PETUALANGAN HARUKA DAN BEBY.

PETUALANGAN HARUKA DAN BEBY.

Prolog

Pada era modern saat ini, masih banyak kepercayaan tentang hal - hal ghaib atau supranatural di masyarakat.

Seperti yang terjadi di Desa Kabut. Beberapa anak tiba - tiba menghilang setelah melewati pagar pembatas antara desa dan hutan jati.

Konon, ada raksasa penunggu hutan jati itu. Ada juga yang berkata bahwa ada dedemit yang tinggal di tengah hutan itu. Bahkan ada yang berkata bahwa arwah seorang dukun yang mati karena di bakar oleh warga masih berkeliaran di dalam hutan menunggu untuk membalas dendam kepada anak cucu dan keturunan orang - orang yang sudah membunuhnya dengan kejam.

Karena kepercayaan itulah mengapa tidak ada yang berani melewati pagar pembatas itu. Kecuali anak - anak yang tidak patuh pada orang tua mereka. Dan sekarang mereka seperti menghilang di balik pepohonan.

Suatu hari sebuah keluarga pindah ke desa itu. Mereka memiliki dua orang anak perempuan berusia 12 dan 7 tahun. Yang sulung bernama Bintang dan yang bungsu bernama Haruka.

Keduanya memiliki jiwa petualang. Apalagi si bungsu Haruka. Rasa ingin tahunya yang besar membuatnya sering terkena omelan dari ibunya.

Seorang anak perempuan tetangga yang bernama Leah menjadi teman pertama mereka di desa itu. Leah berusia sama dengan Bintang, kakak Haruka.

Dari Leah lah mereka tahu cerita tentang larangan yang ada di desa baru mereka.

" Sebaiknya kalian menjauhi pagar itu! " kata Leah waktu mereka sedang bermain monopoli di teras.

" Memang kenapa, Kak Leah? " tanya Haruka sambil membuang dadunya.

" Pokoknya kamu jangan ke sana. Banyak anak - anak yang hilang saat bermain di dekat pagar itu, " jawab Leah dengan tegas.

" Kenapa bisa hilang Kak Leah? " tanya Haruka lagi.

Leah merasa kesal dengan pertanyaan Haruka yang tidak ada akhirnya.

" Kak Bintang, boleh nggak Haruka bermain di dekat pagar ajaib itu? " tanya Haruka pada kakaknya.

" Nggak boleh! " jawab Bintang singkat.

" Yah, kakak! Siapa tahu itu pagar seperti pintu ajaib Doraemon, " ujar Haruka dengan nada merajuk.

Leah dan Bintang saling berpandangan. Tidak lama kemudian mereka berdua tertawa. Haruka yang merasa di tertawakan oleh kedua gadis remaja itu, segera berlari mencari ibunya.

" Yah, dia ngambek! " kata Leah.

Haruka melihat Ibunya sedang mencuci piring di dapur.

" Bu, mau Haruka bantu menyusun gelas? " kata Haruka menawari ibunya bantuan.

" Boleh. Susun gelasnya yang rapi, ya, " jawab ibunya.

Haruka menyusun gelas sesuai petunjuk ibunya.

" Bu, apa benar ada pagar yang bisa menghilangkan anak kecil? " tanya Haruka ketika dia selesai menyusun gelasnya.

" Kenapa Haruka bertanya? " jawab Ibunya.

" Kata Kak Leah, Haruka nggak boleh main di dekat pagar pembatas desa. Katanya ada anak - anak yang hilang di sana, " kata Haruka menjelaskan apa yang di dengarnya dari Leah tadi.

" Kalau begitu, Haruka jangan kesana, " ucap Ibunya sambil mengacak rambut Haruka.

" Yah, Ibu! Haruka kan sudah bilang, jangan mengacak rambut Haruka! Nanti Haruka jadi jelek! " katanya sambil berlari mencari sisir dan cermin.

Ibunya hanya tersenyum. Dia tahu cara menghentikan rasa ingin tahu Haruka. Anak bungsunya itu, walau masih berusia 7 tahun, tapi sangat memperhatikan kerapian rambutnya. Itu sebabnya Ibunya mengacak - acak rambutnya.

" Bu, aku pergi bermain, ya! " teriak Haruka.

" Iya. Jangan terlalu lama! " jawab Ibunya.

Haruka pun segera berlari keluar dari rumah. Dia mencari teman baru yang mau bermain dengannya. Haruka adalah gadis kecil yang ramah, jadi tidak sulit baginya untuk mendapatkan teman.

" Siapa namamu? " tanya seorang anak perempuan seusianya.

" Haruka, " jawab Haruka sambil mengulurkan tangannya.

Anak itu menyambut tangan Haruka sambil menyebutkan namanya.

" Aura, " katanya.

Mereka berdua bermain bersama dengan gembira.

" Eh, Haruka pulang dulu, ya. Sudah sore, " kata Haruka saat adzan ashar berkumandang di mesjid.

" Oke! Besok kita main lagi, ya, " kata Aura sambil berlari pulang ke rumahnya.

Saat pulang ke rumahnya, Haruka sengaja memutar biar bisa melihat pagar yang di maksud oleh Leah.

" Mungkin itu pagar ajaibnya, " kata Haruka dalam hati saat melihat pagar dari kawat besi berduri.

Dia berjalan sambil terus menatap pagar itu.

Bruk!!!

Haruka menabrak seseorang.

Tubuh kecilnya terjatuh.

Dengan cepat seseorang membantunya berdiri.

" Nak, kamu tidak apa - apa? " tanya orang itu.

Haruka mengangkat wajahnya dan melihat orang tua yang berwajah agak seram.

Dia berlari ketakutan.

Tapi dia kemudian berhenti.

Dia berbalik ke arah orang tua yang masih berdiri di tempatnya semula.

Haruka kembali menghampiri orang tua itu.

" Maaf, Kek. Haruka kaget, makanya kabur. Terimakasih sudah menolong Haruka, " ucap Haruka sambil membungkukkan badannya.

Orang tua itu tersenyum melihat kelakuan Haruka.

" Kamu anak yang sopan. Sekarang pulanglah! Nanti orang tuamu mencari mu, " kata orang tua itu.

Haruka mengangguk. Dia kemudian berlari ke rumahnya.

" Darimana aja, sih! " tanya kakaknya dengan nada keras.

" Habis main sama Aura, " jawab Haruka pelan.

" Mandi sana! " kata Bintang.

Haruka menuruti perintah kakaknya.

Dia segera mandi dan berganti pakaian. Setelah itu dia mengoleskan bedak yang lumayan tebal ke wajahnya. Dan menyisir rambutnya dengan rapi.

" Ibu, tadi Haruka punya teman baru namanya Aura, " kata Haruka pada ibunya yang sedang memasak.

" Haruka baik sama teman, kan? " tanya Ibunya.

" Iya, Bu, " jawab Haruka.

Dia kemudian menceritakan tentang orang tua yang di temuinya tadi.

" Makanya, jangan berlari! Lagian ngapain kamu ke arah sana? " kata kakaknya yang ikut mendengar cerita Haruka.

" Aku ingin melihat secara langsung pagar ajaibnya, Kak, " kata Haruka dengan nada polosnya.

Bintang menjewer telinga Haruka pelan.

" Lain kali ajak kakak! " kata Bintang.

Haruka mengangguk.

" Haruka sebaiknya bermain aja. Kita tidak boleh mencari tahu apa yang sudah di larang oleh masyarakat, " kata Ibunya menasehati Haruka.

" Baik, Bu, " kata Haruka.

Namun Ibunya sangat mengenal sifat Haruka.

Anak bungsunya itu tidak akan berhenti mencari tahu tentang pagar itu.

Malam telah larut, penghuni rumah sudah terlelap.

Haruka terbangun saat mendengar suara di dapur.

Dia bangkit dan mencari asal suara itu.

Dia melihat ada seorang anak kecil berwajah seram.

Haruka nyaris berteriak.

Sosok itu meletakkan jari telunjuknya di bibir Haruka.

" Ssttt! " ucap sosok kecil itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!