sih ?" tanyaku
"Iya, Hapeku rusak tapi udah aku bawa ke bengkel hape. katanya nanti sore bisa diambil"
"Oh gitu"
"Kamu gak marahkan sayang ?" tanyanya
Aku berikan senyuman manis untuknya dan memaafkan rasa kecewaku yang sempat muncul
"Iya gak apa-apa kok Fred. Aku tetep sayang kamu" ucapku dengan lembut
Fredi mengambil bungkusan plastik hitam kecil dari keranjang sepedanya. Lalu menyerahkannya kepadaku. Aku langsung buka didepannya karena penasaran isinya apa
"Wah, boneka kodok kecil lucu banget aku suka"
Rupanya sebuah boneka kodok kecil yang harganya lima ribuan yang dijual di pasar malam. Aku tahu banget boneka ini, karena aku sering liat kalau lagi ke pasar malam beli tahu bulat dan otak-otak ikan. Tapi gak apa kok. Aku tetap bahagia menerimanya.
"Iya, simpan ya Ra. Itu untuk pelipur rindu kamu untukku. Kalau kamu kangen sama aku kamu peluk aja bonekanya" ucapnya romantis
Aku tersipu dia bilang begitu, rasanya mau peluk tapi kami sedang ada di jalan umum, karena kami cuma ngobrol begini aja banyak orang yang melihat dengan pandangan liar
Tiiiinnn..tinnnn.....nnnnnnn !!!
Pak supir bunyikan klakson berkali-kali.
Aku dan Fredi akhirnya tersadar kalau kami cukup lama berdua
"Makasih ya Fred, aku pasti rindu kamu terus" ucapku sambil pergi melambaikan tangan untuknya.
"Iya Ra, aku juga akan selalu merindukan dan selalu mencintaimu. Kabarin aku kalau udah sampai ya" balasnya, dan juga melambaikan tangannya.
Aku sudah di dalam mobil pun dia masih melambaikan tangannya, aku sudah jauh dia masih melambaikan tangannya.
"Itu pacarnya ya non ?" tanya pak supir kepengen tahu. Aku gak jawab aku cuma tersipu.
"Setia amat non" godanya lagi sambil fokus dengan setirnya
Aku gak bisa jawab apa-apa. Aku cuma bisa tersenyum simpul.
Dalam perjalanan aku ketiduran memang itu adalah kebiasaan aku selalu ketiduran kalau perjalanan cukup jauh. Tanpa sadar kami sudah sampai dan pak supir membangunkanku
"Non, non. Bangun, udah sampe non"
Aku sontak terbangun karena suara pak supir yang fals. Aku melihat ke kanan. Ada rumah mewah bercat putih dengan gerbang yang tertutup rapat
"Ini beneran rumahnya Pak ?"
"Iya, kan saya sering antar Ibu ke sini. Jadi saya tau"
"Oh gitu, yaudah deh Pak" ucapku sambil membuka pintu mobil
"Yaudah apa non ?"
"Balik lagi ke Bandung Pak"
"Hah !"
"Ya saya turun di sini lah Pak, ayok pak bantu saya keluarin koper"
"Oh, kirain" Pak supir ngelus-ngelus dada.
"Non, lucu juga ya hahaha" tambahnya, sambil tertawa garing.
Koper sudah keluar dari persembunyiannya dan kini aku berdiri dihadapan gerbang yang lebih tinggi dari aku. Sumpah, ini rumah lebih mewah dari rumah orang tuaku. Aku baru tahu punya saudara orang kaya
"Pak, ayok mampir dulu" ajakku. Tapi Pak Supir sungkan lalu menolak
"Gak usah lah non, saya langsung pulang saja"
"Oh gitu, baiklah Pak. Hati-hati ya"
"Sama-sama non"
Pak supir akhirnya pergi kembali ke Bandung tapi perasaan ini seperti tertinggal, aku merasa Pak Supir sudah lupa membawaku kembali pulang padahal memang harusnya aku di sini.
Tiba-tiba saja perasaan gak tertarik untuk masuk ke dalam mendadak muncul, aku seperti merasakan aroma-aroma kebencian dari dalam rumah. Aku memang sedikit sok tahu tapi rasanya begitu. Tapi ya sudahlah, aku harus bisa beradaptasi. Eh, omong-omong belnya mana ya. Oh ini dia.
Tiiingggtoongggg!
Aku pencet berkali-kali tapi belum ada satupun yang merespon. padahal baru lima menit aku nunggu tapi bagai setahun berdiri disini. Menyebalkan.
Rasanya aku mau teriak memanggil tapi nanti takut dikira lagi demo.
Sudah lewat dari lima menit aku masih berusaha pencet bel. Aku nyaris putus asa lalu bersandar pada gerbang. Disela lamunanku akhirnya seorang wanita paruh baya datang membuka gerbang tapi dia bukan Tante Rini
"Rara ya ? saya Bibi Asnah. Asistennya Bu Rini. Ibu sudah cerita kalau Non Rara mau datang. Ayo silakan masuk"
"Iya Bi, makasih ya"
Lalu tanpa aku suruh Bi Asnah langsung bawa koperku sekaligus dua aku sudah berusaha menolaknya untuk membawa satu orang satu tapi dia yang mau. Aku jadi merasa bagai nyonya besar
"Terimakasih ya Bi" ucapku setelah didalam rumah.
Lalu dengan mata tercengang melihat kecantikkan ruang tamu pelan-pelan aku duduk disofa mewah nan cantik, pokoknya rumahnya mewah banget. Aku rasanya bagai nyonya besar lagi. Aku gak berhenti terus melihat sekelilingku dari sudut langit-langit rumah sampai ke sudut yang lainnya, percis kayak tingkah kucing baru dipungut.
"Bi, kok sepi ya ?" tanyaku pelan
"Iya, belum pada pulang non. Tapi tadi Bu Rini sudah pesan ke saya kalau non Rara mau datang. Oh ya, saya ambilkan minum dulu ya"
"Oh, gitu ya Bi. Iya Bi makasih ya"
Rumah ini sepi bahkan suara cicak pun gak terdengar, sungguh sangat sepi. Aku masih tetap duduk sambil menunggu Bibi bawakan minum, kebetulan banget aku sudah haus. Akhirnya Bibi membawakan aku segelas air jeruk dingin
"Ini non minumnya, pasti seger deh" ucapnya sambil menyodorkan gelas isi es jus jeruk.
Tanpa ragu dan malu lagi langsung saja aku minum.
Glekh..glekkh....glekk!
Aku menyipitkan mata, ekspresi menahan rasa asam kelihatan banget. Es jeruknya asem banget. Sumpah
"Asem banget Bi"
"Loh kok asem ?" Si Bibi kebingungan. "Saya bikinin lagi ya non" lanjutnya sambil merampas gelas yang aku pegang.
Aku menolak dan kembali merampas gelas asem dari tangannya
"Gak usah Bi, ini juga enak kok" aku melanjutkan minum meski harus menahan rasa asem.
Ya mungkin karena asemnya ini gak seberapa dari bau asemnya orang yang gak mandi sebulan.
"Ya sudah kalo gitu saya tinggal dulu ya" tandasnya lalu pergi. Beberapa menit kemudian Bibi datang lagi. Dan es jeruk yang asem tadi pun sudah aku habiskan
"Non, mau langsung ke kamar gak ?"
"Boleh Bi, kebetulan aku juga capek"
"Ya udah ayo kita ke atas, saya bantu bawa satu kopernya ya. Soalnya berat hehehe" ajaknya sambil tertawa ringan dan membawa satu koper.
Aku lalu mengikutinya dari belakang. Melangkah pelan menaiki anak tangga. Dan akhirnya aku disambut oleh kamar yang cukup nyaman bagiku. Gak terlalu sempit gak besar juga. Pokoknya pas.
"Nih non kamarnya, bentar lagi Ibu datang. saya tinggal dulu ya non" Pamitnya lalu pergi
"Iya Bi, makasih ya"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments