Bab.2 ~Panggilan kerja

"Aku akan bekerja, untukku dan untuk anak ini. Dia tidak salah, jadi aku akan melahirkannya." Aliyha sudah mempunyai tekad, dan tekadnya sudah bulat.

"Kamar di sini cuma satu, kau mau tidur bersamaku?" tanya Refika dan mendapat anggukan dari Aliyha.

Refika membawah Aliyha masuk ke dalam kamarnya untuk tidur.

*

Matahari pagi telah menyinari, saat ini Refika tengah membuat nasi goreng untuk sarapan mereka berdua.

Aliyha tidur sangat larut, hingga dia tidak bisa bangun di pagi hari, hingga Refika harus membangunkannya untuk sarapan.

"Aliyha, Aliyha." Refika menguncang pelan tubuh Aliyha yang tengah tidur.

"Hm,"

"Ayo sarapan," ajak Refika.

"Maaf..., aku kesiangan," Aliyha segera beranjak dari kasur.

"Tenang saja, aku sudah buat sarapan. Ayo," ajak Refika dengan tersenyum.

"Trima kasih," ujar Aliyha dan langsung memeluknya.

Aliyha dan Refika sarapan bersama, setelah itu mereka pun bersiap-siap untuk mencari pekerjaan.

"Kita jalan ke mana, Fik?"

"Ke mana aja, yang penting ada lowongan pekerjaan untuk kita." Fika meraih lengan Aliyha.

*

*

Dari satu kantor ke kantor lainnya, Aliyha dan Refika mengunjungi setiap kantor yang membuka lowongan untuk, namun belum ada yang cocok dengan bidang mereka.

"Kita ke mana lagi, Fik?" tanya Aliyha yang sudah hampir putus asa.

"Sabar dan yakin. Pasti ada satu dari seribu, dan kita akan mendapatkannya." ucap Refika mengemangati.

"Enak saja! Seribu, banyak sekali." protes Aliyha.

"Iya, seumpamanya!" jelas Refika.

"Hm, ya! Semangat Aliyha!!" dia menyemangati dirinya sendiri dan kembali berjalan bersama Refika.

*

Hari sudah sore, Aliyha bersama Refika tengah kembali ke kontrakan. Aliyha telah meninggalkan berkas lamarannya di sebuah perusahaan yang tidak terlalu besar, tinggal menunggu panggilan.

"Capek banget," ucap Refika setelah terduduk di sofa, sepulang dari berputar-putar mencari pekerjaan.

"Iya, capek." Aliyha mengikuti Refika duduk bersama.

"Gimana? Kenapa kamu tidak memberikan berkasmu tadi?" tanya Aliyha.

"Aku nggak minat. Aku mau kerja yang lain," jawab Refika.

Sebenarnya yang ada di benak Refika, jika dia ingin Aliyha yang mendapatkan pekerjaan itu. Refika sengaja tak memberikan lamarannya, walau pekerjaannya cukup bagus.

*

*

Di rumah Rahman, Salma tak henti-hentinya menangis. Dia meratapi nasib putrinya, kini Aliyha pergi entah ke mana, dia tak dapat mencegah kepergian putrinya itu karena suaminya tak ingin menampung Aliyha lagi.

"Salma, berhentilah menangis!" ujar Rahman yang baru saja sampai di ruang tamu, tempat Salma sedang meratap saat ini.

"Pak! Aliyha anak kita pak! Bapak tega mengusirnya dari sini," ujar Salma dengan terisak.

"Di mana pun dia sekarang, setidaknya dia tidak mendengar gunjingan orang." Rahman kembali berdiri dari duduknya dan berlalu menuju dapur dan Salma terus saja menangis.

*

*

Seminggu kemudian, saat ini Refika sudah bekerja. Refika memilih bekerja di restoran sebelum mendapat pekerjaan yang lebih baik.

Aliyha, masih menunggu panggilan dari perusahaan yang telah menerima berkas lamarannya. Perusahaan itu tidak terlalu besar, tapi untuk saat ini dia akan bekerja apa saja, untuk menyambung hidupnya dan bayinya juga.

Aliyha sedang duduk di ruang tamu, memainkan ponselnya untuk mengusir kebosanan. Tiba-tiba saja ponselnya berdering, nomor tidak kenal masuk ke panggilan ponsel Aliyha.

"Halo," jawab Aliyha di ponselnya.

"...."

"Iya,"

"...."

"Benarkah?" Raut wajah Aliyha berubah, sudut bibirnya terangkat membuat sebuah senyuman.

"...."

"Baiklah. Besok aku akan ke sana," jawab Aliyha.

Tut tut tut tut

"Waaaww!" pekik Aliyha setelah selesai menerima panggilan di ponselnya.

"Refika. Ah, nggak asik banget, sih! Aku sendirian di sini, tidak ada yang bisa di ajak berbagi!" Seru Aliyha yang menyadari Refika sedang bekerja saat ini.

"Tidak apa. Aku akan memberitahunya nanti," Lanjutnya dengan bergumam.

*

Malam hari, kini Refika telah kembali ke rumah kontrakannya sedari bekerja.

"Waaaa!" pekik Aliyha seraya memeluk Refika, saat dia baru saja melangkah di pintu.

"Akh! Kesambet, ya!" kesal Refika.

"Refika-Refika-Refiiika!" pekik Aliyha sangat kencang, hingga para tetangga menegur mereka.

"Woy!!" teriak tetangga sebelah, menegur mereka.

Aliyha langsung menutup mulutnya rapat, sambil cekikikan.

"Ada apa, sih?" Refika kebingungan melihat Aliyha yang begitu gembira.

Aliyha tak menghiraukan Refika dengan kebingungannya, dia terus saja tertawa dengan pelan. Takut jika mendapat teguran lagi.

"Sinting kali!" kesal Refika yang tak mendapat jawaban dari Aliyha.

Refika melangkah masuk, meninggalkan Aliyha di depan pintu.

"Eh, tunggu." Aliyha meraih bahu Refika hingga berbalik padanya.

"Apa Aliyha? Kamu kenapa? Menang lotre, atau dapat gradprize?" tanya Refika, saat ini dia sangat lelah, tapi tidak mungkin dia menunjukan kekesalannya pada wanita yang sedang di rundung masalah itu.

"Fik...!!" Aliyha memeluk Refika dengan erat seraya melompat-lompat di pelukannya. "Fik, aku di terima kerja!!" seru Aliyha dengan girang.

"Haa, benarkah? Slamat, ya." Refika ikut bahagia mendengarnyar dan membalas pelukan Aliyha. "Jadi, kapan kerjanya?"

Aliyha melepas pelukan mereka, seraya mengajak Refika duduk di sofa.

"Besok. Besok aku disuruh ke sana, membicarakan tentang pekerjaanku. Akhirnya, aku dapat kerja juga." jawab Aliyha dengan bahagia.

"Iya, slamat ya. Semoga sukses, besok." ucap Refika tulus.

"Iya, makasih! Nanti aku juga bisa bantuin kamu, kalau udah gajian. Bayar kontrakan dan buat sehari-hari kita." ujar Aliyha.

"Sudah, nggak usah mikirin itu. Kamu juga butuh tabungan, buat si kecil kamu. Nggak usah mikirin yang lain, pikirin aja kesehatan kamu dan si kecil, dan biayanya nanti," ucap Refika seraya memegang perut rata Aliyha.

"Iya, kamu benar. Aku pasti banyak nyusahin kamu, nanti." Aliyha menjadi lesuh saat mengingat dirinya yang sedang mengandung saat ini.

"Sudah, sudah, jangan mewek, nanti jelek. Ayo, kamu sudah makan? Aku bawah makanan," ujar Refika menenangkan Aliyha dan mendapat anggukan dari Aliyha.

*

*

Pagi hari, Aliyha telah siap untuk berangkat menerima panggilan kerjanya.

"Selesai?" tanya Refika yang masuk ke dalam kamar.

"Gimana?" tanya Aliyha balik, memperlihatkan penampilannya.

"Ok." Refika membulatkan jari telunjuk dan jempolnya menghadap Aliyha. "Ayo, berangkat."

*

*

Aliyha tengah duduk berhadapan dengan bagian HRD di kantor yang telah memanggilnya bekerja.

"Baik, Nona Aliyha. Apa anda siap bekerja?" tanya pria di hadapan Aliyha.

"Iya, Pak," jawab Aliyha mantap.

"Apa kamu siap, untuk pindah kota?" tanyanya lagi.

"Apa, Pak? Pindah kota, maksudnya bagaimana, ya?"

"Iya, kami sudah melihat berkasmu dan di kantor pusat Jakarta, memerlukan kepala gudang dan kami rasa kamu cocok untuk itu," jelasnya pada Aliyha.

"Jakarta, tapi saya tidak punya sodara di sana, Pak." jelas Aliyha.

"Tidak apa, di sana kami punya mes untuk para karyawan seperti kalian. Maksud saya, seperti kamu yang dari jauh." jelasnya lagi.

"Baik, Pak. Nanti saya bicara dulu dengan keluarga saya." ucap Aliyha.

"Baiklah, kau bisa konfirmasi dua hari lagi." ujar Pria itu dan Aliyha hanya mengangguk.

Aliyha keluar dari kantor itu, namun perasaannya sangat bimbang. Bagaimana bisa dia pergi ke ibukota dengan keadaannya seperti sekarang, tapi menghilangkan kesempatan yang sudah di depan mata, sangat di sayangkan sama sekali.

Aliyha melangkah keluar kantor itu, menuju jalan kembali ke rumah kontrakan milik Refika. Dia akan memikirkannya nanti, soal pekerjaan itu. Di terima atau mencari pekerjaan lain.

.

.

.

.

Hai, readersku. Dukung author ya...

Dengan Like, Coment and Vote😊

Kembang sama kopinya juga, ya🤗🤗🤗

Episodes
1 Bab.1 ~Hamil
2 Bab.2 ~Panggilan kerja
3 Bab.3 ~Berangkat ke Jakarta
4 Bab.4 ~Singkat
5 Bab.5 ~Tempat tinggal baru
6 Bab.6 ~Buaya buntung
7 Bab.7 ~Ke klinik
8 Bab.8 ~Pelukan
9 Bab.9 ~Cari tempat tinggal baru
10 Bab.10 ~Melahirkan
11 Bab.11 ~Baby sister
12 Bab.12 ~I love you, Bunda
13 Bab.13 ~Daniel Ravendra
14 Bab.14 ~Pimpinan baru
15 Bab.15 ~Di ruang Miting
16 Bab.16 ~Foto di bingkai
17 Bab.17 ~Kejadian di ruangan Daniel
18 Bab.18 ~Pindah posisi
19 Bab.19 ~Lamaran Satya
20 Bab.20 ~Menjadi sekertaris
21 Bab.21 ~Lembur
22 Bab.22 ~Venya
23 Bab.23 ~Kecewa
24 Bab.24 ~Pantai
25 Bab.25 ~Pantai 2
26 Bab.26 ~Basah
27 Bab.27 ~Bertemu Darel
28 Bab.28 ~pindah kontrakan
29 Bab.29 ~Keluarga Satya
30 Bab.30 ~Pesta barbeque
31 Bab.31 ~Dia juga anakku
32 Bab.32 ~Aliyha pergi
33 Bab. 33 ~Lima tamparan
34 Bab.34 ~Menyusul Aliyha
35 Bab.35 ~Di rumah Aliyha
36 Bab.36 ~Renika, Rebika, Resika
37 Bab.37 ~Tidak butuh
38 Bab.38 ~Keputusan
39 Bab.39 ~Pinalti
40 Bab.40 ~Memiliki Anak di luar sana
41 Bab.41 ~Meninggalkan Darel
42 Bab.42 ~Regina terjebak
43 Bab.43 ~Ratu Putri Regina Wirawan
44 Bab.44 ~Dua tamparan
45 Bab.45 ~Surat perjanjian kerja
46 Bab.46 ~Tidak di restui
47 Bab.47 ~Mulai bekerja
48 Bab.48 ~Bonus 500 juta
49 Bab.49 ~Pernikahan Daniel
50 Bab.50 ~Perjodohan
51 Bab.51 ~Kecewa
52 Bab.52 ~Pindah ke mansion
53 Bab.53 ~Lesehan
54 Bab.54 ~Terkaya se-asia
55 Bab.55 ~Bercanda
56 Bab.56 ~Darel dan Kenan
57 Bab.57 ~Vila
58 Bab.58 ~Ambilin jiwaku
59 Bab.59 ~Perjodohan
60 Bab.60 ~Lagi...
61 Bab.61 ~Kembali Jakarta
62 Bab.62 ~Memberitahu Aliyha
63 Bab.63 ~Tidak ada rasa
64 Bab.64 ~Di taman
65 Bab.65 ~Rasa balas budi
66 Bab.66
67 Bab.67 ~Memutuskan hubungan
68 Bab.68 ~Kenan pergi
69 Bab.69 ~Inget om Kenan
70 Bab.70 ~Mencoba menerima
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Bab.1 ~Hamil
2
Bab.2 ~Panggilan kerja
3
Bab.3 ~Berangkat ke Jakarta
4
Bab.4 ~Singkat
5
Bab.5 ~Tempat tinggal baru
6
Bab.6 ~Buaya buntung
7
Bab.7 ~Ke klinik
8
Bab.8 ~Pelukan
9
Bab.9 ~Cari tempat tinggal baru
10
Bab.10 ~Melahirkan
11
Bab.11 ~Baby sister
12
Bab.12 ~I love you, Bunda
13
Bab.13 ~Daniel Ravendra
14
Bab.14 ~Pimpinan baru
15
Bab.15 ~Di ruang Miting
16
Bab.16 ~Foto di bingkai
17
Bab.17 ~Kejadian di ruangan Daniel
18
Bab.18 ~Pindah posisi
19
Bab.19 ~Lamaran Satya
20
Bab.20 ~Menjadi sekertaris
21
Bab.21 ~Lembur
22
Bab.22 ~Venya
23
Bab.23 ~Kecewa
24
Bab.24 ~Pantai
25
Bab.25 ~Pantai 2
26
Bab.26 ~Basah
27
Bab.27 ~Bertemu Darel
28
Bab.28 ~pindah kontrakan
29
Bab.29 ~Keluarga Satya
30
Bab.30 ~Pesta barbeque
31
Bab.31 ~Dia juga anakku
32
Bab.32 ~Aliyha pergi
33
Bab. 33 ~Lima tamparan
34
Bab.34 ~Menyusul Aliyha
35
Bab.35 ~Di rumah Aliyha
36
Bab.36 ~Renika, Rebika, Resika
37
Bab.37 ~Tidak butuh
38
Bab.38 ~Keputusan
39
Bab.39 ~Pinalti
40
Bab.40 ~Memiliki Anak di luar sana
41
Bab.41 ~Meninggalkan Darel
42
Bab.42 ~Regina terjebak
43
Bab.43 ~Ratu Putri Regina Wirawan
44
Bab.44 ~Dua tamparan
45
Bab.45 ~Surat perjanjian kerja
46
Bab.46 ~Tidak di restui
47
Bab.47 ~Mulai bekerja
48
Bab.48 ~Bonus 500 juta
49
Bab.49 ~Pernikahan Daniel
50
Bab.50 ~Perjodohan
51
Bab.51 ~Kecewa
52
Bab.52 ~Pindah ke mansion
53
Bab.53 ~Lesehan
54
Bab.54 ~Terkaya se-asia
55
Bab.55 ~Bercanda
56
Bab.56 ~Darel dan Kenan
57
Bab.57 ~Vila
58
Bab.58 ~Ambilin jiwaku
59
Bab.59 ~Perjodohan
60
Bab.60 ~Lagi...
61
Bab.61 ~Kembali Jakarta
62
Bab.62 ~Memberitahu Aliyha
63
Bab.63 ~Tidak ada rasa
64
Bab.64 ~Di taman
65
Bab.65 ~Rasa balas budi
66
Bab.66
67
Bab.67 ~Memutuskan hubungan
68
Bab.68 ~Kenan pergi
69
Bab.69 ~Inget om Kenan
70
Bab.70 ~Mencoba menerima

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!