Aisyah bernapas lega saat lembar tugas sudah berada di tangannya, meskipun ia harus ke ruang dosen untuk mengambil kertas tersebut.
beruntung saja tadi Azam melihat tugas Aisyah dan membawanya. Jika tidak, mungkin saat ini ia akan melihat istri kecilnya dijemur di lapangan basket, seperti beberapa hari yang lalu.
"Nasib baik masih berpihak padamu Ais," bisik Nabila.
"Suamiku memang suami siaga tau," bisik Aisyah pelan.
"Hai calon bidadari surga, bolehkah babang tamvan ikut gabung?" Alex, seorang mahasiswa satu jurusan dengan Aisyah menarik meja di depannya dan langsung menghadap kearah Aisyah.
"Sadar diri dong Al ! Aisyah itu udah ada yang punya!" ketus Nabila penuh rasa tidak suka pada pria yang mempunyai nama lengkap Alexander Bright Gell.
"Biar saja. Aku tidak peduli! Selama janur kuning belum melengkung, aku siap menikung." Canda Alex dengan tawanya.
Aisyah hanya tersenyum mendengar ucapan Alex. Andai saja dia tahu jika saat ini ia sudah menikah dan suaminya adalah salah satu dosen di kampusnya, mungkin nyali Alex akan langsung menciut.
"Tuh si eneng cantik aja kagak keberatan tersenyum. Berarti Aisyah gak keberatan kan?" goda Alex kembali
Nabila hanya membuang napas beratnya. Jika diteruskan, tak akan ada habisnya untuk menanggapi orang seperti Alex yang mempunyai selera humor tinggi.
"Meskipun Ais tidak merasa keberatan, tetapi aku sangat keberatan karena merasa sangat muak dengan wajahmu!" cibir Nabila yang belum puas berdebat dengan Alex.
"Bil, udah! Gak usah diladenin!" tegur Aisyah.
Nabila pun mendesah dengan kasar sambil mengerucutkan bibirnya saat menatap wajah Alex yang sok imut.
Satu Jam kemudian ....
Tak terasa sesi jam pertama telah usai. Aisyah segera mengemas tas, tujuan utama adalah cafe yang berada di samping kampusnya. Tak dihiraukan lagi panggilan dari Nabila dan Sisil yang terus memanggil namanya. Karena saat ini dirinya harus segera tiba di cafe sebelum ada yang mengikutinya.
Setelah sampai di cafe ia pun langsung memesan sebuah minuman untuk melepaskan dahaganya. Tiga puluh menit berlalu, perut Aisyah sudah berdemo. Sementara sampai detik ini yang ditunggu belum juga menampakkan batang hidungnya.
Beberapa kali Aisyah mencoba menelepon suaminya, namun tak ada jawaban.
"Huh!"
Akhirnya Aisyah memutuskan memesan makanan tanpa peduli lagi dengan Azam yang tak kunjung datang.
Mungkin dia sedang sibuk. Sisi positif Nuri meredamkan emosinya. Namun, hatinya terasa sangat panas ketika sang suami tidak memberikan kabar. Jika tahu tidak bisa datang, Aisyah tidak akan membiarkan dirinya seperti orang linglung tanpa seseorang yang menemaninya makan.
Untuk meredakan rasa panas di dalam dada, sepulang kuliah Aisyah memutuskan untuk jalan ke Mall untuk menghibur diri. Mungkin dengan cara seperti itu ia bisa melupakan rasa kesalnya kepada sang suami.
Setelah gagal makan siang bersama suaminya, Aisyah mengajak Nabila untuk mengelilingi Mall sambil cuci mata melihat yang bening-bening
"Wah, gamisnya bagus banget," gumam Nabila dengan kagum.
Aisyah pun meneliti setiap helainya. "Iya. Sesuai harga. Harganya juga bagus banget," tawa Aisyah.
Keduanya sudah beberapa kali mengelilingi toko baju, namun tak ada satu baju pun yang mereka beli.
"Ini bagus gak Ais?" tanya Nabila seraya menunjukkan sebuah kepada Aisyah.
"Bagus," jawab Aisyah cepat.
Namun, mendadak Nabila meletakkan kembali gamis setelah melihat bandrolnya. Aisyah menakutkan alisnya.
"Kenapa?" tanya Aisyah
"Gak sesuai kantong Ais." Nabila melangkah pergi meninggalkan gamis yang tergantung kembali di tempatnya.
Aisyah yang mengetahui keadaan tersebut segera mengambil gamis yang di letakkan Nabila, kemudian mengambil dua buah gamis dengan warna yang berbeda.
Nabila memilih keluar lebih awal, sementara Aisyah masih menunggu antrian di depan kasir untuk membayar belanjaannya. setelah berhasil melewati antriannya, Aisyah pun langsung menyusul ke arah Nabila yang sudah menemui di luar.
"Bil, cari minum dulu yuk, haus!" ajak Aisyah. Nabila langsung mengiyakan dan mengikuti setiap langkah Aisyah hingga langkahnya terhenti di depan sebuah restoran ala korea.
"Yakin cuma mau minum doang?" Nabila menautkan kedua alisnya. "Yang ada ngisi perut juga kan?" lanjut Nabila lagi.
Aisyah hanya tertawa pelan mengingat hobinya yang doyan makan.
"Udah sore, perutku udah pada demo lagi," cengir Aisyah tanpa malu.
Tak butuh waktu, keduanya langsung masuk ke sebuah restoran ala Korea yang berada di dalam mall. Tak berapa lama menunggu lama pesanan keduanya pun telah terjadi di atas meja.
Namun, saat Aisyah ingin menyuapkan makanan ke dalam mulut gerakannya terhenti di udara dengan bola mata yang membuat lebar.
Tatapan tajam seolah memastikan pandangannya salah atau tidak. Dan ternyata tidak salah.
Aisyah meletakkan kembali sendok di mangkoknya.
"Dasar!" kesalnya sambil dengan kasar.
Nabila tak mengerti dengan perubahan sahabatnya pun bertanya, "Kenapa?"
Aisyah mengerucutkan bibirnya sambil menunjuk ke sebuah bangku yang ada di belakang Nabila.
"Astaga!" Nabila langsung menutup mulutnya dengan rasa terkejut. Namun, dengan cepat ia menghibur Aisyah agar tetap berpikir positif.
"Mungkin itu hanya mahasiswa bimbingannya saja." Nabila mencoba menenangkan Aisyah yang tengah dilanda panas kuadrat didalam dadanya.
Ya, di bangku belakang Nabila ada seorang wanita tanpa hijab dan berpakaian sedikit membentuk lekuk tubuhnya sedang berbincang dengan Azam—suami Aisyah.
"Pantas saja panggilanku tak di jawab ternyata dia sedang sibuk disini!" Kini wajah Aisyah berubah lesu.
"Jangan suudzon! Siapa tau dia memang tak mendengar panggilan telepon mu, Ais."
"Ok, kita coba telepon lagi ya!" Aisyah segera menekan layar ponselnya dengan mata tetap tertuju kearah Azam
Benar saja ponsel Azam berdering, pria itu hanya menatap layar ponselnya lalu membiarkan sampai nada itu mati sendiri.
"Tuh kan, kamu liat sendiri, Bil. Mas Azam sengaja mengabaikan panggilanku." gerutu Aisyah sudah merasa geram. Ingin sekali rasanya untuk menghampiri Azam dan berteriak di depan pria itu mengapa dia mengatakan panggilan teleponnya. Namun, Aisyah masih bisa menahan diri untuk tidak emosi berlebihan.
Aisyah menarik napas dalam lalu mengeluarkan dengan kasar. Ini tidak bisa di biarkan! Mas Azam harus diberi pelajaran! Lihat nanti ya, Mas! Ancam Aisyah dalam hati.
Setelah menghabiskan semua pesanan, Nabila dan Aisyah segera meninggalkan restoran tersebut dengan perasaan campur aduk.
.
.
...To Be Continue...
...🌸🌸🌸...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Hanipah Fitri
masih nyimak
2023-02-18
0
abdan syakura
Sabar,Ais.......
2023-01-27
1