"Manusia adalah salah satu makhluk ciptaan Allah Swt. Kita pasti pernah mendengar atau bahkan membaca beberapa kemulian dan kesitimewaan seorang wanita. Dalam hal ini, wanita mempunyai kedudukan yang sangat agung dalam Islam. Wanita muslimah haruslah menjaga harkat dan martabat mereka sebagai muslimah shalihah."
"Hal ini telah terbukti dalam banyak hadist bahkan ayat di dalam Al-Quran yang menjelaskan tentang keistimewaan seorang wanita. Dalam Islam, kedudukan seorang perempuan menjadi istri dan ibu sangat dimuliakan peranannya dalam kehidupan. Agama Islam meninggikan derajat seorang perempuan sehingga dia menjadi salah satu aspek penting dalam beribadah kepada Allah. Pada dasarnya, perempuan memiliki hak khusus di mana ia harus dimuliakan perannya dalam kehidupan. Dalam al-Quran, Allah Swt menjelaskan bahwa kedudukan wanita pada Islam sama dengan laki-laki. Perempuan diciptakan sebagai pasangan buat laki-laki bukan sebagai budak atau harta yang dapat untuk diperjual-belikan."
"Wanita shalihah adalah perhiasan dunia. Islam menempatkan wanita sebagai makhluk paling mulia yang harus dijaga. Allah Swt menciptakan wanita beserta keindahannya dari ujung kepala hingga kaki. Keindahan itu bukan hanya dinilai dari fisik saja, melainkan juga hati dan pikiran. Layaknya perhiasan, haruslah dijaga dan dirawat. Sebuah hadist menyebutkan,
“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah isteri yang shalihah.” (HR Muslim dari Abdullah bin Amr)."
Aku mendengarkan ceramah dari seorang ustadz dengan seksama. Mendengarkan isi ceramah itu seakan menyadarkan aku bahwa selama ini belum pernah dimuliakan oleh suamiku, mas Arman. Seketika rasa iri menyeruak dalam kalbu melihat para istri di mulia kan oleh suaminya.
Aku juga mengingat salah satu tetangga yang memiliki suami sangat pengertian kepada istrinya. Setiap pagi, setelah mengisi absen kehadiran kerja selalu membantu mengerjakan pekerjaan rumah.
Sementara aku?
Rasanya aku sudah lelah mengeluh hingga malas menceritakan bagaimana kehidupan rumah tangga ku yang di nilai orang lain sangat sempurna.
Memang namanya berumah tangga tidak ada yang sempurna, kan? Persis di lingkungan ku. Aku dan suami tingga di Mess Perusahaan. Banyak karakter tetangga yang aku temui disini.
Ada yang suaminya penjudi.
Ada yang suaminya memakai barang haram dan tak segan melakukan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
Ada yang suaminya penurut justru istrinya selalu di datangi orang-orang Mekar.
Aku sendiri bersyukur dari segi materi selalu terpenuhi oleh suamiku meski aku harus memendam nafkah batin ku yang terus di abaikan. Bukan masalah ranjang saja, segala hal kedamaian batin ku tak juga terpenuhi.
Aku terus memerhatikan seorang ustadz yang berdiri di atas mimbar. Dia seorang pria rupawan, religius, dan pasti sudah punya istri.
Ah, pasti sangat bersyukur yang menjadi suami nya itu. Tutur kata yang lembut dan sopan. Apalagi dapat menuntun istri ke jalan Allah.
Andai suamiku seperti itu. Bukan melulu mengejar dunia dan melupakan kehidupan yang kekal itu di akhirat.
Aku sering sesekali mencuri waktu menghadiri tabligh Akbar di Mesjid Raya kota kami. Biasanya diadakan satu bulan sekali dan menghadirkan ustadz lokal saja. Namun, khusus hari ini Mesjid Raya menghadirkan Ustadz dari Jawa, aku kurang tahu pastinya.
Ustadz tersebut datang bersama calon Wakil Presiden dalam rangka meminta doa dan restu kepada masyarakat pedalaman seperti kota Kami ini.
Hati ku damai berada di kelilingi wanita shalihah. Banyak sekali perempuan memakai pakaian syar'i bahkan menutupi sebagian wajahnya dengan niqob.
Masya Allah, aku malu dengan keadaan ku yang berpenampilan jauh dari kata sempurna seperti mereka. Ingin sekali aku menjaga tubuhku dari mereka yang bukan mahram ku. Yang selalu betah di rumah dan dicemburui oleh suami ku.
Aku ingin seperti mereka.
"Ada yang ingin bertanya dari tausiyah saya barusan bapak, ibu, dan jamaah yang di Rahmati Allah Subhanahu Wa Ta-ala?" Tanya ustadz tampan itu yang belum ku ketahui namanya. Padahal, banyak papan bunga dan baliho ucapan selamat datang dan pemberitahuan tabligh Akbar bersama ustadz tampan ini. Namun, aku tidak memerhatikan nama nya.
Astaghfirullah, secuek itu aku. Padahal, sekarang aku ingin tahu namanya.
Aku menegakkan tubuh melihat siapa yang akan bertanya mengenai tausiyah yang di sampaikan. Ku lihat ibu-ibu sekitar usia 40-an mengangkat satu tangan nya.
"Assalamualaikum, ustadz. Saya Animah seorang istri yang tidak bekerja. Saya ingin bertanya. Di dalam hukum Islam, apakah seorang istri wajib mengerjakan pekerjaan rumah?"
Wah... Ingin sekali aku bertepuk tangan setelah mendengar pertanyaan ibu Animah itu. Pertanyaan yang mewakili banyak nya para istri, termasuk aku.
Ustadz tampan itu tersenyum. Ah, andai aku belum bersuami pasti aku bakal jatuh cinta padanya. Tapi, kalau sudah beristri, aku tidak akan mau.
Haish.. Ada apa dengan ku?
"Waalaikumsalam."
"Ada dua tugas istri dalam Al-Qur'an. Dua di Qur'an surah keempat ayat 34. Ini yang paling pokok," kata ustadz tampan itu.
"Pertama, perempuan yang sholehah itu tugas pertamanya," kata Ustadz tampan itu.
"Dia taat kepada Allah dengan cara mentaati suaminya. Sepanjang suami minta yang baik-baik," lanjutnya.
Dalam hati aku beristighfar berulang kali karena belum bisa menjalani tugas istri yang pertama.
"Sedangkan untuk tugas pokok kedua dari istri sholehah adalah menjaga nama baik keluarga. Seorang istri perlu menjaga nama baik suami, terutama apabila suami sedang tidak bersamanya."
"Jadi ibu-ibu, pekerjaan rumah itu bukanlah kewajiban istri. Tapi, dikerjakan dalam bentuk taat pada suami. Semoga, penjelasan saya dapat dipahami. Baiklah, apa masih ada yang ingin bertanya?"
Aku kembali menegakkan tubuh melihat siapa yang akan bertanya lagi. Ah, ada. Penampilan nya tertutup dengan niqob. Dapat kulihat jika dia tersenyum kentara dari lekukan matanya.
"Assalamualaikum, Ustadz. Saya Nabila, 20 tahun. Saya ingin bertanya, apakah Ustadz sudah punya istri?"
Seketika halaman Masjid Raya yang di penuhi jamaah menjadi riuh. Cuaca panas tak menjadi hambatan untuk menghadiri tabligh Akbar ini.
Aku melihat ustadz itu tersenyum kikuk dengan wajah yang memerah. Calon wakil Presiden juga tampak tertawa seraya menggoda ustadz tersebut.
"Waalaikumsalam, saudari Nabila. Alhamdulillah, saya lajang."
Aku terperangah hingga mulut menganga. Beruntung aku memakai masker kain sehingga tidak ada yang tahu jika aku begitu. Benarkah?
Kenapa hatiku merasa senang?
Aku menggeleng seraya beristighfar karena perasaan aneh ku ini.
"Waalaikumsalam," pekik jamaah bersamaan menjawab salam dari ustadz tampan itu.
Aku terperanjat mendengar sahutan salam ya g tak ku dengar salam dari ustadz tampan itu. Ku lihat banyak jamaah bubar meninggalkan pelataran Masjid begitu juga dengan ku yang berjalan menuju Parkir sepeda Motor. Aku urungkan niat untuk segera pulang karena sebentar lagi waktu sholat ashar.
Aku pun kembali masuk ke area Masjid dan segera menuju kamar mandi khusus perempuan dibagian Utara masjid, sementara kamar mandi laki-laki di bagian Selatan. Dari kedua tempat kamar mandi tersebut, akan menjadi satu jalan menuju teras Masjid.
Tidak ada yang aneh disini. Aku berdiri bersandar pada dinding menunggu antrian mengambil wudhu. Aku lihat perempuan-perempuan yang berniqob membuka benda itu. Sungguh, kecantikan yang luar biasa. Pantas saja mereka menutup wajah agar hanya mahram yang dapat melihat kecantikan itu.
Aku menebak kebanyakan yang ada di kamar mandi ini masih lajang. Tidak denganku, aku sudah bersuami.
Usai berwudhu, aku memakai hijab ku kembali lengkap dengan kaos kaki nya. Di sepanjang jalan menuju teras masjid, aku melangkah perlahan karena sedang membaca baliho yang bertulis siapa nama ustadz tampan tadi.
Jaffan Al Adnan.
BRUK
"Astaghfirullah."
"Ya, Allah."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Tia Bach
belum2 udah bagus loh kak... semangat up ya... hmm... bikin penasaran mulu jalan ceritanya...
2023-03-06
4
Anik Kwon
Ohh udh ketemu trnyata tohh. pantesan ustadz adnan senyum2 pas liat
2023-02-04
0
weny
calon jodohmu itu
2023-02-02
1