Pada era modern saat ini, masih banyak kepercayaan tentang hal - hal ghaib atau supranatural di masyarakat.
Seperti yang terjadi di Desa Kabut. Beberapa anak tiba - tiba menghilang setelah melewati pagar pembatas antara desa dan hutan jati.
Konon, ada raksasa penunggu hutan jati itu. Ada juga yang berkata bahwa ada dedemit yang tinggal di tengah hutan itu. Bahkan ada yang berkata bahwa arwah seorang dukun yang mati karena di bakar oleh warga masih berkeliaran di dalam hutan menunggu untuk membalas dendam kepada anak cucu dan keturunan orang - orang yang sudah membunuhnya dengan kejam.
Karena kepercayaan itulah mengapa tidak ada yang berani melewati pagar pembatas itu. Kecuali anak - anak yang tidak patuh pada orang tua mereka. Dan sekarang mereka seperti menghilang di balik pepohonan.
Suatu hari sebuah keluarga pindah ke desa itu. Mereka memiliki dua orang anak perempuan berusia 12 dan 7 tahun. Yang sulung bernama Bintang dan yang bungsu bernama Haruka.
Keduanya memiliki jiwa petualang. Apalagi si bungsu Haruka. Rasa ingin tahunya yang besar membuatnya sering terkena omelan dari ibunya.
Seorang anak perempuan tetangga yang bernama Leah menjadi teman pertama mereka di desa itu. Leah berusia sama dengan Bintang, kakak Haruka.
Dari Leah lah mereka tahu cerita tentang larangan yang ada di desa baru mereka.
" Sebaiknya kalian menjauhi pagar itu! " kata Leah waktu mereka sedang bermain monopoli di teras.
" Memang kenapa, Kak Leah? " tanya Haruka sambil membuang dadunya.
" Pokoknya kamu jangan ke sana. Banyak anak - anak yang hilang saat bermain di dekat pagar itu, " jawab Leah dengan tegas.
" Kenapa bisa hilang Kak Leah? " tanya Haruka lagi.
Leah merasa kesal dengan pertanyaan Haruka yang tidak ada akhirnya.
" Kak Bintang, boleh nggak Haruka bermain di dekat pagar ajaib itu? " tanya Haruka pada kakaknya.
" Nggak boleh! " jawab Bintang singkat.
" Yah, kakak! Siapa tahu itu pagar seperti pintu ajaib Doraemon, " ujar Haruka dengan nada merajuk.
Leah dan Bintang saling berpandangan. Tidak lama kemudian mereka berdua tertawa. Haruka yang merasa di tertawakan oleh kedua gadis remaja itu, segera berlari mencari ibunya.
" Yah, dia ngambek! " kata Leah.
Haruka melihat Ibunya sedang mencuci piring di dapur.
" Bu, mau Haruka bantu menyusun gelas? " kata Haruka menawari ibunya bantuan.
" Boleh. Susun gelasnya yang rapi, ya, " jawab ibunya.
Haruka menyusun gelas sesuai petunjuk ibunya.
" Bu, apa benar ada pagar yang bisa menghilangkan anak kecil? " tanya Haruka ketika dia selesai menyusun gelasnya.
" Kenapa Haruka bertanya? " jawab Ibunya.
" Kata Kak Leah, Haruka nggak boleh main di dekat pagar pembatas desa. Katanya ada anak - anak yang hilang di sana, " kata Haruka menjelaskan apa yang di dengarnya dari Leah tadi.
" Kalau begitu, Haruka jangan kesana, " ucap Ibunya sambil mengacak rambut Haruka.
" Yah, Ibu! Haruka kan sudah bilang, jangan mengacak rambut Haruka! Nanti Haruka jadi jelek! " katanya sambil berlari mencari sisir dan cermin.
Ibunya hanya tersenyum. Dia tahu cara menghentikan rasa ingin tahu Haruka. Anak bungsunya itu, walau masih berusia 7 tahun, tapi sangat memperhatikan kerapian rambutnya. Itu sebabnya Ibunya mengacak - acak rambutnya.
" Bu, aku pergi bermain, ya! " teriak Haruka.
" Iya. Jangan terlalu lama! " jawab Ibunya.
Haruka pun segera berlari keluar dari rumah. Dia mencari teman baru yang mau bermain dengannya. Haruka adalah gadis kecil yang ramah, jadi tidak sulit baginya untuk mendapatkan teman.
" Siapa namamu? " tanya seorang anak perempuan seusianya.
" Haruka, " jawab Haruka sambil mengulurkan tangannya.
Anak itu menyambut tangan Haruka sambil menyebutkan namanya.
" Aura, " katanya.
Mereka berdua bermain bersama dengan gembira.
" Eh, Haruka pulang dulu, ya. Sudah sore, " kata Haruka saat adzan ashar berkumandang di mesjid.
" Oke! Besok kita main lagi, ya, " kata Aura sambil berlari pulang ke rumahnya.
Saat pulang ke rumahnya, Haruka sengaja memutar biar bisa melihat pagar yang di maksud oleh Leah.
" Mungkin itu pagar ajaibnya, " kata Haruka dalam hati saat melihat pagar dari kawat besi berduri.
Dia berjalan sambil terus menatap pagar itu.
Bruk!!!
Haruka menabrak seseorang.
Tubuh kecilnya terjatuh.
Dengan cepat seseorang membantunya berdiri.
" Nak, kamu tidak apa - apa? " tanya orang itu.
Haruka mengangkat wajahnya dan melihat orang tua yang berwajah agak seram.
Dia berlari ketakutan.
Tapi dia kemudian berhenti.
Dia berbalik ke arah orang tua yang masih berdiri di tempatnya semula.
Haruka kembali menghampiri orang tua itu.
" Maaf, Kek. Haruka kaget, makanya kabur. Terimakasih sudah menolong Haruka, " ucap Haruka sambil membungkukkan badannya.
Orang tua itu tersenyum melihat kelakuan Haruka.
" Kamu anak yang sopan. Sekarang pulanglah! Nanti orang tuamu mencari mu, " kata orang tua itu.
Haruka mengangguk. Dia kemudian berlari ke rumahnya.
" Darimana aja, sih! " tanya kakaknya dengan nada keras.
" Habis main sama Aura, " jawab Haruka pelan.
" Mandi sana! " kata Bintang.
Haruka menuruti perintah kakaknya.
Dia segera mandi dan berganti pakaian. Setelah itu dia mengoleskan bedak yang lumayan tebal ke wajahnya. Dan menyisir rambutnya dengan rapi.
" Ibu, tadi Haruka punya teman baru namanya Aura, " kata Haruka pada ibunya yang sedang memasak.
" Haruka baik sama teman, kan? " tanya Ibunya.
" Iya, Bu, " jawab Haruka.
Dia kemudian menceritakan tentang orang tua yang di temuinya tadi.
" Makanya, jangan berlari! Lagian ngapain kamu ke arah sana? " kata kakaknya yang ikut mendengar cerita Haruka.
" Aku ingin melihat secara langsung pagar ajaibnya, Kak, " kata Haruka dengan nada polosnya.
Bintang menjewer telinga Haruka pelan.
" Lain kali ajak kakak! " kata Bintang.
Haruka mengangguk.
" Haruka sebaiknya bermain aja. Kita tidak boleh mencari tahu apa yang sudah di larang oleh masyarakat, " kata Ibunya menasehati Haruka.
" Baik, Bu, " kata Haruka.
Namun Ibunya sangat mengenal sifat Haruka.
Anak bungsunya itu tidak akan berhenti mencari tahu tentang pagar itu.
Malam telah larut, penghuni rumah sudah terlelap.
Haruka terbangun saat mendengar suara di dapur.
Dia bangkit dan mencari asal suara itu.
Dia melihat ada seorang anak kecil berwajah seram.
Haruka nyaris berteriak.
Sosok itu meletakkan jari telunjuknya di bibir Haruka.
" Ssttt! " ucap sosok kecil itu.
" Sstttt!
Sosok kecil itu mencegah Haruka untuk berteriak. Haruka mengangguk tanda mengerti.
Mereka kemudian duduk berhadap - hadapan.
Sebenarnya Haruka merasa sangat takut melihat wajah yang ada di depannya.
Tapi dia ingat pesan Ibunya, " Jangan lihat orang dari wajahnya, tapi lihat hatinya. "
" Siapa nama kamu? " tanya Haruka sambil berbisik.
" Beby, " jawab sosok itu singkat.
" Haruka, " kata Haruka menyebutkan namanya.
Beby mengangguk.
" Kamu siapa? Kenapa ada di rumah kami? " tanya Haruka lagi.
" Aku tinggal di sini sudah lama, " jawab Beby.
" Dimana ayah dan ibumu? " tanya Haruka lagi.
" Aku tidak tahu. Waktu Aku bangun saat itu tahu - tahu sudah di sini, " kata Beby lirih.
Haruka terdiam. Dia ikut sedih mendengar nasib Beby.
" Kamu jangan khawatir, Haruka mau jadi temanmu, " ucap Haruka menghibur Beby.
Beby tersenyum senang.
Seketika wajahnya yang seram berubah jadi wajah gadis kecil yang cantik.
Haruka tercengang melihat perubahan yang terjadi pada diri Beby.
" Beby, kamu berubah cantik saat kamu merasa senang. Apa kamu memang selalu begitu? " kata Haruka takjub.
Beby mengangguk.
Tiba - tiba Bintang masuk ke dapur.
Dia heran melihat Haruka sedang duduk di depan kulkas sendirian.
Dia kemudian menghampiri adiknya.
" Haruka, lagi ngapain ? " tanya Bintang pada adiknya.
Haruka menunjuk ke kulkas.
" Apa itu? " tanya Bintang seraya membuka kulkas.
Haruka mengerti bahwa kakaknya tidak bisa melihat Beby.
Anak itu kemudian berdiri dan kembali ke kamarnya.
Bintang kebingungan melihat tingkah adiknya.
Dia menutup kembali pintu kulkas dan kembali ke kamarnya.
...****************...
Haruka terbangun oleh suara nyanyian anak kecil, " Cicak - cicak di dinding, " dia melihat Beby sedang merayap di dinding kamarnya.
Bukannya takut, Haruka malah tertawa.
Dia terus tertawa sampai kakak Bintangnya masuk kedalam kamarnya.
" Haruka nggak sekolah? " tanya Bintang sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kamar.
Haruka bangkit dan mengambil handuknya.
Dia bergegas ke kamar mandi.
Selesai mandi, Haruka langsung memakai seragamnya.
Bintang sudah menunggunya di meja makan untuk sarapan.
" Kakak di antar siapa ke sekolah? " tanya Haruka pada kakaknya.
" Kakak naik motor sendiri, " jawab Bintang.
" Kakak berani sendiri? " tanya Haruka lagi.
" Kenapa nggak berani? " tanya Bintang.
" Kata Ibu, pertanyaan nggak boleh di jawab dengan pertanyaan, " kata Haruka sambil melirik Ibunya.
" Iya, Haruka yang cantik. Kakak berangkat dulu. Bye! " kata Bintang sambil menghampiri Ibunya untuk pamit.
" Aku pergi ke sekolah dulu ya, Bu, " kata Bintang sambil mencium tangan Ibunya.
" Hati - hati! " kata Ibunya.
Haruka juga berpamitan pada ibunya.
" Haruka juga mau berangkat ke sekolah, Bu, " kata Haruka sambil mencium tangan Ibunya.
Ibunya tersenyum dan mencium pipi Haruka.
Haruka pun berangkat ke sekolah.
Sekolah Haruka itu berada tepat di depan rumahnya.
Dia hanya harus menyebrangi lapangan bola untuk sampai ke sekolah.
Sebenarnya ini adalah sekolah baru Haruka, jadi dia belum punya banyak teman.
" Hei! Kamu anak baru ya? " tanya seorang anak laki-laki pada Haruka.
" Iya. Namaku Haruka, " jawab Haruka dengan sopan.
" Aku, Adit, " kata anak laki - laki yang ternyata bernama Adit.
Lalu Aura datang dan bergabung dengan mereka.
Bel tanda masuk berbunyi.
Haruka dan teman - temannya kembali ke tempat duduk masing - masing.
Usai sekolah, Haruka langsung mencari Beby.
Tapi Beby tidak nampak dimana pun juga.
Ibunya heran melihat anaknya yang dari tadi mengelilingi rumah. Di tegurnya anaknya.
" Haruka mencari apa? "
Haruka cuma menggeleng tak yakin.
" Ibu lihat Beby? " tanya Haruka pada Ibunya.
Ibunya terdiam sejenak mendengar pertanyaan anaknya.
" Jadi, dia bisa melihat Beby? " tanya Ibunya pada dirinya sendiri.
Haruka menatap Ibunya sebentar lalu kembali ke kamarnya.
Dia mencoba berpikir bagaimana cara memanggil Beby.
Lalu dia ingat tadi pagi, Beby menyanyikan lagu " Cicak - cicak di dinding " sampai dia terbangun.
Haruka pun mulai bernyanyi. Lalu tiba - tiba Beby muncul di sampingnya.
" Kamu memanggilku, Haruka? " tanya Beby.
Haruka menatap Beby dengan wajah yang berbinar - binar.
Beby merasa senang melihat ekspresi Haruka yang senang bertemu dengannya.
" Anak yang dulu tinggal di sini takut padaku, " bisik Beby dalam hati.
" Beby, wajahmu berubah jadi sangat cantik lagi! " seru Haruka.
" Siapa yang cantik? " tanya Bintang yang tiba - tiba masuk ke kamar Haruka.
" Beby, " jawab Haruka sambil menunjuk Beby.
Bintang mencari - cari apa yang di maksud oleh adiknya.
" Mungkin dia punya teman khayalan, " ucap Bintang dalam hati.
Haruka kembali bermain bersama Beby sepeninggalan kakaknya.
" Kakak tidak bisa melihatmu, ya? " tanya Haruka.
Beby mengangguk.
" Lalu kenapa Haruka bisa melihatmu? " tanya Haruka penasaran.
" Karena aku mau, " jawab Beby.
" Jadi bukan karena Haruka punya indra ke - 6? " tanya Haruka lagi.
Beby menggeleng.
" Beby, apa kamu tahu apa yang ada di tengah hutan jati itu? " tanya Haruka.
Beby mengangguk.
" Apa benar anak - anak itu hilang di dalam hutan? " tanya Haruka lagi.
" Iya. Anak - anak itu tidak seharusnya pergi ke sana, " kata Beby.
" Apa mereka masih hidup? " tanya Haruka.
" Masih. Tapi sudah sekarat, " jawab Beby.
" Kalau begitu kita harus menolongnya! " kata Haruka dengan nada serius.
Beby menggeleng.
" Kenapa? " tanya Haruka.
" Kamu masih kecil. Bagaimana kamu bisa menolongnya? " kata Beby.
Haruka terdiam. Dia membenarkan ucapan Beby.
" Tapi kita harus mencari cara, " kata Haruka kemudian.
" Beby, kamu tahu apa yang ada di dalam sana? " tanya Haruka lagi.
" Kerajaan Jin, " jawab Beby.
" Bagaimana cara masuk ke sana? " tanya Haruka.
" Jangan masuk ke sana! Berbahaya! Ratu sangat membenci anak manusia! " seru Beby dengan ekspresi ketakutan.
" Tapi kasihan anak - anak itu! " kata Haruka.
" Anak - anak yang mana? " tiba - tiba Bintang muncul lagi.
Haruka diam.
" Kata Ibu, kamu makan dulu, " kata Bintang sambil keluar dari kamar adiknya.
Haruka mengikuti kakaknya. Dia makan siang dengan lahap. Sepertinya Haruka sangat lapar.
" Eh, kamu mau masuk ke dalam hutan jati itu, nggak? " tanya Bintang berbisik pada Haruka.
Haruka mengangguk.
" Baik. Kita akan mencari cara agar bisa masuk tanpa di lihat oleh warga, " kata Bintang.
" Kita masuk lewat pagar yang di dekat sungai itu aja, kak, " kata Haruka memberi saran.
" Oke, " Bintang menyetujui usul adiknya.
...****************...
Sesuai rencana, Haruka dan Bintang pergi ke dekat sungai setelah makan siang. Mereka pamit pada ibunya ingin pergi bermain ke rumah Leah.
" Kak, apa kita harus mengajak kak Leah? " Haruka tidak yakin Leah mau ikut rencana mereka.
" Dia pasti mau, " Jawab Bintang.
Setibanya di rumah Leah, mereka langsung menceritakan rencana mereka.
Awalnya Leah ragu. Tapi dia juga merasa penasaran tentang rahasia hutan jati itu.
Akhirnya mereka pergi ke dekat sungai.
Setelah mereka merasa tidak ada orang yang melihat, mereka masuk melewati pagar duri itu.
Ketiganya melihat ke seliling hutan jati sebelum memutuskan untuk melangkah lebih jauh.
Tiba di tengah hutan, mereka merasa ada perubahan yang sangat aneh.
Keadaan begitu sunyi mencekam.
Benar - benar sunyi!
Haruka melangkah maju ketika melihat sebuah dinding hitam.
Dia menyentuhnya.
Alangkah kagetnya dia ketika tangannya bisa menembus dinding.
Haruka mundur, kembali ke samping kakaknya.
" Ada apa? Apa yang kamu lihat? " Bintang penasaran dengan ekspresi adiknya yang tiba - tiba berubah.
" Ada dinding berwarna hitam di depan, Kak. Tanganku bisa menembusnya, " Haruka menjelaskan apa yang di lihatnya pada kakaknya.
" Mana? Aku tidak melihat apapun? " kata Leah.
" Aku juga tidak, " Bintang juga sama dengan Leah.
Mereka tidak melihat ada dinding.
" Kak, Haruka akan masuk lewat dinding itu. Kakak berdua tunggu Haruka di sini, " kata Haruka.
Bintang dan Leah saling berpandangan.
Keduanya akhirnya mengangguk setuju.
" Jangan lama - lama! Dan hati - hati! " Bintang memperingatkan adiknya.
Haruka mengangguk.
Gadis kecil itu melangkah mendekati dinding hitam yang hanya bisa di lihat olehnya.
Kedua tangannya meraba dinding itu.
Dia kemudian memutuskan untuk masuk.
Haruka berhasil menembus dinding!
Dia juga menghilang dari pandangan Bintang dan Leah.
Keduanya kaget!
Mereka berteriak memanggil nama Haruka.
Tapi tidak ada jawaban.
Mereka semakin panik.
" Bagaimana ini? Haruka tiba - tiba menghilang. Padahal tadi kita terus mengawasinya, " kata Bintang panik.
Leah mulai ketakutan!
" Kita cari bantuan warga, yuk! " kata Leah.
Bintang menggeleng.
" Aku harus tetap di sini. Kamu aja yang pergi, " kata Bintang.
Leah segera berlari pulang. Sedang Bintang masih mencoba mencari adiknya.
Tiba - tiba seorang bapak tua muncul mengagetkan Bintang.
" Bapak siapa? " tanya Bintang was - was.
Bapak tua itu hanya menggeleng - gelengkan kepalanya.
" Nak, adikmu sudah masuk ke kerajaan Jin. Sebaiknya kamu pulang ke rumah. Ibumu pasti sangat khawatir, " kata bapak itu.
" Tapi adik saya bagaimana, Pak? Ibu akan memarahiku jika Haruka hilang, " kata Bintang sedih.
Bapak itu menghela nafas panjang.
" Nak, kalian benar - benar nekat! Selalu ada tujuan saat larangan di buat. Apa kamu tidak paham itu! " Bapak itu berkata dengan nada keras.
Bintang terdiam.
Tidak lama kemudian, datanglah warga desa termasuk Leah dan Ibu Haruka.
" Dimana adikmu? " tanya Ibunya dengan sedikit berteriak.
Bintang menunjuk ke arah hilangnya Haruka.
" Apa yang ada di sana? Kenapa bisa tiba - tiba menghilang? " tanya seorang warga desa.
" Kerajaan jin! Hanya orang - orang tertentu yang bisa melihatnya, "jawab bapak tua itu sambil melihat ke arah Ibu Haruka.
Ibu Haruka mengerti arti ucapan bapak tua itu.
Sedang warga desa merasa bingung karna tidak melihat apapun di depan mereka selain pohon jati.
" Sebaiknya kalian semua pulang! Tidak ada gunanya mencari. Anak itu ada di dunia lain, " kata bapak tua itu.
Setelah berdiskusi, warga desa pun kembali pulang.
Tinggallah Bintang, ibunya, Leah, dan juga bapak tua itu.
" Kalian juga pulanglah! " perintah bapak tua itu kepada Bintang dan Leah.
" Iya. Bintang dan Leah pulanglah! Biar ibu yang mencari adikmu, " kata Ibunya.
Bintang tak bergeming mendengar ucapan ibunya.
" Pulanglah, Nak! " ibu mengulangi perintahnya.
Akhirnya Bintang dan Leah pulang.
Bapak tua itu menatap ibu Haruka sejenak.
Kemudian pergi menyusul Bintang dan Leah.
" Jangan khawatir, Nak. Ibumu punya keistimewaan yang sama dengan adikmu, " Bapak tua itu mengatakan sesuatu yang tidak di mengerti oleh Bintang.
...****************...
Ibu akhirnya memutuskan untuk memasuki kerajaan jin.
Dia harus menyelamatkan anaknya.
Tiba di kerajaan jin, ibunya segera mencari Haruka. Dia di hadang oleh dua jin penjaga gerbang Kerajaan.
" Hei, anak manusia! Ada urusan apa kamu ke sini? " gertak salah satu jin.
" Aku mencari anakku! . Dimana dia? " Ibu menjawab dengan nada yang lantang.
Kedua Jin penjaga gerbang tertawa keras, membuat tampilannya semakin seram.
" Anak kecil yang sangat cantik. Mungkin sekarang dia sudah jadi santapan Ratu. Hahahahaha! " jin mulai menakut - nakuti Ibu Haruka.
" Hei, jin! Katakan dimana anakku atau biarkan aku masuk dan mencarinya sendiri! " Ibu mulai marah.
" Baiklah! Masuk dan carilah sendiri! " jin mempersilahkan Ibu Haruka untuk masuk.
Dengan cepat Ibu masuk ke dalam istana.
Dia mencari di setiap penjuru.
Hingga tibalah dia di sebuah ruangan yang luas dan indah.
Tampak seorang wanita cantik duduk di atas singgasananya yang mewah.
Ibu berjalan mendekati wanita itu.
Tiba di depan wanita yang tampaknya adalah Ratu dari kerajaan jin, Ibu di todong dengan tombak dari sisi kanan dan kirinya.
" Berlutut di depan Ratu! " perintah pengawal Ratu jin.
Ibu tetap berdiri tegak! Dia tidak mau berlutut.
" Sejak kapan manusia mau berlutut pada jin. Aku ke sini untuk mencari anakku. Tolong katakan, dimana dia? " ucap Ibu dengan tegas.
Pengawal Ratu marah dan ingin memukul Ibu dengan tombaknya. Tapi Ratu menghalanginya.
" Jangan! " cegah Ratu seraya duduk turun dari singgasananya.
" Siapa nama anakmu? " Ratu bertanya dengan lembut kepada Ibu.
" Haruka, Ratu, " Jawab Ibu dengan sopan.
Ratu tampak berusaha untuk mengingat.
" Pengawal! Bawa semua anak manusia itu kemari! " perintah sang Ratu.
Dengan cepat pengawal mematuhi perintah Ratu. Tidak lama kemudian, dia membawa lima orang anak yang tampak sangat kurus ke depan Ratu.
" Yang mana anakmu? " Ratu bertanya lagi pada Ibu.
Ibu memperhatikan dengan teliti wajah anak - anak di depannya. Lalu dia menggeleng.
" Dia tidak ada di antara mereka, "kata Ibu sambil menatap Ratu.
Ratu sekarang mengerti. Dia tahu siapa yang di cari Ibu.
" Bawa Ayla kemari! " perintah Sang Ratu.
Seorang gadis kecil muncul bersama para dayang - dayang muda.
" Haruka! " Ibu memekik begitu melihat gadis kecil itu.
Haruka ingin berlari ke arah Ibunya tapi di tahan oleh para dayang - dayang.
" Lepaskan anakku! " Ibu berteriak kepada para dayang - dayang itu.
Para dayang menunggu perintah Ratu. Tapi Ratu menggeleng.
" Dia adalah Ayla - ku. Dia bukan anakmu! " Kata Ratu dengan nada marah.
" Dia anak manusia, bukan anak jin! " balas Ibu dengan lantang!
Ratu tersenyum sinis.
" Pulanglah! Atau kau ingin mati di sini! " Perintah Ratu pada Ibu.
" Kembalikan anakku lalu kami akan pergi dari sini! " Ibu mulai menantang sang Ratu.
Ratu sangat marah! Dia memerintahkan pengawalnya untuk mengurung Ibu.
" Kurung manusia ini! "
Pengawal mencengkram tangan Ibu dan siap membawanya ke penjara kerajaan jin. Tapi tiba - tiba muncul seorang pemuda tampan di depan Ratu.
Ratu kaget melihat pemuda itu.
" Siapa kamu? Wajahmu sangat tampan, mengingatkan aku pada seseorang, " tanya Ratu kepada pemuda itu.
Pemuda itu tersenyum lalu berkata " Kau lupa padaku, Ratu Kramat Jati? Terakhir kali kita bertemu, aku mematahkan hatimu. "
Ratu terkesima mendengar ucapan pemuda itu.
" Puang Mala'bi. Senang bertemu anda lagi. Apa kabar? "
" Aku kesini bukan untuk Reuni mantan, Ratu. Aku kesini untuk memintamu membebaskan keturunan ke tujuh ku dan anaknya, " kata pemuda yang di panggil Puang Mala'bi oleh Ratu.
Ratu menatap Puang Mala'bi. Kemudian beralih menatap Ibu dan Haruka.
" Sekarang aku mengerti. Pantas saja mereka bisa melihat dinding kerajaanku."
" Jadi, bagaimana? Apa Ratu bersedia membebaskan mereka? " tanya Puang Mala'bi kepada Ratu.
Ratu berpikir sejenak. Kemudian menyetujui permintaan Puang Mala'bi.
" Baiklah! Demi masa lalu kita yang indah, aku bersedia memenuhi permintaanmu, " ucap Ratu
" Pengawal! Bebaskan manusia itu dan anaknya. Antar mereka keluar dari kerajaan kita, " perintah Sang Ratu pada pengawalnya.
Pengawal melepaskan Haruka dan ibunya.
" Ratu, mohon lepaskan mereka juga. Kasihan orang tuanya, " Haruka berusaha membujuk Ratu.
Ratu tersenyum pada Haruka. Dia mengangguk pelan.
" Terimakasih, Ratu. Kami mohon pamit, " ucap Ibu memohon diri pada Sang Ratu.
Ratu mengangguk dan mempersilahkan Ibu untuk pergi.
" Anak itu Istimewa. Aku sangat menyukainya, " kata Ratu pada Puang Mala'bi setelah Haruka dan ibunya pergi.
Puang Mala'bi tersenyum lalu menghilang dari hadapan Ratu.
...****************...
Setelah meninggalkan Kerajaan Jin, Ibu, Haruka, dan kelima anak itu berjalan keluar dari hutan jati.
Warga yang melihat mereka langsung berteriak.
" Woiii! Anak - anak yang hilang sudah kembali! " teriak salah satu warga yang pertama kali melihat mereka.
Warga yang mendengar teriakan itu serentak keluar.
Warga terkejut.
Seorang ibu berlari menghampiri Haruka dan yang lainnya.
" Anakku! Dito! " teriaknya.
Ibu itu langsung memeluk anak yang sudah lama hilang itu.
Lalu empat Ibu lainnya juga datang sambil berteriak memanggil nama anak mereka.
Bintang yang mendengar kabar kepulangan Ibu dan adiknya juga segera menyambut mereka.
" Ibu! Haruka! " teriak Bintang sambil memeluk Ibunya dan Haruka.
Suasana berubah jadi bahagia bercampur haru.
Warga yang anaknya telah kembali segera menghampiri Ibu dan Haruka untuk mengucapkan terimakasih.
" Ibu dan Nak Haruka, kami ucapkan terimakasih sudah membawa anak - anak kami pulang, " ucap salah satu Ibu mewakili yang lainnya.
Ibu dan Haruka mengangguk sambil tersenyum.
" Ayo, pulang, " Ibu mengajak Bintang dan Haruka pulang.
Sesampainya di rumah, Ayah yang baru saja pulang kerja menyambut mereka.
" Bu, darimana saja? Ibu dan Haruka menghilang sudah tiga bulan, " ucap Ayah sambil memeluk Ibu dan Haruka.
" Untung Ayah belum menikah lagi, " celetuk Bintang menggoda Ibunya.
Ibu dan Haruka berpandangan.
" Padahal Haruka merasa baru sehari di Kerajaan Ratu, " Haruka merasa heran.
" Sudah.. sudah! Yang penting kalian sudah pulang, " kata Ayah seperti menghindari akan adanya pertanyaan Haruka yang akan beranak cucu.
Ayah sangat hafal sifat anak bungsunya itu.
Haruka segera berlari ke kamarnya.
Beby sudah menunggunya.
" Akhirnya kamu pulang, Haruka! " seru Beby kegirangan.
Dia memeluk Haruka.
" Haruka, kamu berhasil menyelamatkan anak - anak itu? " tanya Beby.
Haruka mengangguk.
" Maaf. Aku tidak bisa menolong mu karena aku tidak bisa keluar dari rumah ini, " Beby menunduk sedih.
Haruka merangkul Beby.
" Nggak apa - apa, Beby, " hibur Haruka.
Tiba - tiba terdengar suara memanggil Haruka.
" Apa kamu dengar suara yang memanggilku? Apa itu suara Ayahku? " tanya Haruka pada Beby.
Beby menggeleng.
" Lalu siapa? " tanya Haruka penasaran.
Beby menunjuk ke pintu.
Haruka tidak melihat siapapun.
Dia semakin penasaran apalagi saat melihat perubahan wajah Beby yang seperti hantu ketakutan.
" Haruka, tolong temukan pembunuhku! Mereka sangat kejam! "
" Tolong! Temukan pembunuhku! " Suara itu terus menerus mengucapkan kalimat yang sama pada Haruka.
Haruka mulai merinding!
Bahkan sampai keesokan harinya, suara itu tetap mengganggu Haruka.
Di sekolah, dia kesulitan untuk berkonsentrasi. Pak Guru yang memperhatikan kegelisahan Haruka segera menegurnya.
" Haruka! Kamu oke? " tanya Pak Guru.
Haruka tersentak mendengar pertanyaan Pak Guru.
" I am fine, Mr. Bagyo. " jawab Haruka dalam bahasa Inggris membuat teman - temannya jadi keheranan.
Raisa, teman sekelas Haruka yang terkenal suka mem bully orang mengejeknya.
" Eh, teman - teman! Haruka sombong banget yah! Pergi ke Kerajaan Jin aja, pulang - pulang sudah berbahasa Inggris. Dasar Haruka sombong! "
Teman - temannya tertawa mendengar ocehan Raisa, kecuali Adit dan Aura. Mereka membela Haruka.
" Memangnya kenapa kalau Haruka berbahasa Inggris? Kamu iri karena nggak bisa seperti Haruka? " kata Aura.
" Iya. Haruka sudah cantik, imut, pintar lagi. Nggak seperti kamu Raisa, sukanya mengejek orang ! " Sambung Adit.
Teman - temannya serempak berteriak dan mengolok Raisa.
Pak Guru melerai murid - muridnya.
" Sudah! Kalian ini bagaimana sih, sesama teman nggak boleh saling menghina! " Kata Pak Guru.
Murid - muridnya kembali diam. Mereka melanjutkan pelajaran.
Akhirnya bel tanda usai sekolah berdentang tiga kali. Murid - murid dengan tertib keluar dari kelas.
Haruka berjalan pulang bersama Aura dan Adit.
" Dit, di desa ini apa pernah terjadi pembunuhan? " tanya Haruka.
Adit mengangguk sedih.
" Siapa? Kenapa Adit sedih? " tanya Haruka.
" Ayah Adit di penjara karena di tuduh membunuh orang itu " jawab Aura.
Haruka merasa bersalah setelah mendengar ucapan Aura.
" Maaf, Dit. Haruka nggak tahu. " kata Haruka mengungkapkan rasa bersalahnya.
" Nggak apa - apa." kata Adit.
" Kenapa kamu bertanya? " Adit penasaran dengan keinginan tahuan Haruka.
" Nggak apa - apa, Dit. " jawab Haruka.
Mereka berpisah di depan rumah Haruka.
" Beby! " Haruka memanggil Beby setibanya ia di kamar.
Beby muncul di depan Haruka.
" Apa hantu itu masih datang? " Haruka ingin tahu apa arwah itu masih menerornya.
Beby mengangguk. Tangannya menunjuk ke arah kursi belajar Haruka.
" Pak Hantu, bagaimana cara aku menolong mu? " tanya Haruka pelan. Dia takut Ibunya mendengar.
" Aku di bunuh oleh dua orang laki - laki. Mereka sangat kejam! " Arwah itu menceritakan kisahnya.
" Siapa nama Bapak? " tanya Haruka.
" Orang - orang sering memanggilku La Gatti. Aku datang ke desa ini dua tahun yang lalu bersama istriku. " lanjut arwah yang bernama La Gatti.
" Dimana istri Bapak sekarang? " Tanya Haruka lagi.
" Dia sudah meninggalkan desa setelah orang yang di sangka membunuhku di tangkap. " jelas arwah La Gatti.
" Jadi orang yang di penjarakan itu bukan pembunuh Bapak? " Haruka semakin penasaran.
Arwah La Gatti mengangguk.
" Katanya, iya. " kata Beby pada Haruka karena ia tahu Haruka tidak bisa melihat anggukan La Gatti.
" Haruka akan menolong Pak Gatti! " kata Haruka bersemangat.
" Terimakasih, Nak Haruka. " ujar arwah itu.
" Baiklah! Haruka mau makan siang dulu ya, Pak. Sebab jika Haruka mati kelaparan, Haruka tidak bisa menolong mencari pembunuh Bapak. " ucap Haruka dengan polosnya.
Arwah La Gatti tersenyum kemudian menganggukkan kepalanya. Beby menirukannya lagi.
Haruka dengan cepat ke dapur. Lambungnya terasa kosong. Mungkin juga cacing - cacing dalam perutnya mulai berontak karena tidak di beri makan.
" Bu, Haruka mau makan. Kak Bintang belum pulang? " Tanya Haruka pada Ibunya.
" Makanlah! Hari ini kakak pulangnya sore karena dia ada les bahasa Jepang. " kata Ibunya.
" Kenapa nggak les bahasa Inggris sih, Bu? " tanya Haruka.
" Entahlah! Mungkin kakak ingin jadi personel girl band Jepang yang personelnya 48 itu. " kata Ibunya asal.
" Seperti JKT 48 , ya? " kata Haruka sambil terus makan.
" Sudah! Haruka habiskan makanannya dulu baru bicara lagi. " kata Ibunya sambil meninggalkan dapur.
Haruka menuruti Ibunya.
" Bu, boleh Haruka meminjam ponsel? " pinta Haruka setelah selesai makan.
" Boleh. Haruka mau nonton youtube atau bermain game ? " kata Ibunya sambil memberikan ponselnya pada Haruka.
Gadis kecil itu tidak menjawab. Dia mengambil ponsel dari tangan Ibunya kemudian berlari ke kamarnya.
Dia mulai mencari berita tentang pembunuhan La Gatti.
" Ada. " katanya pada Beby.
Dia mulai membaca berita itu dengan teliti. Akhirnya dia mengerti.
" Pak Gatti masih di sini? " tanyanya pada Beby.
" Iya " jawab Beby singkat.
" Pak Gatti di bunuh di hutan Jati lalu mayatnya di seret ke pinggir sungai. Iya, kan? " tanya Haruka.
" Iya, Nak. " jawab Pak Gatti.
" Parang yang di pakai untuk membunuh Pak Gatti adalah milik Ayahnya Adit. Tapi Ayah Adit tidak mengakui telah membunuh Pak Gatti. " ucap Haruka menirukan isi berita di browser.
" Apa Pak Gatti bersama Ayah Adit hari itu? " tanya Haruka pada arwah La Gatti.
" Iya. Bapak memang bertemu Ayah Adit hari itu. Ada yang harus Bapak tanyakan. Urusan penting! " jawab Pak Gatti.
" Apa? " tanya Haruka lagi.
" Bapak dengar gosip dari para warga bahwa istri Bapak berselingkuh dengan Ayah Adit. Bapak hanya ingin tahu. Namun, Ayah Adit langsung marah dan menancapkan parangnya di pohon Jati lalu pergi. Saat itulah kedua pembunuh Bapak muncul dan menyerang Bapak dengan parang itu. " Arwah La Gatti menceritakan kembali peristiwa nahas hari itu.
Haruka terdiam sejenak, lalu melanjutkan pertanyaannya seperti seorang penyelidik Polisi.
" Apa Bapak merasa punya musuh? "
Pak Gatti menggeleng.
" Pak Gatti menggeleng. " kata Beby.
" Haruka akan butuh waktu lama untuk mencari pembunuh, Bapak. " ujar Haruka merasa putus asa.
" Tidak! Kamu bisa bertanya pada Ratu Jin yang ada di tengah hutan. " ujar Pak Gatti.
Haruka dan Beby kaget mendengar ucapan Pak Gatti.
" Tidak mungkin! Perbedaan waktu di alam Jin dan manusia berbeda. Aku akan di sangka hilang oleh orang tuaku jika masuk ke sana. " tolak Haruka.
" Maka Bapak tidak punya harapan lagi. Arwah Bapak akan terus bergentayangan dan mengulang rasa sakit saat di bunuh setiap hari. " kata Pak Gatti dengan nada sedih.
Haruka ikut sedih mendengar ucapan Pak Gatti.
Dia keluar mencari Ibunya.
" Bu! Ibu! " panggil Haruka.
" Ada apa Haruka? " Ibunya datang dengan tergesa - gesa.
" Ayo ke kamar Haruka! " Gadis kecil itu mengajak Ibunya.
" Ada apa? " tanya Ibunya sambil mengikuti Haruka.
" Ibu bisa melihat arwah Pak Gatti? " tanya Haruka pada Ibunya saat mereka sudah berada di kamar.
Ibunya terdiam. Namun matanya melihat ke arah kursi belajar Haruka.
" Ibu hebat! Bisa melihat Pak Gatti. " ucap Haruka senang.
" Haruka, berhenti bermain - main dengan hal seperti ini. Ibu tidak suka! " kata Ibunya dengan nada marah.
Tapi Haruka tetap memohon pada Ibunya agar membantu Pak Gatti.
" Baik! Tapi ini untuk terakhir kalinya! " kata Ibunya.
Haruka mengiyakan.
" Jadi, Ibu mengijinkan Haruka untuk kembali ke istana Jin? " tanya Haruka.
Ibunya menggeleng.
" Lalu bagaimana cara kita menolong Pak Hantu ini? " tanya Haruka lagi.
" Lihat masa lalunya. " jawab Ibunya.
Haruka makin bingung.
" Sentuh tangannya. " kata Ibunya.
" Tapi Haruka hanya bisa mendengar suaranya. " jelas Haruka pada Ibunya.
Ibunya menatap Haruka sejenak. Dia menyangka Haruka seperti dirinya, bisa melihat sesuatu yang tak nampak.
" Pak Gatti, tolong perlihatkan dirimu padaku. Kata Beby, hantu bisa terlihat oleh manusia jika hantu itu menginginkannya. " kata Haruka yang tiba - tiba teringat ucapan Beby.
Tidak lama setelah ucapan Haruka, arwah Pak Gatti mulai terlihat oleh gadis kecil itu.
Haruka kaget dan merinding melihat kondisi Pak Gatti yang bersimbah darah di kepala dan tubuhnya. Akhirnya dia sadar mungkin itulah penyebab Pak Gatti tidak ingin terlihat oleh nya
" Ulurkan tangan Bapak! Mungkin Ibu benar. Aku bisa melihat masa lalu Bapak dan melihat siapa pembunuh itu. " pinta Haruka.
Dengan ragu, arwah La Gatti mengulurkan tangannya pada Haruka.
Ketika Haruka menggenggam tangan arwah La Gatti, tiba - tiba...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!