Bersemi

Senin pagi,elea sudah bersiap menuju kantornya dengan semangat yang tersungut-sungut ia melangkah keluar kamar. Sebenarnya hari senin adalah hari yang selalu tidak asyik bagi Elea karena senin rutinitasnya dikantor banyak, banyak uang yang harus ia bukukan dari hari ahad yang libur.

Tapi bagaimana lagi meski jiwanya dan raganya menolak untuk beraktifitas tapi otaknya menyuruhnya tegar. Jika saja bisa memilih ia akan memilih berbaring ditempat tidurnya. "apa ia sudah datang?" gumam Elea, ia pergi dengan sedikit gunda dihatinya tak disangka dipertigaan tepat didepan bengkel Hilman motor Elea mogok. Ingin rasanya Elea menghilang saja meski ia senang sekali melihat wajah Hilman yang sudah sepekan ini tak terlihat kini dengan jelas terlihat didepan matanya, bukan laagi halusinasi bukan lagi angan tapi nyata ia berdiri tepat d samping Elea dengan senyum manisnya.

"mogok mba?" tanya Hilman kini nadanya sedikit akrab dan panggilannya sudah berubah, seolah Hilman tahu Elea tidak menyukai dipanggil ibu,meski memang jika dibandingkan dengan teman-teman seangkatannya tentu ia tidak keberatan dipanggil ibu,tapi Elea gengsi karena toh ia belum berstatus ibu.

"Eh, iyya nih mas. Tolong yah" sambung Elea. Hilman mendorong motor elea masuk, memeriksa sebentar dan memberi kursi kepada Elea. Seperti biasa Elea masih asyik menikmati setiap pergerakan Hilman namun kali ini ia juga sesekali melirik jam ditangannya. Ada apel pagi dikantor rasanya tidak pantas jika ia bolos bisa saja bosnya marah kepadanya.

Hilman mengerti kegelisahan Elea "mba boleh pakai motor saya saja dulu, karena ini akan memakan waktu lama mba." hilman meneawari bantuan. Elea tampak ragu ia melirik motor warna biru di samping Hilman, mau tidak mau aku harus menerimanya. "terima kasih ya mas, saya memang agak sedikit buru-buru" jawab Elea.

Hilman beranjak kedalam memberikan kunci motornya tak lupa membantu elea mengeluarkan motornya. "hati-hati mba," sambung Hilman. Elea hanya mengangguk dan pergi. Hati elea sepanjang hari itu dikantor seperti sedang mekar, kini ja memiliki alasan lagi untuk bertutur sapa dengan Hilman lelaki sederhana yang benar-benar sudah membuatnya melayang.

Pukul 17. 00 waktunya Elea pulang, dengan sedikit bergegas ia mengendarai motor Hilman menuju bengkel. Disana Hilman sudah menunggunya dengan perasaan riang meski tak tampak ia juga menyukai pertemuan kedua ini pertemuan yang juga membuat hati Hilman semakin yakin bahwa ia menyukai wanita yang ada didepannya kini.

Meski bayangan wajah sarah sering melintas dibenaknya namun Hilman kali ini lebih memilih menatap wajah Elea,wajah cantik itu setiap kali tersenyum selalu membuat hatinya bermekaran. Seandainya saja ibunya mengerti bahwa ada perempuan yang sudah mengisi hati Hilman permpuan yang tidak kalah hebatnya denga sarah perempuan yang selalu dieluh-eluhkan ibunya.

Apakah Hilman harus berterus terang pada ibunya ataukah Hilman akan membiarkan kedua perempuan itu memasuki hidupnya. Keegoisan Hilman mulai muncul sementara Elea mash asyik memperbaiki kerudungnya karena tertiup angin. Sambil tersenyum ia melangkah kearah Hilman, Hilman menyambutnya dengan senyum dan sebagai lelaki rasanya ia tidak tahan melihat senyuman Elea, senyuman indah itu baru pertama ia rasakan getarannya bahkan senyuman Sarah tak mampu menggetarkan hatinya padahal berkali-kali Hilman mencoba membuka hati layaknya seorang lelaki tapi dasar hati tak bisa dipaksa dengan siapa ia akan bertaut.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!