Kanaya segera masuk rumah Doni mengikuti laki-laki itu yang kini melangkah masuk ke dalam dia pun nunggu Doni duduk di ruang tamu.
“Sayang, kamu mau dibuatkan minum apa? Sepertinya cuaca sangat panas. Bagaimana kalau kita minum jus dulu baru kita berangkat, agar cuaca juga sedikit lebih sejuk?” usul Doni sambil menyeringai licik.
“Hem, tak masalah minum apa ya, es teh juga nggak apa-apa, air dingin juga nggak masalah,” jawab Kanaya ya.
Doni berjalan menuju dapur, ia pun segera mengambil air dingin yang ada di lemari pendingin. Sebelum ia memberikan pada Kanaya, ia mencampurkan sesuatu yang ada di saku celananya, sebuah serbuk yang sangat bermanfaat serta untuk melancarkan rencananya.
“Aku yakin kali ini rencanaku pasti akan berhasil, iya aku harus berhasil membuat Kanaya jadi milikku,” ucap Doni. “Aku akan membuat kamu mengandung anakku, dengan demikian kamu tak akan menolakku dan menggoda pria lain,” lanjutnya lagi sambil berjalan menuju ruang tamu.
Kanaya yang tanpa sengaja mendengar ucapan Doni pun, ia tak menyangka kalau kekasihnya itu memang benar-benar tidak bisa berubah. Ia segera menjauh dari dapur, menuju ruang tamu kembali sebelum Doni mengetahui keberadaannya. Ia awalnya ingin membantu Doni untuk menyiapkan minuman, tetapi ia justru mendengar pernyataan Doni yang membuat ia terkejut. Seharusnya jika dia memang mencintainya dengan tulus akan menjaga ia dengan baik bulan membuat ia hamil di luar nikah.
Kanaya yang menunggu kedatangan Doni, ia memilih berpura-pura untuk memainkan gawai judulnya dengan layar yang sudah retak dimana-mana.
"Sayang, adanya hanya air putih. Aku lupa tak membeli stok buah jeruk, tak apa,' kan kalau kamu minum air dingin ini?" tanya Doni sambil memberikan satu kemasan air botol mineral yang telah ia buka tutupnya.
"Hem, terima kasih ya." Kanaya menerinya dan meletakkan botol itu ke atas meja. Ia masih mencari cara untuk menukar minuman itu agar ia tak minumnya.
"Nggak diminum, sayang?!" tanya Doni yang melihat botol itu masih utuh. Ia pun juga membuka miliknya dan meletakkan di atas meja, tepat di samping milik Doni.
"Masih belum haus," kelakar Kanaya. Padahal sejak tadi tenggorokannya terasa kering, ingin sekali dibasahi oleh air.
Kanaya yang mendengar bunyi ponsel, dan itu dari arah Doni, ia memanfaatkan kesempatan itu.
"Don, itu ponsel kamu bunyi," ucap Kanaya.
"Masa sich?!"
Doni yang tidak merasakan getaran ponselnya, ia merogoh dalam saku celananya. Melihat nama yang tertera di layar ponselnya itu pun ia meminta izin Kanaya untuk mengangkat panggilan masuk.
"Sayang, bentar ya. Ada telepon dari rekan kerja. Kamu minum aja dulu itu," ucap Doni. Ia pun mulai menjauh beberapa langkah dari Kanaya.
"Aku lagi dengan Kanaya, ada apa?" tanya Doni.
"Jangan ganggu aku dulu. Nanti kalau aku sudah selesai, aku hubungi," ucap Doni setelah dari mendengar panjang lebar ucap dari sambungan teleponnya.
Sedangkan Kanaya, bergegas menukar minuman milik Doni dengan miliknya. Setelah itu, ia meminum botol yang ada di tangannya seperti tiga.
"Haus banget ya?!" tanya Doni seraya menaikkan kedua alisnya dan dijawab anggukan kepala oleh Kanaya. "Hem, kalau haus dihabiskan! Nanti aku ambilkan lagi, hanya sekedar air putih di lemari pendingin cukup banyak stoknya," ujarnya lagi sambil tertawa jenaka.
"Sudah, ini aja lebih dari cukup, Don. Kamu nggak minum?!" tanya Kanaya. "Ini tadi air putih apa sich? Isi ulang ya? Kok rasanya beda?" tanya Kanaya.
"Beda gimana sich?! Aku kok nggak paham," dusta Doni. Jelas beda karena ia telah mencampurkan obat tidur sekaligus obat perangsang pada minuman itu.
"Kamu coba minum dech!" ucap Kanaya dengan menyodorkan miliknya. Ia sudah bisa menebak jika Doni tak akan mau menerima sisa miliknya.
"Bentar aku coba milikku," ucap Doni mengambil botol di depannya dan meneguk setengah lebih. "Nggak ada bedanya itu, ini sama," ucap Doni.
"Mungkin indera perasaku sedang bermasalah, lupakan saja! Bagaimana kalau kita bersulang untuk merayakan kebahagian kita ini," ajak Kanaya.
Kanaya ingin melihat apa yang sebenarnya dicampur pada minumnya tadi.
"Boleh juga," jawab Doni. "Aku merasa senang akhirnya kita bisa biakkan seperti ini dan kita bahagia," lanjutnya Doni.
Kanaya dan Doni bersulang beberapa kali, hingga minuman mereka habis. Selang beberapa detik, Doni menguap untuk kesekian kalinya dan tak berselang lama dia pun tertidur di posisi yang sama.
"Oh, jadi dia tadi memberikan aku obat tidur," batin Kanaya. Ia yang melihat Doni tertidur pulas memilih untuk segera kabur pergi.
***
Kini tepat di hari pernikahannya dengan Doni akan dilangsungkan dan undangan untuk para tamu telah disebarkan sejak beberapa hari yang lalu. Sejak kejadian dimana Doni memiliki rencana jahat, ia dan Doni tidak lagi bertemu. Akan tetapi pernikahan mereka tetap berlangsung karena paksaan Adi dan Dewi, orang tuanya. Sebenarnya ia sudah tak ingin melanjutkannya lagi.
Ia yang duduk di depan cermin itu pun, menatap dirinya dengan perasaan yang miris. Ia tak yakin kalau dirinya akan bahagia bersama Doni yang memiliki sifat egois, serta arogan.
"Nay, mana Doni? Apa yang kamu katakan pada dia? Jangan bilang kamu membatalkan pernikahan kamu ya?! Ingat acara akan berlangsung nanti sore, dan kamu lihat diluar banyak sekali tamu yang mengikuti pengajian," ucap Dewi menghampiri putrinya. "Jangan membuat malu keluarga kita!" hardiknya dengan memperlihatkan wajah garangnya.
Kanaya menoleh, "Buk, aku tak membatalkan pernikahan ini. Mungkin saja Doni tak ingin menikahiku."
"Ibu tak mau tahu, sekarang kamu cepat pergi ke rumah Doni dan pastikan hari ini dia akan menikahi kamu. Ibu tak mau tahu bagaimana caranya kamu membujuk dia, yang ibu mau kamu tetap menikah dengan Doni. Hanya dia yang mau dengan wanita miskin seperti kamu! Dan hanya dia yang bisa merubah keuangan keluarga kita," ucapnya panjang lebar.
Kanaya tak menyangka, ibunya tega menjelekkan harga diri putrinya sendiri hanya agar mendapatkan uang. Ia pun dengan terpaksa berdiri dari tempat duduknya, dan menurut keinginan sang ibu.
Dalam pikirannya ia sangat berharap, jika Doni tak ada di rumah dan ingin membatalkan pernikahan ini agar ia bisa bebas. Bebas tanpa masalah dengan orang tuanya juga.
"Cepat kamu keluar, ayah kamu sudah memesankan taxi online," ucap Dewi.
Kanaya segera naik taxi yang sudah menunggunya dari tadi menuju rumah Doni yang hanya menempuh perjalanan kurang lebih tiga puluh menit dengan menggunakan kecepatan sedang.
"Sudah sampai," ucap sopir taxi. "Saya tunggu atau pergi ini?!" tanya sang sopir pada wanita yang mengenakan kebaya berwarna putih.
"Bapak pulang saja, nanti aku akan kembali dengan orang yang sedang aku cari," ucap Kanaya.
Kanaya yang berada di teras rumah Doni melihat mobil orang yang ia cari masih terparkir rapi, ia pun masuk ke dalam rumah dengan kunci cadangan yang ia punya.
Langkah yang ia ambil adalah lantai atas, dimana kamar Doni beranda. Ia tak peduli jika ia dikatakan lancang masuk tanpa permisi atau pun dituduh pencuri.
Saat langkahnya semakin dekat dengan pintu kamar Doni, ia bisa mendengar jelas suara desakan dari dalam sana.
"Sayang, lanjutkan! Aku sudah tak tahan," ucap wanita itu dengan manja.
"Sebentar, honey. Ini masih terlalu nikmati," ucap Doni dengan menikmati permainan lidahnya.
Kanaya yang mendengar suara itu merasa tak asing dan sangat mengenalinya. Dengan langkah pelan, ia mengendap-endap untuk memastikan jika dugaan itu tak benar. Ia sangat yakin, dia tak akan melakukannya karena ia tahu betul sahabatnya orang yang baik, dan itu hanya kebetulan memiliki suara yang sama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Fajarina
kasian bener u naya.. punya ortu gila harta.. calon suami g ada akhlak
2023-02-04
0