William memutuskan untuk mempercepat jalannya suapaya dia tidak terlambat ke tempat kerjanya. Perjalan ke sana tidak begitu membutuhkan waktu yang lama, hanya setara dengan berjalan kaki selama 10 menit. Tidak begitu lama William akhirnya sampai di depan tempat kerjanya dan melihat beberapa pegawai sedang mencoba menurunkan hiasan hiasang yang ada di sekeliling tempat tersebut.
Dia bekerja disebuah restoran yang sudah berdiri lama, terkenal dengan masakannya yang enak dan tempat yang nyaman. Hari ini merupakan hari terakhir sebelum tempat tersebut diberhentikan untuk sementara. Restoran tersebut di tutup sementara bukan karena bermasalah, karena tradisi 3 hari sebelum pergantian bulan selalu dilakukan penutupan secara sementara tersebut .
William bisa bekerja di restoran tersebut karena pamannya pernah bekerja di sana juga dan pamanyalah yang memberikan saran kepadanya, setelah pamanya keluar dia menggantikan pekerjaan pamannya. Dia kenal dan dekat dengan orang orang yang bekerja di sana, dari yang lama bekerja di sana dan yang baru. Seseorang tiba tiba berbicara kepadanya.
“Wah lihat siapa yang kembali dari liburannya.. Bagaimana kabar pamanmu di sana?"
“Hehe.. Kabar paman baik baik saja..”
“Begitu yaa.. Tetapi mengapa lama sekali liburannya..”
“Aku minta maaf.. Soalnya paman memintaku untuk tinggal di sana lebih lama.. Lagian aku juga sudah izin kepada paman Willy, kak Lia ingin liburan juga ya?”
Kak Lia merupakan senior dan kakak bagi William, dia bekerja di sana sudah cukup lama bahkan dari William masih berusia 13 tahun. William menghormati dan menganggap dirinya sebagai kakaknya sendiri, dirinya tidak pernah kasar sama sekali kepadanya. Walaupun parasnya yang cantik dan baik itu, dia lumayan tegas kepada siapa pun yang membuat masalah bahkan paman Willy pemilik restorant tersebut sekalipun. Dia salah satu yang sering membatu William bisa bekerja dengan baik di tempat tersebut, dirinya terkena marah oleh kak Lia setiap saat jika membuat salah.
“Kak maaf nih.. aku belum sarapan.. jadi aku akan ke dapur untuk mengambil sarapan.. Hehehe.”
Kak Lia hanya mengangguk dan dia memutuskan melewati jalan belakang restoran, dia ingin menuju dapur dan mengambil roti untuk sarapannya. Dia masuk melewati pintu dan menuju lemari yang tidak begitu jauh dari pintu masuknya. Saat dirinya berada di depan lemari roti dan ingin mengambil sebungkus roti, William bertemu dengan wanita tua yang sudah lama tidak bertemu dengannya.
“Kamu sudah pulang nak William.. Bagaimana perjalanannya..”
“Sudah nek.. Sedikit capek, tapi aku sudah tidak apa apa.”
Nenek tersebut bernama Widia, dia bekerja sebagai cuci piring di sana dan dia termasul salah satu orang yang membatu mengasuh William sewaktu masih kecil di tempat tersebut. Nenek Widia sangat ceria, lemah lembut dan suka membantu para pekerja di sana. Dia dijuluki wanita suci karena kebaikannya yang melebihi siapapun, nenek Widia tinggal di rumah pekerja berletak di belakang restoran yang disediakan oleh paman Willy kepada pegawainya.
Karena nenek Widia berasal dari tempat yang jauh, jadi dia tidak bisa pulang pergi setiap waktu. Walaupun hanya sebagai pencuci piring, nenek Widia sangat senang dan menghargai pekerjaannya tersebut. Banyak orang yang suka membantunya untuk terus hidup di tempat tersebut, termasuk William yang sering membantu pekerjaannya. Paman Willy yang menawarkan pekerjaan di restoran tersebut saat nenek Widia sedang kebingungan mencari pekerjaan saat berada di balai pencari pekerja.
“Oh iya nek.. Paman Willy di mana ya? Aku ingin membicarakan sesuatu dengannya.. Tapi dari tadi aku tidak melihatnya sama sekali?”
“Oh.. Pak Willy sedang keluar sebentar tadi.. Katanya ada urusan mendadak, lebih baik kamu tunggu saja di depan.”
“Kalau begitu aku bantu nenek saja dulu sambil menunggu paman Willy kembali.. Hari ini juga bukan tugasku di depan.”
William sangat senang bisa membantu pekerjaannya nenek Widia, dia ikut mencuci piring dan gelas yang kotor sehabis digunakan oleh para pekerja yang datang duluan. Mereka berdua saling bercerita tentang perjalanan liburan William dan keseharian nenek Widia di tempat kerja. Tidak terasa waktu sudah berjalan lama dan tiba tiba dari belakang terdengar langkah kaki, seseorang tersebut menepuk pundak William.
“Lihat siapa ini yang pulang dari liburan.. Sampai lupa waktu..”
“Oh.. Paman Willy.. Maaf mungkin terlalu lama mengambil liburannya, seharusnya aku bekerja saja saat liburan..”
“Hahaha… Tidak apa apa.. Lagian kamu sudah berjuang keras di sekolah maupun di tempat kerja.. Lalu bagaimana dengan paman dan bibimu?”
"Mereka menitipkan salam kepada paman Willy, mereka menyuruh paman Willy untuk pergi ke sana."
"Oh.. Kalau begitu lain waktu saja."
Paman Willy sudah berteman lama dengan paman dan bibinya William, bahkan waktu mereka masih berkuliah di tempat yang sama. Penuh gairah , kerja keras dan semangat itulah yang pertama kali William lihat pada paman Willy. Paman Willy juga salah satu orang yang menjaganya di tempat kerja bahkan yang memasakan makanan untuknya.
Beliau yang bertanggung jawab atas restoran tersebut, walaupun restoran tersebut terlihat kecil namun dia sangat bertanggung jawab dan menyanyangi restorannya.
“Jika kamu sudah selesai, tolong bantu yang di depan.. Mereka kesusahan melepas hiasan di atas pintu.. Itu keahlianmu bukan..”
“Baik paman.. Aku akan segera kesana..!!!”
William meletakan peralatan yang sudah dicucinya dan bergegas ke depan untuk membantu para pegawai lainnya. Dia melihat banyak pegawai yang sedang menunggunya untuk naik dan melepas hiasan yang berada di atas pintu restoran. Dia lalu mendirikan tangga yang sudah ada dan naik ke atas untuk melepas hiasan yang sudah terpasang lama di atas pintu tersebut.
Dia melepasnya secara hati hati dan perlahan karena nampaknya hiasan tersbut memiliki harga yang tinggi, tampak megah dan indah hiasan tersebut dan sangat selaras dengan tema restorannya. William menurunkan hiasan tersebut dan meminta para pegawai lainnya untuk memegang hiasan itu sedangkan dia turun secara perlahan menuruni tangga. William menengok ke atas untuk memastikan tidak ada hiasan yang tertinggal, saat dirinya melihat sekeliling tiba tiba sudah tidak ada orang sama sekali di sana.
“Semua ke mana yaa? Perasaan tadi masih banyak yang berada di sini?”
William melihat ke sekeliling dan ternyata para pegawai sudah berada di dalam restoran.
“Huhh.. kukira akan seperti di komik komik di mana semua orang menghilang dan hanya aku yang tersisa di muka bumi ini..”
William merasakan perasaan yang aneh sambil membawa tangga tersebut kembali ke dalam dan ingin meletakan tangga tersebut kembali ke tempat peralatan, saat sedang membawa tangga dia melihat semua orang sedang fokus ke satu titik yang sama di mana dirinya tidak bisa melihatnya sama sekali. William menghiraukan mereka dan bergegas ke belakang untuk meletakan tangga yang dibawanya tersebut.
Setelah mengembalikan tangga ke tempatnya, dia memutuskan kembali ke tempat orang orang tadi berkumpul dan ingin melihat apa yang mereka lihat.
“…selamat atas kelulusannya William…”
“Ehhh.. ada apa ini…”
“Karena kamu liburan, kami tidak bisa merayakannya tanpamu, jadi kami menunggu kepulanganmu terlebih dahulu.. Selamat ya.”
“Tapi kenapa harus dirayakan segala..”
“Kamu mau kupukul yaa…”
Perasaan senang dan bahagia yang dia rasakan dan dengan suasana yang meriah membuat William bingung mengucapkan suatu kata, sebuah kejutan yang tidak terduga dan bisa dilakukan dengan banyak orang sekaligus membuat dirinya terheran heran. Dia tidak terpikirkan dengan kejutan tersebut dan siapa yang merencanakannya. Karena selama ini dia tidak pernah merayakan apapun setelah di tinggal oleh orang tuanya.
“Terima kasih semuanya..”
Semua orang bersenang senang dengan pestanya.
“Tapi bukannya hari ini restorannya buka ya?”
Semua orang terdiam sejenak membuat William bingung, namun semuanya melanjutkan pestanya. William merasa dibohongi, hari ini restoran tidak akan dibuka karena kekacauan tersebut tidak bisa dibereskan tepat waktu, lantas dia memutuskan untuk bersenang senang dengan semua orang.
Tidak terasa malam tiba, semua orang yang ikut berpesta tadi lama kelamaan merasa lelah dan memutuskan untuk pulang ke rumah masing masing. William mengucapkan terima kasih sekali lagi kepada para pegawai sebelum mereka pulang. Dia ingin pulang segera karena sudah kelelahan, namun melihat banyak piring dan gelas yang kotor membuatnya ingin membersihkannya sebelum pulang. Nenek Widia membantunya dan tidak membutuhkan waktu yang lama karena pegawai restoran tersebut tidak terlalu banyak, jadi alat yang dicucipun sedikit.
William berada dalam keadaan kelelahan dan ingin pulang kerumah, dia membayangkan bisa beristirahat di kasurnya yang lembut. Dia keluar dari tempat tersebut dan saat berada di luar restoran, dia bertemu dengan paman Willy yang ingin pulang ke rumahnya juga.
“William.. Paman antar pulang.. Kamu pasti lelah..”
“Terima kasih paman..”
Mereka berdua naik ke sebuah mobil yang tidak begitu jauh terpakir dari tempat tersebut dan mobil tersebut milik dari paman Willy. Sungguh pengalaman yang menyenangkan bagi William karena dapat bekerja di tempat tersebut di mana semua orang baik kepadanya dan membuat dirinya nyaman bila berada di sana.
Paman Willy bercerita masa lalunya dengan pamannya William sambil mengendari mobilnya. Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk sampai di depan rumahnya William dengan mengendarai mobil, mereka akhirnya sampai di depan rumahnya William. William turun dari mobil dan paman Willy berkata kepadanya sebelum dirinya berjalan menuju ke pintu rumahnya.
“Beristirahatlah.. Semua orang menunggu hari ini, restoran juga akan paman liburkan selama 3 hari.. Jadi nikmati waktumu sebelum kembali bekerja lagi..”
“Terima kasih paman..”
William beranjak dari tempatnya dan berjalan menuju pintu rumahnya, dia membuka pintu tersebut dengan kunci yang berada di kantongnya. Dengan tubuh yang lelah, William memilih untuk berbaring sesaat di sofa. Dirinya tidak tahu waktu berapa sekarang, dirinya mengantuk dan mulai terlelap tidur di sofa tersebut tanpa bisa melakukan apa apa dengan tubuh yang lelah tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments