Bab.3 ~Berangkat ke Jakarta

Aliyha melangkah keluar kantor itu, menuju jalan kembali ke rumah kontrakan milik Refika. Dia akan memikirkannya nanti, soal pekerjaan itu. Di terima atau mencari pekerjaan lain.

Di jalan, Aliyha memikirkan tawaran untuknya bekerja. Apakah dia harus pergi dengan keadaannya sekarang? Atau mencari pekerjaan lain di kota itu. Aliyha sangat bingung, dia mengalami dilema antara memilih pekerjaan itu atau mencari pekerjaan lain.

"Bagaimana bisa, aku meninggalkan Refika yang sudah membantuku? Dan, lagipula aku tidak mengenal siapapun di sana." batin Aliyha.

Dia terus berjalan, hingga sampai halte. Menunggu angkutan umum untuk kembali ke rumah Refika.

*

Malam hari, di kontrakan Refika. Aliyah dan Refika sedang memasak makan malam untuk mereka berdua.

"Al, gimana sama kerjaanmu?" tanya Refika.

"Oh, iya. Nanti aku mau ngomong sama kamu..."

"Apa?" tanya Refika penasaran.

"Nanti, deh. Selesai makan," Aliyha pikir, dia harus bicara baik-baik dengan Refika. Jangan sampai Refika berpikir jika dia akan meninggalkannya setelah mendapatkan pekerjaan.

*

Selesai makan malam, Aliyha mengajak Refika mengobrol di ruang tamu.

"Kamu mau ngomong apa, Al? Kayaknya serius banget," ucap Refika.

"Aku mau ngomong soal pekerjaan," jawab Aliyha.

"Iya, ngomong aja. Emang ada apa dengan pekerjaanmu? Kamu tidak suka?" Refika sangat penasaran.

"Aku belum menerima pekerjaan itu. Aku mau minta saran, sama kamu. Mereka suruh aku balik dua hari lagi," ujar Aliyha.

"Trus, kenapa? Kamu nggak suka? Menurutku, ya. Selagi pekerjaan itu baik buat kamu, kamu terima aja. Cari kerjaan itu susah, loh. Kapan lagi ada kesempatan!" Jelas Refika panjang lebar.

"Iya, sih. Kerjaannya bagus, malahan bagus banget. Aku di terima sebagai kepala gudang, tapi..." Aliyha menjeda ucapannya.

"Tapi, tapi apa?" tanya Refika bingung.

"Bukan di sini, tapi di Jakarta."

"What! Jakarta!" kejut Refika.

"Itulah yang buat aku dilema. Gimana, ya? Aku rasanya tidak bisa..."

"Kalau belum di coba, gimana kamu tau bisa apa nggaknya! Aliyha..., itu kesempatan yang jarang yah, didapat. Ke Jakarta dan langsung kerja. Kapan lagi, ada kesempatan itu!" ucap Refika, menjelaskan lagi.

"Trus kamu bagaimana? Masa kamu, aku tinggalin. Setelah bantuin aku, saat susah. Nanti di kira aku nggak tau diri lagi," jelas Aliyha.

"Hei, ngomong itu yang bener. Siapa yang bilang kamu tidak tahu diri? Kamu tau, Aliyha. Kamu itu sahabat terbaik. Dulu waktu aku susah, kamu juga yang bantuin aku. Dan terus terang, ya. Aku khawatir, jika belum ada pekerjaan antara aku atau kamu. Biaya melahirkan dan mengurus anak itu besar, dan aku hanya kerja restoran sebagai waiters, nggak mungkin membiayai kelahiran anak kamu nanti." Jelas Refika dan Aliyha hanya menjadi pendengar yang baik.

"Aku, bukannya nggak suka kamu di sini. Tapi, kehidupan kita tidak memadai. Aku hanya ingin yang terbaik, untuk kamu dan anak kamu nanti," lanjut Refika.

"Hiks..."

"Loh, kok nangis sih?" Refika bingung, mungkin dia, ada salah dengan kata-katanya yang membuat Aliyha menangis tiba-tiba. Refika merengkuh kepala Aliyha dan menyandarkan di pundaknya sambil mengelus lembut.

"Tapi..., aku nggak punya siapa-siapa di sana. Dan... keadaanku yang seperti ini," ujar Aliyha dalam tangisnya.

"Cup-cup, walau tidak kenal siapapun, tapi tidak semua orang di sana itu jahat. Mereka pasti akan mengerti dengan keadaan kamu, dan nanti kalau sudah dekat dengan hari kelahiran, hubungi aku aja. Kalau aku nggak ada kerjaan, aku akan pergi untuk nemenin kamu..."

"Kalau kamu ada kerjaan, berarti nggak pergi dong?" Rengek Aliyha.

"Ya, elah, Neng. Nanti kita cari solusi, kan bisa minta izin. Pikirin yang skarang dulu, kali. Rejekinya mau kabur, tuh... lama-lama mikirinnya," canda Refika membuat Aliyha tersenyum kecil.

"Gimana sekarang? Trima aja, yah, kerjaannya." Refika menatap Aliyha dengan mengangkat kepalanya.

Aliyha mengangguk setuju, tapi wajahnya masih dengan kecemasan.

"Udah, jangan takut. Yang semangat, dong. Kalau gajian jangan lupa transfer, ya..." canda Refika. "Eh, jangan. Entar di kira aku minta ganti rugi lagi... dan jangan pikir aku ngusir kamu, ya."

"Iya, Mak. Aku tau kok, maksud kamu."

"Eh, maksudnya apa, tuh?" Refika menyelingkan matanya pada Aliyha.

"Maksud kamu itu... baik, buat aku." Aliyha mendekap pundak Refika lagi dan mereka tersenyum bersama.

*

*

Aliyha telah menerima pekerjaannya, dan hari ini adalah hari di mana, dia akan berangkat ke Jakarta.

"Refika, doain aku, ya. Sebenarnya aku masih takut untuk pergi," ujar Aliyha dengan menggenggam tangan Refika.

"Iya, aku slalu doain kamu, kok. Jaga ponakan aku baik-baik, ya. Kamu juga, kesehatan. Jangan capek-capek dan..., semoga sukses." ucap Refika tulus.

"Iya, makasih ya." Aliyha meraih tubuh Refika dan mereka saling berpelukan.

"Jangan lupa, hubungin aku kalau sudah sampai," sambung Refika.

"Pasti. Kamu yang terbaik." Aliyha menarik kopernya, menaiki bis menuju Jakarta seraya melambaikan tangannya pada Refika dan mendapatkan balasan juga.

Aliyha memilih jalan darat dari pada menaiki pesawat, itu atas saran Refika. Selain Aliyha yang takut untuk naik pesawat, dia juga khawatir dengan kandungannya.

*

*

Refika kembali ke rumahnya kontrakannya. Hari ini dia meminta izin pada bosnya untuk tidak masuk bekerja, alasannya untuk mengantarkan adiknya berangkat ke Jakarta.

Refika sedang berbaring di sofanya sambil bbermain ponsel, dan tiba-tiba bunyi ketukan pintu terdengar di telinganya.

"Ibu...," sapa Refika saat membuka pintu.

"Refika..." sapa Salma yang berdiri di depan pintu.

"Bu, mari masuk, Bu. Maaf, kontrakan saya hanya begini, Bu. Tidak Besar. Silahkan duduk, Bu." Refika mempersilakan Salma duduk di sofa.

"Tidak apa. Kita sama... Besar atau kecilnya rumah, yang penting nyaman untuk di tinggali."

Refika beranjak ke dapur, mengambil air pitih untuk Salma, karena saat ini memang hanya itu yang ada di rumahnya. Refika meminta kasbon dari tempat kerja barunya, namun bukan untuk kebutuhannya, melainkan hanya untuk memberikan aliyha uang pegangan, padahal saat ini dia juga sangat membutuhkan uang untuk sehari-hari.

"Maaf, Bu. Hanya ada air putih, tidak ada yang lain." Refika duduk seraya memberikan gelas yang berisi air.

"Tidak apa... Ibu ke sini, mau bertanya sama kamu," ujar Salma memulai percakapan.

"Apa ya, Bu?" tanya Refika.

"Apa Aliyha tinggal sama kamu?" tanya Salma sambil melirik ke sekitarnya, seperti mencari sesuatu.

"Aliyha... Sebenarnya, iya Bu. Tapi..., sekarang Aliyha sudah pergi, Bu." jawab Refika.

"Pergi! Pergi ke mana?" kejut Salma sambil bertanya.

"Aliyha pergi ke kota, Bu. Dia dapat kerjaan di sana," jelas Refika. Salma begitu tegang mendengar jawaban Refika.

.

.

.

.

Jangan lupa, Like, Coment and Votenya...

Hadiahnya juga, ya😊

By... By...

Episodes
1 Bab.1 ~Hamil
2 Bab.2 ~Panggilan kerja
3 Bab.3 ~Berangkat ke Jakarta
4 Bab.4 ~Singkat
5 Bab.5 ~Tempat tinggal baru
6 Bab.6 ~Buaya buntung
7 Bab.7 ~Ke klinik
8 Bab.8 ~Pelukan
9 Bab.9 ~Cari tempat tinggal baru
10 Bab.10 ~Melahirkan
11 Bab.11 ~Baby sister
12 Bab.12 ~I love you, Bunda
13 Bab.13 ~Daniel Ravendra
14 Bab.14 ~Pimpinan baru
15 Bab.15 ~Di ruang Miting
16 Bab.16 ~Foto di bingkai
17 Bab.17 ~Kejadian di ruangan Daniel
18 Bab.18 ~Pindah posisi
19 Bab.19 ~Lamaran Satya
20 Bab.20 ~Menjadi sekertaris
21 Bab.21 ~Lembur
22 Bab.22 ~Venya
23 Bab.23 ~Kecewa
24 Bab.24 ~Pantai
25 Bab.25 ~Pantai 2
26 Bab.26 ~Basah
27 Bab.27 ~Bertemu Darel
28 Bab.28 ~pindah kontrakan
29 Bab.29 ~Keluarga Satya
30 Bab.30 ~Pesta barbeque
31 Bab.31 ~Dia juga anakku
32 Bab.32 ~Aliyha pergi
33 Bab. 33 ~Lima tamparan
34 Bab.34 ~Menyusul Aliyha
35 Bab.35 ~Di rumah Aliyha
36 Bab.36 ~Renika, Rebika, Resika
37 Bab.37 ~Tidak butuh
38 Bab.38 ~Keputusan
39 Bab.39 ~Pinalti
40 Bab.40 ~Memiliki Anak di luar sana
41 Bab.41 ~Meninggalkan Darel
42 Bab.42 ~Regina terjebak
43 Bab.43 ~Ratu Putri Regina Wirawan
44 Bab.44 ~Dua tamparan
45 Bab.45 ~Surat perjanjian kerja
46 Bab.46 ~Tidak di restui
47 Bab.47 ~Mulai bekerja
48 Bab.48 ~Bonus 500 juta
49 Bab.49 ~Pernikahan Daniel
50 Bab.50 ~Perjodohan
51 Bab.51 ~Kecewa
52 Bab.52 ~Pindah ke mansion
53 Bab.53 ~Lesehan
54 Bab.54 ~Terkaya se-asia
55 Bab.55 ~Bercanda
56 Bab.56 ~Darel dan Kenan
57 Bab.57 ~Vila
58 Bab.58 ~Ambilin jiwaku
59 Bab.59 ~Perjodohan
60 Bab.60 ~Lagi...
61 Bab.61 ~Kembali Jakarta
62 Bab.62 ~Memberitahu Aliyha
63 Bab.63 ~Tidak ada rasa
64 Bab.64 ~Di taman
65 Bab.65 ~Rasa balas budi
66 Bab.66
67 Bab.67 ~Memutuskan hubungan
68 Bab.68 ~Kenan pergi
69 Bab.69 ~Inget om Kenan
70 Bab.70 ~Mencoba menerima
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Bab.1 ~Hamil
2
Bab.2 ~Panggilan kerja
3
Bab.3 ~Berangkat ke Jakarta
4
Bab.4 ~Singkat
5
Bab.5 ~Tempat tinggal baru
6
Bab.6 ~Buaya buntung
7
Bab.7 ~Ke klinik
8
Bab.8 ~Pelukan
9
Bab.9 ~Cari tempat tinggal baru
10
Bab.10 ~Melahirkan
11
Bab.11 ~Baby sister
12
Bab.12 ~I love you, Bunda
13
Bab.13 ~Daniel Ravendra
14
Bab.14 ~Pimpinan baru
15
Bab.15 ~Di ruang Miting
16
Bab.16 ~Foto di bingkai
17
Bab.17 ~Kejadian di ruangan Daniel
18
Bab.18 ~Pindah posisi
19
Bab.19 ~Lamaran Satya
20
Bab.20 ~Menjadi sekertaris
21
Bab.21 ~Lembur
22
Bab.22 ~Venya
23
Bab.23 ~Kecewa
24
Bab.24 ~Pantai
25
Bab.25 ~Pantai 2
26
Bab.26 ~Basah
27
Bab.27 ~Bertemu Darel
28
Bab.28 ~pindah kontrakan
29
Bab.29 ~Keluarga Satya
30
Bab.30 ~Pesta barbeque
31
Bab.31 ~Dia juga anakku
32
Bab.32 ~Aliyha pergi
33
Bab. 33 ~Lima tamparan
34
Bab.34 ~Menyusul Aliyha
35
Bab.35 ~Di rumah Aliyha
36
Bab.36 ~Renika, Rebika, Resika
37
Bab.37 ~Tidak butuh
38
Bab.38 ~Keputusan
39
Bab.39 ~Pinalti
40
Bab.40 ~Memiliki Anak di luar sana
41
Bab.41 ~Meninggalkan Darel
42
Bab.42 ~Regina terjebak
43
Bab.43 ~Ratu Putri Regina Wirawan
44
Bab.44 ~Dua tamparan
45
Bab.45 ~Surat perjanjian kerja
46
Bab.46 ~Tidak di restui
47
Bab.47 ~Mulai bekerja
48
Bab.48 ~Bonus 500 juta
49
Bab.49 ~Pernikahan Daniel
50
Bab.50 ~Perjodohan
51
Bab.51 ~Kecewa
52
Bab.52 ~Pindah ke mansion
53
Bab.53 ~Lesehan
54
Bab.54 ~Terkaya se-asia
55
Bab.55 ~Bercanda
56
Bab.56 ~Darel dan Kenan
57
Bab.57 ~Vila
58
Bab.58 ~Ambilin jiwaku
59
Bab.59 ~Perjodohan
60
Bab.60 ~Lagi...
61
Bab.61 ~Kembali Jakarta
62
Bab.62 ~Memberitahu Aliyha
63
Bab.63 ~Tidak ada rasa
64
Bab.64 ~Di taman
65
Bab.65 ~Rasa balas budi
66
Bab.66
67
Bab.67 ~Memutuskan hubungan
68
Bab.68 ~Kenan pergi
69
Bab.69 ~Inget om Kenan
70
Bab.70 ~Mencoba menerima

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!