Setelah beberbicara kepada Melody, William memutuskan untuk masuk ke dalam ruangan wali kelas dan segera menemui guru wali kelasnya. Mereka berbicara beberapa hal dan tidak begitu lama William keluar dari ruangan tersebut sambil membawa surat kelulusannya.
Dia masih belum melihat teman teman yang lainnya dan hanya melihat Melody yang masih berdiri di depan papan peringkat, dia mencoba mendekatinya secara perlahan lahan dan mencoba untuk membalas perbuatan yang dilakukan Melody kepadanya tadi.
“Jika kamu lihat terus bisa bisa turun loh peringkatnya.”
“Ihhh… William… Jangan lakukan itu lagi."
"Melody" merupakan teman pertama William di sekolah Elite tersebut dan Melody juga seseorang yang sama dengannya yaitu murid yang mendapatkan beasiswa. Cantik, polos dan pintar yang orang orang lihat dari Melody dan tentu saja banyak yang ingin mendekatinya akan tetapi dikarenakan status sosial dan kekayaan ada juga yang tidak bersedia mendekatinya. Karena nilainya yang begitu tinggi, Melody ditawari bekerja di sekolah untuk membantu para guru.
Melody hanya tinggal berdua dengan ibunya, ayahnya yang sudah meninggal membuat kehidupan keluarganya berat. Dari dahulu ibunya yang mencari uang sehingga Melody ikut membantu ibunya dengan bekerja di sekolah.
“Haha… maaf yaa.”
“.. Hmpph jangan lakukan lagi, oke?.. Oh iya tadi sebelum kamu datang ke sekolah, katanya Nixie ingin bertemu denganmu.. Dia bilang akan ada di kelas sambil menunggumu.”
“Oh iya? Baiklah terima kasih.. Nanti aku akan menemuimu lagi."
William berjalan meninggalkan Melody menuju ke kelasnya untuk menemui Nixie yang sudah menunggunya, dia berjalan menaiki tangga satu per satu secara perlahan dengan perasaan yang penasaran. Kelas mereka berada di lantai 2, beberapa anak tangga dia lewati dan sampailah dia di dekat jendela kelas paling belakang.
Namun yang dilihat oleh kedua matanya adalah Nixie sedang berduaan dengan seseorang pria yang tidak dikenali oleh William, mereka sedang mengobrol sambil tertawa tanpa peduli dengan sekeliling mereka. William hanya bisa melihat dari kejauhan dan menunggu untuk mereka selesai berbicara, tidak begitu lama dia melihat Nixie memeluk pria tersebut dan dia tidak bisa berkata kata.
William tidak tahu apa yang harus dilakukannya, walaupun mereka tidak menjalin hubungan apa pun selain berteman. Namun hatinya merasa tidak enak untuk melihat mereka melakukan hal tersebut.
"Nixie" merupakan salah satu teman William yang berasal dari anak orang berpengaruh, orang tuanya merupakan pemilik perusahaan kecantikan dan pakaian terbesar di kota tersebut. Dari kecil dia sudah diajari bagaimana harus mengurus masalah perusahaan dan bagaimana cara untuk hidup sebagai orang yang seharusnya.
Entah bagaimana sosoknya yang luar bisa dan sempurna tersebut bisa berteman dengan William , perbedaannya sudah terasa jelas dari keungangan dan status mereka.
Nixie selalu membantu William di dalam sekolah dan luar sekolah, ada rumor yang mengatakan bahwa mereka memiliki suatu hubungan yang lebih dari teman. Namun mereka berdua tidak pernah menjawab rumor tersebut dan hanya menghiraukannya.
“Mungkin ini yang dinamakan patah hati?”
Dengan perasaan yang tidak begitu jelas dan perasaan yang bingung, William kembali ke bawah untuk menemui Melody kembali. Dia berjalan dengan langkah kaki yang lambat dan berat dalam menuruni tangga yang dilaluinya tadi. Bertemulah William dengan Melody yang sedang duduk di sebuah kursi yang berada di depan ruang wali kelas mereka.
“Ohh kamu sudah kembali.. Di mana Nixie?”
“Ah mungkin dia ada urusan mendadak, aku tidak bisa menemukannya di kelas. Maaf, mungkin saja aku tidak bisa ikut pesta perayaan kelulusan.. Badanku terasa tidak enak, jadi sampaikan kepada teman-teman yang lainnya aku tidak bisa datang.”
“Begitu yaa.. Kamu juga baru datang dari perjalanan jauh.. Cepat sembuh yaa.. kalau begitu akan kusampaikan kepada yang lainnya. Hati hati di jalan.”
William bejalan keluar dari sekolah dengan perasaan yang masih bingung, dia tidak sengaja bertemu dengan Candy saat dirinya ingin keluar. Dia tidak berkata sepatah katapun dan langsung beranjak pulang kerumah. Candy tidak mengeluarkan sepatah kata pun kepadanya, dia bingung dengan keadaan William karena perubahan yang terjadi begitu cepat.
William berhenti di depan gerbang sekolah menunggu taksi untuk lewat, tidak butuh waktu lama untuk mendapatkan taksi karena sekolah terkenal tersebut.
Perjalannya terasa tenang tanpa ada suatu obrolan maupun suara yang terlintas ditelinganya. Dia masih dalam keadaan yang sama yang dirasakannya saat di sekolah, tanpa dia sadari rumahnya sudah ada di depan matanya. Dia langsung membayar dan keluar dari mobil taksi tersebut. William melihat keadaan sekeliling rumahnya yang masih sama sebelum dirinya pergi berlibur ke rumah pamannya.
“Apakah paman menyewa seseorang untuk merawat rumah ini, seharusnya pasti ada beberapa yang berantakan dan mungkin saja ada sampah yang datang tersapu angin. Atau mungkin orang lain yang lewat depan rumahku?.”
William berjalan menuju rumahnya tersebut sambil mengeluarkan kunci dari sakunya, dia membuka pintu depan dan lalu masuk ke dalam rumah. Dia menyalakan lampu dan kondisi rumah yang masih terjaga rapi dan bagus, tidak ada satu pun debu maupun sampah yang berserakan. William memutuskan untuk menuju ke kamarnya, dia membuka pintu kamarnya dan menyalakan lampu di ruangannya. Cahaya matahari sore menembus jendela kamarnya.
Karena William masih merasa lelah dari perjalananya yang jauh, dia memutuskan untuk beristirahat sejenak untuk menghilangkan rasa letihnya.
“Lebih baik aku tidur sebentar, aku lelah..”
Waktu berlalu cepat, malam tiba dengan cuaca yang dingin dan cahaya bulan yang masuk ke jendela membuat William membuka matanya. Dia menatap keluar jendela.
"Ah sudah malam ya?”
Dia perlahan bangun dari tempat tidurnya dan berjalan keluar kamarnya untuk menuju dapur, tepat di atas meja terdapat banyak makanan dan sebuh selembar kertas di atasnya. William berjalan mendekat ke meja tersebut dengan mata dan tubuh yang masih setengah sadar. Dia menebak bahwa makanan tersebut berasal dari pesananan bibinya.
“Bibi.. kamu masih saja memperlakukanku seperti anak kecil.. Tetapi bagaimana caranya orang lain bisa masuk kerumah ini, tidak mungkin kan bibi bisa terbang????”
William yang dalam keadaan bingung membuka makanan tersebut untuk langsung dimakan semua karena perutnya sudah mulai kelaparan. Dia tahu bahwa bibinya akan menyiapkan makanan kesukanaanya ketika dia sampai di rumahnya. William makan dengan perlahan dan mulai memikirkan dengan masa depannya setelah lulus dari sekolah. Dirinya terpikirkan oleh perkataan teman temannya yang ingin lanjut berkuliah.
“Jika kuliah, aku akan kuliah di mana?.. Kalau tidak salah Candy pernah bercerita jika mereka ingin berkuliah di kampus yang sama.. Kampus elite lagi..”
Pikirannya yang bercampur dengan rasa enak makanan yang dia makan membuatnya makin kebingungan. Dengan kejadian yang dialami di sekolah tadi siang membuatnya tidak ingin memikirkannya, entah berapa lama harus dia tahan. Terlebih lagi perasaannya dengan Nixie waktu dia melihat kejadian tadi saat di kelas, mungkin kebaikan Nixie kepada William karena bentuk simpati dan kasihan kepadanya dan tidak ada rasa suka sedikitpun.
“Kulupakan saja. Masih ada waktu dan besok aku harus lanjut bekerja,, aku mengambil hari libur terlalu panjang..”
William memakan semua makanan dan beranjak dari tempat duduknya menuju dapur untuk mencuci piring kotor bekas makanannya. Setelah itu dia bergegas untuk mandi karena suhu mulai dingin, setelah dia selesai mandi tiba tiba ponselnya berbunyi. William yang mendengar ponselnya berdering, berjalan menuju tempat ponselnya ditaruh. Dia melihat ke ponsel tersebut dan sebuah pesan dari Candy yang mengirim foto pesta perayaan kelulusan mereka dengan teman teman lainnya.
William hanya melihat pesan tersebut dan memutuskan untuk kembali ke kamarnya dan mengenakan pakaiannya, dia meletakan ponselnya di meja dan ingin melanjutkan tidurnya lagi.
Sinar matahari pagi yang hangat masuk melalui celah jendelanya dan membuat William bangun dari tempat tidurnya. Dia lekas merapikan tempat tidurnya dan menuju ke ruang makan untuk membuat sarapan, William membuka lemari pendinginnya dan melihat tidak ada satu pun bahan masakan sama sekali. Sebelum pergi liburan dia telah mengkosongkan lemari pendingin karena akan ditinggal cukup lama. Dia berpikir dan berencana untuk membeli sarapan saat dalam menuju tempat kerjanya saja.
William kembali ke kamarnya untuk mengambil pakaiannya dan selanjutnya dia memutuskan untuk mandi terlebih dahulu sebelum berangkat ke tempat kerja. Sesudah mandi dan berpakaian, dia mengecek perlengkapannya dan sekeliling ruangan rumahnya. Setelah semua yang dilihatnya tampak normal, dia keluar dari rumah dan mengunci pintunya. William selalu berjalan setiap hari untuk menuju ke tempat kerjanya, karena pamannya menempatkan rumah dan tempat kerjanya dekat sehingga dia bisa berangkat ke sana berjalan kaki.
“Ah.. aku lupa hari ini adalah hari terakhir restoran buka sebelum diberhentikan sementara.. Mungkin aku akan sarapan di sana, aku harus buru buru ke sana.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments