"Astaghfirullah."
"Ya, Allah." Aku memekik ketika tanpa sengaja menabrak seorang pria. Aku mengusap kening terasa sedikit nyeri akibat menabrak sesuatu di tubuh pria tersebut.
Aku menggerutu dalam hati karena berpikir apa yang telah ku tabrak sehingga merasakan nyeri seperti ini.
"Maaf."
Mataku melotot masih dalam keadaan menunduk. Aku kenal suara barusan, ustadz tampan pemberi tausiyah tadi. Seketika aku menelan saliva dengan kasar karena telah menabrak nya.
Lagi-lagi aku merutuki diri sendiri karena tidak melihat jalan. "Saya yang seharusnya minta maaf, Tadz. Tadi saya fokus melihat baliho besar itu karena membaca nama lengkap Ustadz," jawabku jujur. Namun, detik berikutnya aku terbelalak. Kedua tangan ku terayun menutup mulutnya serta aku mendongak menatap mata ustadz tampan yang baru ku ketahui bernama Adnan.
Dia tersenyum tipis.
Aku.. Aku harus bagaimana?
Membalas senyum nya atau kembali menunduk?
Tapi, jika menunduk sangat sayang rasanya menyia-nyiakan kesempatan ini.
"Sudah adzan, mari kita wudhu."
Lembut sekali.
"Berdua?" Pertanyaan aneh keluar dari mulut ku begitu saja. Aku memalingkan wajah serta memejamkan mata menahan malu.
"Saya duluan, ukhti."
Aku mengangguk saja karena sudah terlanjur malu. Hembusan nafas panjang mengiringi langkah awal kembali ke kamar mandi guna berwudhu ulang.
"Gak apa-apa sekarang panggil aku ukhti. Tapi, kalau kita ketemu lagi panggil aku Zaujati. Harus, ya?!"
Aku menggeleng setelah mengucapkan kalimat candaan itu. Aku tahu jika ucapan adalah doa. Tapi, berharap menjadi kenyataan itu mustahil karena aku sudah bersuami. Harapan aku sekarang, semoga suamiku berubah menjadi lebih baik.
Seruan Iqomah sudah berkumandang. Gegas ku pakai ulang kaos kaki ku di luar kamar mandi kemudian berlari kecil untuk memasuki Masjid. Aku harus menunggu giliran masuk karena masih banyak laki-laki yang hendak masuk lebih dulu. Aku tak ingin mengulang wudhu untuk ke tiga kali nya.
Ku lihat Ustadz Adnan berada di antara laki-laki tersebut. Ah, dia mengangguk serta tersenyum tipis ke arah ku. Sempat aku menoleh ke belakang melihat masih adakah orang lain disana karena takut di katain Gede Rasa. Tapi, tidak ada orang di belakang ku. Itu berarti ustadz Adnan menyapa ku.
"Waw."
Aku masuk ke dalam Masjid dan segera memakai mukenah, berdiri di shaf ke tiga karena shaf pertama dan ke dua sudah penuh.
Masya Allah. Suara nya sangat merdu. Hati ku bergetar mendengar suara ustadz Adnan. Andai, suamiku mau sholat dan menjadi imam sholat ku.
Beberapa saat kemudian, sholat telah selesai dan di akhiri doa. Aku segera membuka mukenah dan melipatnya lalu mengembalikan ke tempat semula. Sesaat aku melihat ustad Adnan sedang berbicara dengan wakil presiden dan petinggi daerah kami.
Aku gegas pulang ke rumah karena sudah sangat terlambat. Hati ku ketar-ketir memikirkan suami ku sudah berada di rumah sementara aku masih di luar. Pasti dia marah meski aku sudah menjelaskan apa yang aku lakukan di luar rumah.
Benar sesuai dugaan, suami ku sudah tiba di rumah lebih dahulu.
"Assalamualaikum," kataku dan melihat suamiku menoleh dengan wajah garang nya.
"Apa gak bisa di rumah saja? suami kerja, istri kelayapan," Kata suamiku selalu ketus jika aku melakukan kesalahan.
"Aku pergi ke Mesjid Raya, mas. Aku kan sudah bilang kemarin sama kamu," kata ku. Aku berharap mas Arman mengerti keterlambatan ku pulang.
Suamiku menatap tajam ke arah ku. Selalu begini jika aku membantah ucapan nya. Padahal aku hanya ingin di mengerti karena aku pergi tidak pergi aneh-aneh. Pergi ke Mesjid, ke Rumah Allah SWT.
"Ngapain kurang kerjaan pergi kesana? Kayak gak ada kerjaan lain saja," ucapnya ketus semakin membuat hatiku perih. Aku tak lagi menjawab karena lebih memilih masuk kamar berganti pakaian.
Di dalam kamar aku hanya dapat menghela nafas menahan segala gejolak hati yang ku tahan selama ini.
Inikah pernikahan yang membuat banyak wanita iri?
Bahkan aku sendiri tersiksa setiap hari batinku terus dicabik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Fie_Hau
sawang sinawang, begitulah kira2 kita melihat keluarga Lain, sejatinya setiap keluarga pasti punya masalahnya sendiri2, ,,
2023-10-01
1
Tia Bach
ya ampun 🙈
2023-03-06
2
Anik Kwon
Banyak perempuan yg ttp mempertahankan pernikahan mereka mskipun suaminya tukang judi, tukang mabuk, tukang selingkuh, gak pernah sholat. alesannya krn ingin menikah sekali seumur hidup, alesan krn anak.
klo mnrtku, laki2 udh gk bisa diajak ke arah yg lbh baik, aplg mlh smpe main tangan, yaudah tinggal aja. ngapain msh dipertahankan? malu sm tetangga? ngga tau juga pikiran mrka kmna. gak ada bagusnya laki2 itu knp msh dipertahankan gitu lho
2023-02-04
3