Sebatas Asa Cintaku

Sebatas Asa Cintaku

1. SAMPAI JUMPA

 Pagi ini aku seperti gak sanggup tuk bangkit dari tidurku. Bukan karena udara yang dingin yang menyengat kulitku tapi karena rasa malas memuncak sampai ke level sepuluh. Perasaan campur aduk ada perasaan yang seolah akan kehilangan teman yang sudah dimulai dari SD bersamaku. Aku cuma takut aja gak akan bisa menemukan kebahagiaan paripurna ditempat lain.

Tapi semua rasa malas itu aku coba hempaskan dengan sekuat hati dan aku mulai beranjak dari tempat tidur, lalu bersiap mandi kemudian bersiap berangkat ke sekolah. Di sana aku hanya ingin menemui teman-temanku hari ini adalah tujuanku, karena besok hari minggu aku akan pergi ke Jakarta.

Tepatnya Hijrah dan pindah sekolah di sana untuk menyelesaikan tingkat SMA ku yang sudah hampir separuh perjalanan belajar dikelas tiga. Dan yang lebih aku gak suka hanya aku saja yang pindah sementara orang tuaku tetap di sini. di Bandung.

Orang tuaku gak pernah kasih alasan yang jelas kepadaku kenapa aku harus sekolah di Jakarta bahkan sampai sekarang, mereka hanya memastikan kalau sekolah yang baru nanti adalah sekolah favorit.

Aku berjalan dilorong, mencari temanku yang rupanya belum datang semua. Akhirnya aku tersadar, rupanya aku datang kepagian. Aku masuk ke dalam kelas yang masih sepi, aku orang pertama yang hadir. Sementara teman-temanku memang beda kelas. dari kelas satu kami gak pernah sekalas selalu berpisah kelas. Aku akrab dengan mereka karena mereka teman sekolahku semasa SD.

Matahari sudah tinggi sekali cahayanya pun memantul pada kaca jendela kelas. siang pun seakan sudah memberi kode sakti kepada guru piket untuk pencet bel pulang.

 Kriiiiinggggg...iiingggg!

Mendengar bel pulang, kami langsung menyiapkan diri untuk pergi pulang, kami berhamburan keluar kelas. Dan aku pun sigap mencari temanku, Astrid dan Leila. Meskipun kami memang gak pernah sekelas tapi kami akrab dan saling melengkapi sejak dulu, bahkan kami gak pernah musuhan sampai berlarut, palingan marahan kami cuma seharian aja dengan sikap saling diam dan menjauh setelah itu kami kembali baikan lagi.

Aku clingak-clinguk di lorong mencari dua temanku dikeramaian siswa karena bukan cuma kelas tiga aja yang pulang bahkan sampai kelas satu, Kami memang sering begini karena seperti biasanya setiap jam pulang kami selalu sempatkan makan bareng di kantin.

"Ra !" panggil Leila dari jauh dibelakangku.

Aku menoleh ke sumber suara diantara kerumunan siswa yang mulai sepi, Leila berlari kecil menghampiriku. Aku tersenyum menyambutnya.

"Ke kantin yuk Ra, udah ada Astrid di sana" Ajaknya.

Aku mengangguk tanpa bersuara.

Akhirnya kami sampai di kantin yang selama ini menemani persahabatan kami. Astrid rupanya sudah menunggu dia lagi asik main game di hapenya.

"Hai, Ra" sapanya lalu menyimpan hapenya ke dalam tasnya.

"Lagi main game ya ?" tanyaku sambil aku duduk dihadapannya

"Iya, biasalah game cacing" jawabnya

"Bentar ya, aku mau pesen es dulu" potongku.

Baru aja aku mau panggil tukangnya tapi Astrid menahanku.

"Eh, gak usah Ra, aku udh pesen kok" ucapnya.

Leila ikut mengangguk "Iya Ra, biasanya kan kalo orang yang mau pergi jauh itu yang traktir tapi sekarang beda, Astrid yang mau traktir kita Ra" Ungkapnya

Aku gembira banget pastinya dong "Ooh, ya ampuuun Astrid baik banget. Thank you ya" Sumringah ku pecah

"Sama-sama Ra"

Makanan yang dipesan Astrid sudah tiba dimeja kami. Masing-masing kami ambil bagian. Aku ambil Soto dan es jus alpukat. Harusnya sih minumnya itu air putih atau air teh atau es jeruk ya. Tapi gak apa-apa deh, namanya juga ditraktir.

 Aku mulai seruput kuah soto yang masih panas.

Srruuppph!

Soto di kantin ini yang paling aku suka sejagat raya, karena kuahnya gurih. Aku sering banget beli sampai Astrid aja tahu harus pesenin aku apa.

"Ra, jangan lupain aku sama Lela ya"

"Iya Ra, jangan mentang-mentang kamu udah di Jakarta jadi lupa sama kita" Sambung Leila.

Aku masih nyeruput kuah "Ya, gak bakalan lah. Kalian itu kan sahabat aku. Jadi aku gak bakal lupa sama sekali"

"Janji ya Ra" Tegas Astrid.

Aku mengangguk "Iya, gak akan aku melupakan kalian"

"Mmm, terus.....mmmm" Astrid mau ngomong tapi dia ragu.

"Fredi gimana Ra? " Sambung Leila.

Jadi, Fredi itu pacarku di sekolah, selain Astrid dan Leila. Fredi adalah salah satu orang yang membuatku bahagia. Aku sama Fredi sudah dua tahun pacaran. Fredi sangat baik dan perhatian padaku. Tapi untuk hari ini aku gak lihat Fredi. Mungkin dia gak masuk atau sudah pulang lebih dulu atau dipaksa temannya main futsal.

Dan tumbenan Fredi gak hubungin aku, dari semalam hapenya gak bisa aku hubungi. Tapi aku gak mau cemburu buta tentang Fredi sekarang sedang apa dan di mana karena Fredi sudah yang terbaik bagiku.

Aku tersipu mendengar namanya. Gak sadar juga kalau kuah soto sudah habis hampir setengah. Astrid menyambungkan kalimatnya lagi

"Fredi, bagaimana Ra? kamu akan putus atau gimana?" tanyanya pelan. Seolah berharap ada jawaban yang pasti dariku.

Aku pikir itu pertanyaan yang bagus karena kami akan pacaran jarak jauh.

 "Ya gak mungkinlah aku putus sama dia. Dan aku juga gak akan lupain dia kok" Ucapku meyakinkan kedua sahabatku itu.

Astrid diam sejenak

"Cieeeehhh..." goda Leila.

Mendengarnya aku cuma tersipu malu. Dan membayangkan wajah Fredi nan tampan.

"Tapi kok, Fredi gak ada menunjukkan salam perpisahan atau gimana gitu ya, terus dari tadi juga dia gak ada. Kan seharusnya dia ada di sini bersama kita. Ya gak sih" tambah Astrid.

"Iya Ra, bahkan dia juga gak ikutan kita makan nih" sambar Leila.

Aku berpikir sebentar. Iya juga ya, kok Fredi gak keliatan dari pagi. Apa mungkin dia mau kasih aku kejutan ? mmm...sepertinya dia akan kasih aku kejutan deh.

"Ya, mungkin Fredi mau pulang cepet, dan bisa jadi dia mau kasih aku kejutan" tebakku sambil tersenyum semanis madu

Astrid dan Leila mengangguk seolah setuju.

Dan suasana mendadak hening, bagai hidup didalam tong. Sunyi. Tapi pada akhirnya ketika sempat hening kami mulai ngobrol lagi.

Ini sudah hari minggu, hari yang sebenarnya aku gak tunggu. Karena aku akan berangkat ke Jakarta untuk waktu yang lama. Hape ku bergetar sekali, dengan cepat aku raih hape ku yang masih tergeletak di kasur. Tadinya aku berharap pesan masuk itu dari Fredi, tapi rupanya dari Astrid.

 "Ra, maaf banget ya. Aku dan Lela gak bisa ke rumah kamu untuk peluk yang terakhir. Karena kami mau ngerjain makalah kelompok. kamu kan tau makalahnya harus beres. Hati-hati di jalan ya Ra"

"Oke, makasih" balasku dengan ketikan yang cepat

Semua barang sudah aku masukkan ke dalam koperku.

Dan saatnya aku membawa koperku keluar dari kamar membawanya dan bertemu pak supir yang rupanya sudah menungguku sambil seruput kopi yang dibuatnya sendiri.

Kebetulan ayahku sudah berangkat kerja, dia memang selalu berangkat lebih awal. Tapi aku sudah pamit dari semalam. Hanya ada ibuku yang juga sudah berdiri dipintu, seolah memberikan pesan semangat baru kepadaku. Aku langsung saja menghampirinya

 "Hati-hati ya Ra, hati-hati juga ya pak" pesannya sekaligus kepada kami.

Aku jawab "Iya bu" sambil mencium tangannya. Si pak supir juga menjawab ibuku, tapi dia gak perlu cium tangan ibuku. Karena bisa panjang urusannya.

Pak supir sambil membantuku memasukkan koperku ke dalam bagasi mobil, aku memang sengaja bawa dua koper besar. karena bawaanku cukup penting semua.

Jadi, aku gak mungkin meninggalkan hal yang penting begitu saja. Kemudian aku masuk ke dalam mobil lalu duduk ditengah, bagai nyonya besar. Supir mulai menyalakan mesin. Tapi ibuku menghampiri lagi, otomatis aja aku turunkan kaca mobil lalu menyimak pesan darinya.

"Jangan lupa salam sama tante dan om kamu ya, salam sama Limi juga ya"

"Iya, bu. Kan semalam juga ibu udah kasih tau aku"

"Oh iya, biar kamu inget aja haha"

Setelah ibuku menyelesaikan kalimat titip salamnya akhirnya kami siap berangkat, kaca mobil aku naikkan lagi.

Ibuku melambaikan tangannya dari garasi. Aku juga melambaikan tangan dan mobil pun semakin jauh melaju.

Pagi ini sudah pukul tujuh pagi, udara masih saja sejuk membuat aku semakin gak berdaya menahan kelopak mata yang memaksa mengatup. Tapi aku gak mau ketiduran dulu karena ini masih pagi. Perjalanan makin jauh dari rumah ke arah jalan besar. Tapi yang menyedihkan Fredi sama sekali gak terlihat. Dia pun gak hubungi aku sedari kemarin.

Hapenya pun malah mati sampai detik ini, entah sedang ada masalah hidup apa dia. Aku kecewa dibuatnya. Tapi pak supir rupanya seperti melihat kejanggalan dibelakang mobil, dia merasa risih rupanya ketika melihat ada seorang yang mengikuti kami sejak tadi dipertengahan jalan.

 "Itu siapa ya non yang ngikutin kita dari tadi ?"

Aku langsung menoleh ke belakang.

Astaga, itu Fredi. Rupanya dia dari tadi ngikutin pakai sepeda. Ya ampun, aku rasa itu sepeda adiknya yang didepan ada keranjangnya.

"Setop pak !"

Terpopuler

Comments

Drakes

Drakes

semangat, sudahku like and komen. mampir juga ya kekaryaku kutunggu loh.....😉👆👆👆😊

2020-06-01

2

_sshinta

_sshinta

Mampir di cerita aku juga ya kak "BERI AKU KEBAHAGIAAN" Like dan vote juga hehe

Mari saling dukung :)

2020-06-01

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!