Selama di kampus Aisyah masih memikirkan tentang wanita yang bersama suaminya kemarin. Selama menikah ia tak pernah melihat suaminya dekat dengan wanita lain.
"Itu kenapa muka kusut kayak gitu? Bukanya udah baikan? Atau gak dapat jatah?" goda Nabila yang mengayunkan langkahnya agar menyamai langkah Aisyah.
Tak ada jawaban dari Aisyah, rasa kesal masih bersemayam di hatinya. Nabila sebagai sahabat yang sudah mengenali Aisyah sudah paham jika saat ini sahabatnya sedang memikirkan sesuatu.
Langkah kaki terhenti di sebuah sudut meja kantin. Tempat yang menurutnya lebih nyaman.
"Bakso super double!"
Seorang pelayanan menganggukkan kepalanya pelan.
"Serius nih? Satu aja gak pernah abis, ini minta yang double," ledek Nabila
"Siapa bilang? Kamu belum tahu Aisyah sesungguhnya!"
Mungkin kali ini dengan makan ia bisa melupakan prasangka buruk terhadap suaminya.
Selama ini Nabila tak pernah melihat Aisyah kesal hingga seperti ini. Biasanya jika sedang berantem dengan Azam ia hanya mengajaknya ke mall atau menonton saja. Namun, berbeda dengan kali ini yang larut dalam berhari-hari.
"Ais, kamu kalau ada masalah cerita dong! Apa gunanya kita bersahabat tapi kamu masih saja tertutup seperti ini!" protes Nabila.
Hembusan napas kasar terdengar dengan jelas. "Aku tuh masih penasaran sama cewek kemarin, Bil. Mas Azam tak pernah bercerita tentangnya. Namun, akhir akhir ini kayaknya mereka sering bertemu tanpa sepengetahuanku deh. Dan hari ini kayaknya mereka akan bertemu kembali."
Penuturan Aisyah membuat Nabila sedikit tak percaya. Sebab, selama ini yang ia tahu bahwa pak Azam sangat mencintai Aisyah dan tak akan mungkin untuk mendua.
"Mungkin hanya mahasiswi bimbingannya atau rekan bisnis saja. Kamu jangan berpikir berlebihan, Ais!"
Nabila terbelalak melihat Aisyah menuang cabe berlebihan pada mangkoknya.
"Awas sakit perut!" pesan Tika.
"Biar aja dari pada sakit hati!" Aisyah hanya asal menjawab namun rasanya begitu sesak.
🍁🍁
Sementara itu Azam masih berkutat di depan laptopnya. Setelah acara rapat dengan pak Handoyo selesai, Azam segera mengasingkan diri di ruangannya dan tak ingin diganggu oleh siapa pun.
Setelah mendengar bahwa cafe mengalami penurunan dratis dan pengeluaran melambung tinggi, Azam merasa ada yang janggal dengan semua kejadian tersebut.
Menurut penuturan pak Handoyo kemungkinan sedang ada orang dalam yang sedang bermain. Namun, semua itu juga belum tentu pasti karena masih kemungkinan saja.
Waktu sudah hampir sore namun Azam masih fokus dengan laptopnya. Semua panggilan ia abaikan termasuk panggilan dari istrinya. Bukan sengaja tak ingin menjawab, tetapi saat ini ponsel sedang berada dalam mode silent.
Sudah bisa dipastikan bagaimana reaksi Aisyah setelah panggilannya tak dijawab dan pesannya tak di balas oleh sang suami. Pikirannya pasti akan menembak jika suaminya sedang bersama dengan wanita.
Satu hari tanpa ada kabar dari Azam sudah membuat dirinya seperti orang gila yang selalu mengumpat sendiri. Bahkan Aisyah terlihat tak bersemangat untuk melewati harinya.
Ini bukan kali pertama Aisyah di tinggal Azam sendirian di rumah. Sebelumnya Azam sering menginap di asrama, tetapi rasanya tak segila hari ini.
Tepat pukul lima sore tak ada tanda-tanda kepulangan suaminya Aisyah pun segera mengganti gamisnya dengan celana panjang.
Di raih kunci yang menggatung di dinding dan tak lupa ia menyambar jaket serta helmnya.
Cinta memang membuat kita rela melakukan apa saja. Termasuk menyusul Azam ke Caffe yang jarak tempuhnya hampir dua jam dari rumahnya. Sekalipun Aisyah harus menempuh jarak waktu 24 jam, Aisyah tidak peduli. Yang penting ia bisa melihat jika suaminya aman dari pelakor.
Beberapa kali Aisyah harus bersabar kala lampu merah harus menghalangi jalannya.
Pikirannya harus segera sampai, sebab cuaca sudah mulai gelap sepertinya akan turun hujan.
Andaikan saja pria yang ingin ia susul bukanlah Azam, mungkin Aisyah tak akan se-nekat ini menerobos petangnya hari dengan kecepatan tinggi.
Beruntung saja hanya gerimis ringan yang mengiringi jalannya hingga motor memasuki parkiran sebuah cafe.
Ini adalah kali kedua Aisyah datang ke cafe milik suaminya setelah dirinya menikahi pemilik Caffe tersebut. Bahkan para pelayan saja tak mengenali dirinya, kecuali hanya pak Handoyo yang ia kenali.
"Selamat datang Nona silahkan duduk. Mau pesan apa?" tanya seorang pelayan yang menyambut kedatangan Aisyah. Namun, karena kedatangan Aisyah hanya untuk memastikan jika suaminya baik-baik saja ia tak menghilangkan pertanyaan pelayan. Matanya terus mencari cari sosok Azam yang tak terlihat.
"Silahkan, Nona. Mau pesan apa?" ulang pelayan sambil menyodorkan daftar menu kepada Aisyah.
"Saya kesini tidak ingin makan atau pun minum. Saya kesini mencari pemilik cafe ini!" ketus Aisyah.
"Anda sudah membuat janji dengan beliau?" tanya pelayan.
Aisyah hanya menggeleng. "Belum," ucapannya dengan pelan.
Pelayan pun menertawakan ucapan Aisyah. "Jika Anda belum membuat janji, mohon maaf anda tidak bisa bertemu dengan beliau."
Kali ini Aisyah berdiri dan menatap tajam kearah sang pelayan. Ingin rasanya ia memaki untuk melampiaskan kekesalannya.
"Oh, ya? Termasuk saya?"
"Memangnya Anda siapa? Asal anda tahu, Bos kami telah menikah. Saya tahu Mbak itu cantik, tapi tolong jangan godain suami orang!" ketus pelayan dengan sinis.
Aisyah mengepalkan tangannya. Ingin rasanya detik itu juga ia menampar mulut perempuan yang tidak beretitud. Entah bagaimana bisa, orang yang orang yang tak beretitud bisa bekerja di cafe milik suaminya.
Perdebatan Aisyah dan pelayan pun mengundang beberapa mata untuk menyorotnya. Hingga Revan kepala pelayan turun tangan.
"Maaf ada apa, Ria?"
Pelayan yang bernama Ria hanya tertunduk.
"Maaf pak, Mbak ini kesini untuk bertemu dengan pak bos, namun ia belum membuat janji."
"Apakah sudah ada janji sebelumnya dengan pak Azam?" tanya Revan.
"Belum. Memang harus ada janji dahulu?" Aisyah semakin tak mengerti kenapa begitu sulit untuk menemui suaminya sendiri.
"Pak Azam saat ini sedang tidak ingin diganggu. Jika Anda belum membuat janji, silahkan Anda keluar!" usir Revan
Deg!
Jantung Asiyah seakan ingin berhenti sampai di sini ketika dirinya sedang diusir di cafe milik suaminya sendiri. Namun, Aisyah tidak menyalahkan para pegawai cafe,karena mereka memang tidak tahu siapa Aisyah sebenarnya. Namun, karena keinginannya bertemu dengan suaminya dihalang-halangi, Aisyah berpikir jika saat ini suaminya berduaan dengan wanita lain.
Aisyah segera berjalan hendak mencari dimana ruangan Azam berada. Namun, lagi-lagi langkahnya terhalangi oleh Ria dan Revan.
"Maaf Mbak mau kemana? Jangan lancang!" bentak Revan.
"Kamu yang seharusnya jangan lancang! Kalian itu hanya pelayan di sini, dimana etitud kalian? Aku ini istri bos Kalian!" bentak Aisyah yang sudah tidak tahan sikap dua orang yang menghalangi dirinya.
Ria dan Revan tertawa malah menertawakan Aisyah. "Mbak jangan ngaku ngaku istri bos kami. Gak mungkin istrinya masih bocah kayak gini!" cibir Ria.
Aisyah naik pitam. Ingin rasanya mencakar mulut Ria. Lihat saja nanti!
"Setahu saya istrinya bos itu lemah lembut dan anggun tidak seperti ini!" Lagi lagi Ria mengejek.
Aisyah memperhatikan dirinya. Memang ia sengaja menggunakan celana hitam panjang yang di padukan dengan kaos merah bergambar Miky mouse serta hijab pashmina berwarna hitam.
Tak ada yang salah!
"Baiklah silahkan kalian panggil bos kalian saya akan tunggu di sini!" tantang Aisyah.
...TO BE CONTINUE...
...🌸🌸🌸...
...Jan lupa like dan komen-nya ya ☺️ !!!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
ipit
emang berapaan sih thor beda umurnya aisyah sama Azam.....🤭sampai dbilang bocil......
2023-01-28
1
Pujiastuti
wah istri bos dilawan bahaya buat kalian berdua 😁😁😁😁
2023-01-27
1