"Awas lo, ngak urusan kita belum selesai, jangan harap Lo bisa tenang, kita bakalan balas dendam, dan bikin Lo nyesel udah ikut campur dalam urusan gue" Si preman berniat untuk lari tapi sayangnya ia tak membiarkan mereka kabur begitu saja, ia tak ingin memiliki masalah di masa depan dan tak ada kata kata lain kali dalam kamus kehidupannya, jika susah di depan mata ia hanya perlu melumpuhkannya dan memberikannya ke pasar pihak yang berwajib, melihat sebuah keributan sebuah mobil berhenti di dekat mereka
"Selamat siang, apa yang terjadi?" Ucap seorang pemuda yang keluar dari mobil, siapa yang menyangka jika pengemudi mobil hitam tersebut adalah seorang polisi yang menggunakan pakaian lengkap
"Percobaan penculikan pak" Si polisi langsung memborgol kedua preman dan membawanya ke mobil, preman itu masih di alam bawah sadarnya dan tentu saja harus di hukum sesuai peraturan yang ada
"Terimakasih atas kerja sama anda, mereka adalah tahanan yang melarikan diri, lain kali jangan gegabah" Ucap si polisi dengan nada pelan, dan ini kata kata yang sering keluar dari mulut para polisi
"Sama sama pak" Lia tersenyum sopan, meskipun di dalam hatinya mengatakan hal yang sebaliknya, ia harus menujukan kesopanannya pada lawan bicara,
"Sekarang mari ikut ke kantor polisi untuk menjadi saksi atas kejahatan yang telah di lakukan oleh kedua tahanan ini"
"ah, maaf banget pak, kita sedang buru buru banget, kalo mau bukti lebih baik bapak periksa CCTV aja ya, maaf banget sebelumnya" Ucap Lia dengan nada pelan, inilah yang membuatnya sedikit Engan, selalu saja seperti ini, setiap membantu maka ia akan terseret dan di panggil ke kantor polisi, dan akhirnya?, bikin semua orang cemas dan buang waktu, banyak hal yang bisa ia lakukan selain menghabiskan waktu dengan bolak balik ke kantor polisi
"Ah baik jika demikian, dan terimakasih atas kerja samanya, di masa mendatang jika hal ini kembali terulang segera hubungi pihak kepolisian karena ini terlalu berbahaya" Ucap si polisi dengan nada pelan, dan Lia bahkan hanya menggukan kepalanya Tampa mau protes
"Kalo nunggu polisinya datang mati duluan lah gue, serba salah kalo gini, ngelawan salah ngak ngelawan salah, kalo dia yang mati kita yang di penjara kalo kita yang mati ya kitanya yang rugi" terkekeh pelan, penyataan si polisi memang terdengar begitu lucu baginya, tapi yasudah lah, biarkan selesai sampai disini, tak perlu memperpanjang kan masalah yang tak berguna
"Kami permisi" Ucap sang polisi berlalu membawa ke dua tahanan itu kembali ke tempat asalnya
"Alif takut" Ucap Alif dengan nada lirih, ia memandang bocah bernama Alif itu dengan tatapan iba, ia kembali menarik Alif kedalam pelukannya, membisikan beberapa kata untuk mengangkat bocah malang ini
"Sekarang kamu minum dulu biar tenang" Ucap Lia sembari mengulurkan sebotol air mineral, bocah ini sudah berlari dan berada dalam ketakutan di waktu yang cukup lama dari itu ia butuh air
"Kak, mereka ngak bakalan balik lagi kan?" Ucap si bocah dnegan nada pelan
"Kamu tenang aja, kamu lihat sendiri kan kalo kedua orang jahat tadi udah di masukin ke dalam penjara, sekarang kamu bisa aman, dan apus air matanya, masak ia masih nangis, udah kelamaan loh" Ucap Lia lagi, dan dengan segera Alif menghapus air matanya
"Lain kali jangan sendirian di jalanan, banyak orang jahat yang suka mengambil keuntungan, orang tua kamu mana?" Ucapnya dengan nada pelan, sembari mengambil botol minuman yang di ulurkan Alif dan menutupnya kembali
"Ayah Alif masih kerja, dan bakalan balik malam" Ucapnya sembari meneguk air mineral yang di berikan oleh Lia
"Ibu?" Ucap Lia lagi, ia tau jika seorang ayah memang memiliki kemungkinan besar untuk sibuk, karena harus bekerja dan memberi nafkah pada keluarga mereka, namun ibu?, bagai mana dengan ibu si bocah, mengapa si bocah terlihat begitu menyedihkan seperti ini
"Ayah bilang Bunda Alif udah sama Tuhan, ibu udah di sana" ia menunjuk keatas langit, Lia merasa menyesal karena mempertanyakan perihal ini, ia bahkan masih terlalu muda untuk menghadapi kenyataan, ia masih sangat memerlukan perhatian kedua dari orang tua, namun sayang ia malah di paksa menjadi kuat saat kepergian ibu dan kesibukan ayahnya
"Trus yang biasa jemput siapa" Membenahi rambut Alif yang sedikit berantakan akibat berlarian tadi
"Pak maman, tapi dari tadi pak maman ngak dateng dateng, trus Alif di kejar sama mereka dan setelahnya sampe sini" Ia berucap dengan wajah nan begitu polos, Lia mengelus rambut itu sembari membalas senyuman
"Lain kali kamu ngak boleh keluar gerbang ya kalo belum ada yang jemput, bahaya banget tau" Ucap Lia dengan nada lembut, sedangkan Alif?, bocah itu bahkan hanya menggukan kepalanya dengan patuh, memang benar, jika ia keluar dari gerbang sekolah Tampa pengawasan adalah hal yang sangat berbahaya, jika hal buruk terjadi maka penyesalan ayahnya bahkan tak akan pernah berguna lagi
"Anak pintar" Lia terkekeh pelan sembari merapikan paian dan tatanan rambut milik bocah yang ia selamatkan ini
"Kakak, makasih banyak ya kak, makasih karena kakak udah mau bantuin Alif" Ucap Alif dengan nada pelan dan Lia lagi lagi membalasnya senyuman ringan
"Hm kalo gitu, sekarang kakak antarin pulang ya, kakak ngak mungkin ninggalin Alif di sini sendiri" ia sudah membuat anak ini celaka, dari itu ia harus menebusnya dengan mengantarkan Alif kembali ke rumah dan memastikan jika si Alif akan sampai di rumah dengan selamat
"Beneran kak?, hore" Ucap Alif dengan begitu ringan, kini tersenyum lebar seolah tak terjadi hal mengerikan di hari ini
"Rumah Alif di mana?" Lia berucap pelan, akan sangat memusingkan bukan jika mengantarkan bocah Tampa tau alamat rumahnya
"Jalan Pattimura nomor 15" Dengan semangat empat lima dan segera naik ke motor, ia bahkan tak pernah menaiki benda ini, selama ini ayahnya melarang menaiki benda ini, ia sering melihat benda ini di jalanan namun bahkan belum pernah mencoba naik ke atasnya
"Mari berangkat" Alif berucap dengan begitu semangat, ia sangat bersemangat karena hati ini ia bisa pergi menggunakan motor, benda ajaib yang bahkan sangat ingin ia Naki, namun selama ini sang ayah melarang dengan dalih kesehatan dan keselamatan dunia
"Pegangan yang kenceng, roket udah mau meluncur" Ucap ia dengan penuh kegirangan, dan setelahnya ia segera Memutar kan gas motornya ke alamat yang di sebut, tak berselang lama motor terhenti di depan sebuah rumah mewah
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments