William membuka ponselnya dan melihat ada beberapa pesan yang masuk ke ponselnya. Berbagai pesan masuk dari beberapa temannya dan ada yang berasal dari pamannya. Dia membalas pesan tersebut satu persatu dan melihat satu pesan yang sama sekali dia buka dari kemarin, yaitu pesan dari Nixie.
“William kemarin kamu kemana? Aku dengar dari melody kamu pulang duluan karena sakit? Apa kamu tidak apa apa? Apa kamu mau aku bawakan sesuatu.. walaupun kamu tidak pernah menunjukan di mana letak rumahmu pada orang lain.. lain kali kita semua ingin pergi bersama ke tempat yang dulu kita sering datangi bersama teman teman yang.. ohh iya anak anak yang lainnya ingin berkuliah di tempat yang sama.. apa kamu juga pergi bersama? Kamu kan dapat beasiswa lagi. Kami tunggu lain kali kita bisa pergi bersama lagi..” isi pesan dari Nixie.
William membaca pesan tersebut dan hanya membalasanya ‘iya lain kali. Akan kupikirkan’ lalu mematikan ponselnya. William lelah dan ingin tidur di sofa yang nyaman dan tidak begitu lama pun dia tertidur dengan perasaan nyaman tanpa memikirkan hal lain.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\= TIME SKIP \=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Waktu tidak terasa berlalu dengan cepat, matahari mulai turun dan suhu ruangan mulai turun. William bangun dari tidurnya dan beranjak dari sofa tersebut, ia melihat sekeliling sambil mengambil ponselnya. Ia mengecek jam menunjukan pukul 6 sore hari, Willaim berjalan ke dapur untuk mengambil segelas air putih untuk dia minum. Ia teringat dengan perkataannya dengan Melody untuk pergi ke restoran menyiapkan alat alat untuk besok digunakan membatu Melody belajar membuat kue. Ia memutuskan untuk mandi terlebih dahulu. Setelah mandi William siap berangkat ke restoran, ia mengunci riumahnya dan berjalan ke tempat tersebut. Jalan yang gelap dengan sedikit penerangan lampu jalan dia lewati, berbeda dengan siang hari yang cerah namun di malam hari lumayan gelap.
“hmmm apa aku melewatkan sesuatu” kata William sambil berhenti ditengah jalan.
“Mungkin tidak.. aku sudah mematikan semuanya..”
Dia melanjutkan perjalannya dan akhirnya sampai di depan restoran. Cerah dan banyak lampu, walaupun dalam keadaan hari libur masih memakai lampu yang banyak.
“Tagihan listrik… mungkin akan kumatikan saja beberapa lampunya, karena di sini lumayan cerah..” katanya.
William masuk lewat pintu belakang agar dekat dengan dapur, ia membuka pintu tersebut dan lampu masih menyala. Dia mendengar suara di dapur tersebut, karena penasaran William mendekat ke suara tersebut. Perlahan demi perlahan langkah kaki dia jalani, ternyata yang ditemukannya ialah nenek Widia sedang membersihkan dapur. Ia langsung menemui nenek widia dan memberi salam kepadanya.
“Selamat malam nekk.. “ salamnya kepada nenek Widia.
“Ahh nak William yaa.. selamat malam..” jawab nenek Widia.
“Kenapa nenek bersih bersih malam begini.. biar aku saja yang membersihkannya.. nenek istirahat saja, masih masa libur begini..” kata William.
“Nenek mendengar dari boss katanya kamu mau memakai dapur untuk besok hari, jadi nenek bersihkan agar kamu tidak usah bersih bersih lagi.. kamu duduk saja..” jawab nenek widia sambil melanjutkan bersih bersihnya.
William yang merasa tidak enak ikut membantu nenek Widia. Dia mengambil tong sampah dan beberapa alat alat untuk membersihkan dapur. Karena dapur yang lumayan besar jadi membutuhkan waktu yang lumayan untuk membersihkannya. Tidak terasa lama akhirnya mereka membersihkan semua kotoran yang ada di dapur. William yang melihat nenek Widia nampak kelelahan mengambilkan segelas air untuknya.
“Nih nek minum dulu.. kan sudah kubilang nenek istirahat saja..” katanya sambil memberikan segelas air.
“Sudahlah.. nenek sudah biasa.. besok jadi tinggal pakai saja buat kamu.. Lagian jika kamu membersihkan sendiri bisa memakan waktu lama..” jawab nenek Widia dengan senyum di wajahnya.
“Tapi nenek kan libur, jadi tidak usah..” katanya dengan perasaan yang tidak enak.
“Tidak apa apa.. sudah yaa nenek mau istirahat di kamar.. kalau butuh sesuatu nenek ada di kamar..” katanya sambil berjalan menuju ke kamar.
William membantu nenek Widia untuk menuju kamarnya. Ia bantu memegangi dengan perlahan karena ia melihat nenek Widia tampak lelah. Ia berpikir bahwa nenek widia sudah membersihkan dapur tersebut dari sore tadi, nampak lelah dan kurang berenergi. Sehabis mengantarkan nenek Widia ia kembali ke dapur dan memilih alat alat yang akan digunakan besok. Ia memilih dengan teliti dari alat yang mudah dan dapat cepat dipahami.
“Kurasa ini sudah semua. Sebaiknya aku cek bahan yang mungkin saja besok bisa digunakan..”
Waktu berlalu dan suhu mulai turun dibatasnya. Pukul 10 malan udara semakin dingin membuat William ingin pulang ke rumahnya. Ia keluar dari dapur dan berjalan menuju tempat pegawai tinggal. Ia melihat nenek Widia duduk di depan kamarnya sambil menatap langit malam.
“Kenapa nenek belum tidur? Ini sudah terlalu malam nek..nenek sebaiknya tidur dan menggunakan selimut yang tebal..” katanya.
“Nenek menunggu pesan dari desa.. jadi nenek di luar dulu.. lalu kenapa kamu masih disini?” jawab nenek Widia.
“Ahh… ini saya mau pulang nek.. jadi William mau pamitan sama nenek Widia terlebih dahulu” katanya sambil menundukan kepalanya.
“Hati hati dijalan.. udaranya mulai dingin..” jawab nenek Widia.
William meninggalkan tempat tersebut dan mulai berjalan kembali ke rumahnya. Hawa dingin membuatnya tidak punya pilihan untuk berlari ke rumah. Sesampainya di rumah ia langsung membuka dan langsung mengunci pintu rumahnya, setelah itu ia masuk ke kamarnya dan langsung tidur untuk menunggu hari esok yang hangat di pagi hari.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\= TIME SKIP \=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Matahari memunculkan dirinya suhupun mulai menjadi hangat, William bangun dari tempat tidurnya lalu ia melihat keluar jendelanya. Orang orang sudah memulai aktivitasnya dipagi hari, termasuk Melody yang melewati depan rumahnya membawa sebuah keranjang. Ia keluar dari kamarnya dan bersiap siap untuk membuat sarapan maupun mandi di pagi hari, banyak yang harus dilakukannya karena dirinya hidup sendiri.
"hmm.. aku harus potong rambut yaa? Rambutku mulai panjang.."
Tidak butuh waktu yang lama untuk melakukan semua kegiatannya di pagi harinya, hanya beberapa yang bisa dilakukannya. Setelah itu ia mengambil ponsel di kamarnya dan membawa ke meja makan. William membuka ponselnya yang penuh dengan pesan dan membacanya satu per satu, beberapa temannya mengirimkan ucapan selamat ulang tahun dan ingin mengirimkan sebuah hadiah kepadanya. Ia hanya bisa menolak dan mengucap terima kasih kepada teman temannya. Salah satunya adalah Candy yang ingin pergi rumahnya untuk memberikan sebuah kue ulang tahun, ia menolaknya dan bercerita kalau dia tidak bisa makan terlalu banyak makanan manis. Sebuah pesan yang panjang ia terimanya, begitulah candy jika mengirim pesan.
“Bagaimana kalau kita rayakan dengan makanan yang berbeda? Hmm.. kalau begitu dirayakan ditempat kerjamu saja.. bukanya itu restoran yang lumayan terkenal.. aku akan membawa teman teman yang lainnya? Bagaimana” kata Candy.
“Aku tidak bisa merayakannya.. apalagi dengan yang lainnya..” jawanya.
“Apa karena hubunganmu dengan Nixie? Kemarin dia cerita kenapa kamu tidak membalas pesannya.. Kalau begitu bagaimana dengan aku sendiri saja.. bolehkan?” tanya candy.
“Hahhh… Baiklah akan kukirimkan alamatnya.. tapi berjanjilah.. jangan ada orang lain lagi..” jawabnya.
“Hehe.. baiklah aku tunggu ya…” jawab Candy dengan banyak emoji.
William yang tidak bisa berbuat apa apa hanya bisa menyetujui keinginan dari temannya itu. Ia meletakan ponselnya di meja dan ingin bersiap siap untuk menuju ke restoran, karena sudah berjanji kepada Melody untuk meminjaminya alat. Ponselnya tiba tiba berbunyi dan ada satu pesan yang masuk, ia melihat pesan tersebut dan berasal dari Melody.
“Willliam aku sudah ada di depan rumahmu..” kata Melody.
“Tunggu sebentar..” jawabnya.
William keluar dari rumahnya sembari membawa sebuah tas yang berisi penuh dengan buku dan catatan. Ia mencari catatan tersebut di dalam kardus yang dibawa dari rumah pamannya, banyak catatan tentang kue dan lain lainnya yang berasal dari neneknya. Ia mengunci pintu rumah dan berjalan mendekat ke depan Melody berada.
“Maaf William.. harusnya aku yang harus kesana dan tidak datang kerumahmu..” kata Melody sambil meminta maaf.
“Hmm.. tidak masalah.. aku juga akan ke sana pada pagi hari, jadi sekalian saja..” jawabnya.
Mereka berjalan menuju restoran sambil mengobrol tentang rencana yang akan dilakukan saat belajar membuat kue. Banyak hal yang Melody tanyakan kepada William dari dasar hingga dalam, namun dia hanya bisa menjawab sebisanya saja. William menyarakan Melody untuk mengecek bahan yang dibawanya agar tidak ada yang tertinggal, karena bahan yang ada di restoran sudah tidak ada. Tidak begitu lama mereka sampai di restoran tersebut.
“Wahhh… aku baru tau ada restoran sebagus ini di sini.. jadi kamu bekerja di sini yaa.. kamu luar biasa bisa bekerja di sini..” kata melody dengan perasaan yang penasaran.
“Yaa begitulah.. ohh iya kita lewat belakang.. dari depan cukup merepotkan..” jawabnya sambil menunjuk jalan belakang restoran tersebut.
Mereka masuk dari belakang restoran, namun sebelum mereka masuk dari pintu belakang, William melihat nenek Widia yang sedang menyapu depan kamarnya. Ia berjalan mendekat ke nenek Widia dan memberi salam.
“Pagi nenek..” sapa William.
“Ohh nak William.. pagi..kamu membawa teman ya?”tanyanya penasaran.
“Iyaa nek.. oh ini temanku namanya Melody.. aku mau meminjamkan alat kemarin untuk belajar membuat kue untuknya..” katanya.
“Halo nek.. saya Melody.. maaf jika menggangu dan datang di pagi hari.” Sapa Melody sambil menunduk.
“Ohh tidak apa apa nak Melody.. silahkan.. nenek mau lanjut bersih bersih..” jawabnya.
Mereka berdua masuk kedalam dapur dan alat yang dibersihkan semalam pun masih tertata rapi dan masih bersih. William berpikir bahwa nenek widia membersihkan lagi alat alat tersebut, ia ingin berterima kasih kepada nenek Widia dengan kue buatannya nanti. Melody kagum terhadap dapur tersebut yang begitu besar dan banyak hal yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Ia mengeluarkan bahan bahan yang dibawanya sedangkan William mengeluarkan catatannya dan memberikannya kepada Melody.
“Kamu bisa membacanya.. untuk membantumu dalam membuat kue..” kata William.
“Wahh terima kasih William… aku akan pinjam sebentar..” jawabnya dengan senang.
Melody yang penasaran dengan resep tersebut memulai untuk mencobanya, sedangkan William membuat kue untuk nenek widia karena telah membantunya kemarin malam. Melody yang baru belajar membuat kue terlihat kebingungan dengan alat dan resep yang ia gunakan, akan tetapi William membantunya sedikit demi sedikit. Mereka berdua menghabiskan waktu yang lama di dapur tersebut dan waktu berlalu begitu cepat. Melody berhasil membuat kue yang dipilihnya dan William juga selesai dengan kuenya, nenek Widia masuk ke dalam dapur tanpa ada yang sadar akan kehadirannya.
“Hmm.. sepertinya kamu berhasil membuatnya.. terlihat enak..” kata nenek Widia yang muncul dari belakang.
“Ah nenek mengagetkanku saja.. iya melody berhasil karena bantuan William.. bagaimana kalau nenek mencobanya?” katanya.
“Boleh.. bagaimana dengamu William?” tanya nenek Widia.
“Baiklah..” jawabnya.
Mereka berdua mencicipi kue buatan melody yang pertama kali dia buat dan penapilannya terlihat enak. William terkejut dengan rasa yang ia rasakan, rasa enak dan renyah dari kue tersebut. Ia kebingungan kenapa kue tersebut enak, walaupun itu kue baru pertama kali dibuat oleh temannya. Nenek Widia tersenyum lebar dan William yang dalam keadaan bingung melihat kearah Melody.
“Ini pertama kalinya kamu membuat kue kan?” tanyanya.
“Iyaa.. ini pertama kali.. apa ada yang aneh dengan kuenya?” jawab Melody.
“Ahh aku hanya terkejut karena kuenya enak.. sepertinya kamu ada bakat dibidang kue..” kata William memuji.
“Terima kasih William.. ini juga berkat bantuanmu..” jawabnya.
Nenek Widia hanya berkata terima kasih dan pergi meninggalkan mereka berdua, mereka hanya melihat senyum penuh dimukanya. Melody kebingungan dengan reaksi nenek Widia, ia menanyakannya kepada William dengan reaksi dari nenek Widia.
“Kenapa dengan nenek widia? Tidak enak yaa?” tanyanya.
“Hmm tidak bukan begitu.. nenek Widia emang begitu.. tapi ini enak kok..” jawabnya.
“Terima kasih untuk alat dan resepnya.. aku ingin segera memberikannya kepada ibuku.. oh iya kuemu bolehkan aku mencicipinya?” kata Melody sambil tersenyum manis.
“Tidak masalah.. oh iya ambil saja..” jawabnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments