03 ~ Wanita Lain

Semakin lama mata Aisyah tidak kuat untuk melihat suaminya yang terlihat sangat akrab pada seorang wanita, tapi wanita itu tidak mengenakan hijab seperti dirinya. Api kecemburuan tentu saja menurut hatinya, hingga Aisyah sudah tidak bisa menahan panasnya api di dalam dadanya. Namun, lagi-lagi Nabila mencegah dan menasehati Aisyah agar dirinya tidak ke Ka'bah untuk mengambil sebuah tindakan.

"Apa kamu sudah gila? Aku hanya ingin tahu sedang apa mereka berduaan disini, Bil!." Emosi Aisyah meningkatkan setelah keluar dari restoran tersebut.

"Bukan begitu Ais, aku yakin kamu gak akan bisa nahan emosi kamu!" Nabila menatap sendu kearah sahabatnya. Dia tahu bagaimana perasaan Aisyah saat ini, tapi dia juga tidak ingin membuat Asiyah malu. Siapa tahu wanita itu hanyalah mahasiswa bimbingannya saja.

"Gimana kalau kita ikuti mereka?"

Bukan Aisyah jika tak ingin menyerah. Kali ini Nabila pasrah untuk mengikuti ide gila dari Aisyah.

"Kita tunggu sampai mereka keluar. Oke?!" Perintah Aisyah.

Meski sebenarnya malas, Nabila tetap mengikuti Aisyah. Mereka bersembunyi dibalik mobil milik orang demi mengintai targetnya keluar. Kini keberadaan keduanya bagaikan seorang mata-mata yang tengah mengintai seorang musuh.

"Bil ... itu mereka!" Tunjuk Aisyah kearah Azam yang sudah menuju mobilnya.

Begitu juga dengan wanita tersebut yang juga ikut naik kedalam mobil Azam.

"Tuh kan... mereka satu mobil! Mau kemana mereka?" Panik Aisyah.

Istri mana pun yang tak akan merasa khawatir ketika seorang suami pergi berdua dengan wanita lain. Mengingat pelakor tak mengenal mangsa, main sikat dan embat.

Dengan cepat Aisyah menyetop sebuah taksi untuk mengikuti mobil suaminya.

"Pak, ikuti mobil itu ya!" perintahnya pada pak sopir.

Sang sopir mengangguk. "Baik, Mbak."

Sepanjang perjalanan Aisyah merasa gelisah. Berharap suaminya tidak mempunyai hubungan terlarang dengan wanita tersebut. Pikiran Aisyah semakin kacau saat membayangkan yang tidak tidak tentang Azam dan wanita tersebut.

"Sudah, kamu tenang dulu. Aku percaya Pak Azam tidak akan melakukan hal yang tidak senonoh," hibur Nabila.

"Semoga saja," sambung Aisyah dengan gelisah.

Mobil yang mereka ikuti kini telah berhenti didepan sebuah kantor. Terlihat wanita itu keluar dari dalam mobil lalu melambaikan tangan kepada Azam sebelum mobil berlalu.

Aisyah yang bisa melihat dengan jelas merasa sangat terbakar. Istri mana yang tidak akan terasa panas saat ada wanita lain yang sedang bertingkah lebih kepada suaminya.

Tak selang berapa lama ponsel Aisyah berdering. Terlihat nama suaminya memangil. Kali ini Aisyah balas dendam dengan tak mengangkat panggilan tersebut.

Beberapa pesan diabaikan, tanpa ingin membacanya. Perasaan Aisyah semakin tertuju kesebuah pikiran yang negatif tentang suaminya.

Kenapa setelah wanita itu pergi, suaminya baru sibuk menghubungi dirinya?

Bebagai pikiran memenuhi isi kepala Aisyah.

Saat ini dirinya benar benar ingin menenangkan pikiran dan tak ingin pulang kerumah terlebih dahulu.

Sepanjang perjalanan Aisyah hanya memejamkan mata, namun tidak tidur.

"Ais, sudah sampai." Tak terasa taksi telah berhenti di depan rumah Aisyah.

"Lho, kok kesini?" protes Aisyah.

"Jadi mau kemana? Ini kan rumah kamu. Sudah turun sana! Selesaikan secara hati dingin." pesan Nabila yang sudah membukakan pintu untuk Aisyah.

"Aku gak mau!" rajuk Aisyah.

Nabila merasa geram melihat ulah Aisyah yang seperti anak kecil. "Masalah itu harus di hadapi, bukan di hindari! Sudah sana! Tadi ngotot pengen penjelasan dari Pak Dosen. Sekarang kok malah nyuit!" ledek Nabila.

"Iya-iya, bawel!" Dengan segudang rasa kesal Aisyah pun turun dari taksi. Langkahnya tertahan saat hendak membuka pintu. Namun sebelum turun, Aisyah memberikan satu paper bag kepada Nabila.

"Apa ini, Ais?" tanya Nabilah heran.

"Udah ambil aja! Kapan-kapan kita pakai barengan ya!"

Tangan Nabila pun langsung menerima paper bag dari tangan Aisyah. Saat dilihat apa isinya, Nabila langsung terbelalak dengan lebar.

"Astaga ini kan ... "

Belum sempat mengucapkan kata terima kasih kepada Aisyah, perempuan itu sudah berjalan masuk ke dalam rumahnya.

"Ais kamu baik sekali sih. Makasih ya," ucap Nabila meskipun tak bisa didengar oleh Aisyah.

Beruntung, satu kata untuk Aisyah. Ia berhasil mengedap-endap bak maling di rumahnya sendiri. Saat ini tak terlihat sosok Azam di ruang tengah maupun dapur, itu artinya dia sedang mandi.

Aisyah langsung merebahkan tubuhnya di sofa depan televisi dengan hati yang masih terasa panas.

Mendadak saja bibirnya kelu saat ingin memaki suaminya. Selama ini suaminya selalu menepati janjinya jika Aisyah ingin bertemu. Ini adalah kali pertama suaminya mengabaikan telepon darinya dan jalan berdua dengan wanita lain tanpa sepengetahuan dirinya setelah mereka menikah.

"Dari mana? Kok baru pulang?" Sosok Azam sudah berada tepat didepan Aisyah dengan melipat kedua tangannya.

"Mas Azam sendiri darimana?" Bukannya menjawab, Aisyah malah balik tanya dengan nada kesal.

"Kamu ini kebiasaan ya, di tanya malah balik nanya." Azam mencubit batang hidung mancungnya Aisyah

"Aww, sakit tau!" Aisyah segera mengusap bekas cubitannya.

"Maaf ya tadi sibuk, gak sempet ngangkat teleponnya. Kamu gak marah kan?"

"Kenapa mesti marah kalau suamiku ini sibuk kerja, kecuali kalau sibuk berduaan dengan wanita cantik dan seksi. Aku baru akan marah!" ketus Aisyah sambil mendengus kasar.

Azam yang mendengar ucapan Aisyah seperti sedang mendapatkan tamparan keras. Wajahnya mendadak tegang dan terasa panas.

"Mas kenapa?" Aisyah menempelkan telapak tangannya di dahi suaminya. "Mas mendadak keringatnya ngucur? Mas sakit?"

"Ga-gak kok. Emang cuacanya panas," elak Azam dengan gugup.

Teruskan saja mas kmu berbohong padaku. Kamu pikir aku tak tahu jika kamu habis jalan berdua dengan perempuan lain. Kata tersebut hanya mampu tertahan di kerongkongan Aisyah saja.

Entah bagaimana bisa, rasa emosinya mendadak hilang begitu saja. Kata-kata umpatan dan amukan yang sudah ia persiapkan sejak tadi luluh lantah setelah mendapat perlakuan hangat dari suaminya.

Lelaki memang susah dipercaya!

🌸🌸

Kemerlap lampu hias menyambut sepasang pengantin yang sudah tak bisa di katakan pengantin baru lagi. Aisyah menggenggam erat tangan Azam untuk mengikuti langkahnya hingga kesebuah tempat duduk panjang. Terlihat banyak muda-mudi menikmati pemandangan malam.

Malam ini Azam mengajak Aisyah ke Bukit Bintang di kawasan patuk Gunungkidul. Disana mereka akan melihat dengan jelas bintang yang bertaburan di angkasa dan di bawah sana kemerlap lampu kota seperti bintang yang tengah bersinar.

Aisyah masih terpaku memandang ke bawah. Matanya sangat takjub akan keindahan malam yang ia lihat saat ini.

"Kamu suka?" Azam memeluk pinggang Aisyah dari belakang.

Aisyah mengangguk. "Ih, lepas! Malu Mas!" Aisyah berusaha melepaskan tangan Azam. Namun, pria itu semakin erat merengkuh tubuh istrinya.

"Kenapa mesti malu? Toh kita ini pasangan halal. Bahkan jika aku meminta atas hak ku di sini tidak ada yang keberatan."

"Ngomong apa sih?" Aisyah merasa sangat malu jika ucapan Azam ada yang mendengar. Itu adalah masalah privasi dan tidak boleh ada yang mendengar dan melihatnya.

Kali ini Aisyah pasrah. Sejujurnya ia juga sangat menikmati pelukan Azam yang selalu menenangkan hatinya. Namun, ia merasa jika kemesraan mereka dilihat oleh orang lain.

"Kamu udah gak marah lagi kan?"

Aisyah mengerutkan dahinya. "Siap yang marah?"

"Masih aja ngeles!" Azam melepaskan pelukannya.

Cekrek.

Satu foto telah tersimpan di galeri foto. Rasa bahagia yang luar biasa. Azam memang sangat pandai mengambil hati Aisyah. Meluluhkan hati Aisyah menurutnya tidaklah sulit.

Gadis yang berhati lembut itu tak akan bisa marah berlama-lama pada dirinya. Meskipun Azam mengakui bahwa dirinya telah bersalah namun, ia masih bungkam tentang siapa wanita yang ia jumpai siang tadi.

Setelah puas menikmati secangkir kopi jahe, sepasang suami istri itu memilih segera pulang sebab esok Aisyah harus kuliah lagi.

Menikmati lagu sholawat mata Aisyah kian lama kian menutup hingga tertidur. Lagu tersebut mengiringi perjalanan Azam malam ini.

"Ais, maaf. Aku tahu pasti kamu masih marah denganku karena kejadian siang tadi. Tapi percayalah, kamulah satu-satunya bidadari dalam hati ini," ucap Azam sambil mengelus kepala Aisyah yang dibalut dengan hijab.

.

.

...TO BE CONTINUE...

...🌸🌸🌸...

Terpopuler

Comments

Hanipah Fitri

Hanipah Fitri

siapa perempuan itu ya bikin penasaran

2023-02-18

1

abdan syakura

abdan syakura

aihhh males deh lihat Azam
jujur kok susah sih?

2023-01-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!