04 ~ Masih Kesal

Pagi ini Aisyah sengaja tidak membuat sarapan. Selepas sholat subuh ia lebih memilih memainkan ponselnya. Sedangkan Azam yang baru pulang dari masjid milih tidur kembali di samping Aisyah.

"Dasar pemalas!" ledek Aisyah saat suaminya lebih memilih menarik selimutnya kembali dari pada olahraga.

Foto yang di upload tadi malam telah banyak di komentari followersnya. Banyak yang memuji keromantisan foto tersebut. Ada yang meminta sesekali ingin melihat wajah sosok yang ditutupi sebuah emotion. Bahkan banyak dari mereka mendoakan agar pasangan tersebut langgeng.

Aisyah terdiam sesaat, langgeng?

Ah, bagaimana mungkin langgeng jika sampai suaminya tidak memberikan sebuah kejujuran padanya.

Mendessah pasrah, Aisyah meletakkan kembali ponselnya diatas nakas. Namun, saat dirinya hendak beranjak ponselnya berbunyi, sebuah tanda notifikasi dari aplikasi berwarna hijau.

Nabila.

[ Ciee, yang udah baikan. Untung aja kemaren gak jadi ngelabrak.]

Aisyah

[ Hehe, saat menatap wajahnya hatiku meleleh kayak es cream 😊 ]

Cukup lama keduanya bertukar pesan. Bahkan Aisyah mengabaikan gerakan tangan Azam yang mentoel-toel tubuhnya.

Berhubungan pagi ini jadwal kuliah Aisyah siang, maka ia bisa menikmati paginya dengan bermalas-malas diatas tempat tidur. Apalagi sang suami juga tak ada jadwal mengajar. Pria itu memilih bergelut dengan selimutnya.

Aisyah hanya memaklumi kelelahan suaminya. Karena ia tahu suaminya baru beranjak tidur sekitar pukul tiga dini hari karena menyelesaikan pekerjaannya yang tertunda.

Karena malas masak, Aisyah memilih membeli sayur yang sudah masak di dekat rumahnya.

Sayur lodeh dan tumis kikil menjadi pilihan sarapan pagi ini.

"Tumben?" tanya Azam yang sudah terlihat segar sambil menarik kursi dimeja makan.

"Sekali dua kalikan gak papa, lagi malas ke pasar."

"Kenapa?"

"Gak ada yang nganterin." ujar Aisyah masih sedikit kasar.

Azam langsung menakutkan kedua alisnya heran.

"Biasanya gak ada yang nganterin berani," ledeknya

Aisyah hanya memanyunkan bibirnya.

Bukan tidak berani, namun ia memang sedang malas untuk pergi ke pasar.

"Ih, lucunya." Azam menarik bibir Aisyah.

"Aw, sakit!" teriak Aisyah yang langsung menepis tangan Azam.

"Kamu kenapa sih? Kayak baru kemarin selesai datang bulan, masa mau PMS lagi," cibir Azam.

Aisyah tak menghiraukan ledekan suaminya dan memilih acuh untuk menikmati sarapannya pagi ini.

🌸🌸

Kini Aisyah telah siap untuk ke kampus, sementara Azam juga akan pergi ke Caffe yang telah ia bangun setahun lalu.

"Kok, rasanya aku pengen bolos ya." Aisyah berjalan lambat di belakang Azam.

"Kenapa?" Tatapan tajam mengarah pada Aisyah "Semangat dong! Katanya mau jadi dokter."

"Pasti cuma alasan Mas Azam aja pergi ke Caffe, padahal mau jalan-jalan Bertemu dengan wanita cantik!" tuduh Aisyah sambil mengerutkan bibirnya.

Seketika Azam tertawa geli melihat wajah lucu Aisyah saat sedang manyun.

"Aku hanya akan meeting dengan pak Handoyo. Masa iya kamu gak percaya?"

"Kali aja mau ketemuan sama cewek lain gitu." Lagi-lagi Aisyah menuduh.

Azam langsung menautkan alisnya. "Maksudnya,"

"Udahlah Mas, ayo jalan! Nanti aku telat!" Aisyah segera mengalihkan pembicaraan dan segera memasang sabuk pengamannya.

Mendadak wajah Azam terlihat tegang. Pikiran pria itu tidak tenang dengan ucapan sang istri yang baru saja ia dengar.

"Kamu kenapa lagi sih? Kok manyun gitu?" Azam merasa heran.

Tak ada angin, tak ada hujan mood Aisyah berubah-ubah.

"Udah dong jangan ngambek gitu. Kalau kamu gak percaya, biar Mas telpon pak Handoyo dulu," ucap Azam yang hendak mengambil ponselnya. Namun, dengan segera Aisyah segera mencegah.

"Gak usah! Aku percaya kok!" cegah Aisyah terpaksa.

Aisyah tak ingin berlebihan. Semoga saja yang diucapkan suaminya memanglah benar. Hanya sebuah meeting dengan manager Caffe, berharap bukan untuk bertemu dengan wanita lain.

Sepanjang perjalanan Aisyah bermain dalam pikirannya sendiri, menduga duga tentang wanita yang bersama suaminya kemarin. Rasanya ingin sekali menanyakan sosok wanita kemarin, tetapi lidah Aisyah terasa berat. Jangan sampai ketakutannya menjadi Boomerang.

Azam menghentikan mobilnya di depan kampus. Karena memang hari ia tidak ada jadwal mengajar, ia hanya mengantar istrinya saja. Selain menjadi seorang dosen, Azam juga memiliki sebuah bisnis Caffe yang sudah setahun ia bangun.

"Jangan nakal, ya!" Nasehat Azam.

"Aku bukan anak TK lagi, Mas." ketus Aisyah.

"Lho... kok marah. Ya udah sini tium dulu." Azam meraih pucuk kepala yang telah di balut dengan sebuah hijab lalu mengecup pelan.

Jantung Aisyah semakin berdebar setiap kali Agung menciumnya meskipun mereka sudah satu tahun menikah.

"Udah sana, nanti telat." saran Azam.

Aisyah memaksakan senyumnya. "Iya iya...." Kemudian Aisyah mencium telapak tangan suaminya

"Daa...." Aisyah melambaikan tangan setelah mobil berlalu dengan perasaan gundah. Sebisa mungkin Aisyah menepiskan prasangka buruk terhadap Azam Berharap suaminya itu tidak akan pernah untuk menduakan dirinya.

.

.

...TO BE CONTINUE...

...🌸🌸🌸...

Terpopuler

Comments

Hanipah Fitri

Hanipah Fitri

kudu waspada ya.. Aisyah

2023-02-18

0

abdan syakura

abdan syakura

kekgitu koq dibiarin sih?
tanya dong,Ais??

2023-01-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!