Di sebuah diskotik mewah yang ekslusif.
Taksi berhenti, lalu Dika masuk seraya tetap menoleh ke kanan dan kekiri. Ia segera membuka ponselnya lagi setelah melihat Harry, namun Dika justru mengurungkan niatnya.
Dika tetap menunggu hingga Harry keluar.
Ternyata Harry tetap tidak pulang kepartemennya. Ia justru bermalam di hotel setelah masuk bersama tiga gadis seksi dibelakangnya. Entalah apa maksudnya, namun Harry tetap berjalan sendiri di depan gadis-gadis itu seperti sedang memandu jalan. Harry bahkan tidak menunjukkan ekspresi apapun lagi. Seorang pelayan kamar yang mengantar Harry tersenyum mendapatkan uang tipsnya.
Tak lama kemudan Dika pun masuk memesan kamar yang berdekatan dengan milik Harry. Harry membuka pintu kamarnya saat Dika melewati kamarnya. Harry tak menggubris dan tetap berjalan keluar mencari mesin ATM terdekat untuk mengambil beberapa uang cash. Rencananya uang itu akan ia berikan kepada para gadis seksi yang ada di kamarnya.
Maka esok pun menyapa. Pada sore hari menjelang senja, Dika mengirimkan pesan gambar kepada Dara.
Dara melotot meihat ponselnya. Ia bahkan tidak tau siapa yang mengirimkan pesan itu padanya.
Dara mencoba menelpon, namun Dika sengaja tak menggunakan layanan suara dalam ponsel lain yang ia miliki.
Dara berjalan cepat mengikuti pesan singkat yang memperlihatkan Harry bersama beberapa gadis seksi di lobby hotel.
Rasanya tak ada yang bisa ia keluhkan kecuali perasaannya yang merasa sangat kecewa. Dara tak berpikir panjang dan sesegera mungkin menyusul Harry, namun Harry telah pergi lagi. Resepsionis mengatakan bahwa Harry juga telah melakukan check out.
Dara terus mencoba menghubungi Harry, namun Harry memang sengaja tak menjawab pesan apapun dari Dara.
Dara kembali ke lorong apartemennya dengan perasaan yang sangat kacau. Ia bahkan berjalan di lorong apartemennya dengan pikiran yang kosong, hanya terpaku pada hal pasti yang ia dapati.
Empat hari berlalu, apartemen dengan barang-barang baru telah tertata rapi. Harry masih tak bisa dihubungi dan belum juga pulang. Harry sengaja menyembunyikan dirinya, sedangkan sebenarnya pekan ini adalah waktu cuti mereka untuk berbulan madu.
Ponsel Dara berbuyi lagi tepat dipagi hari saat Dara terbangun, dan ia pun tersenyum lebar. Harry akhirnya menghubungi.
"Pak Harry! Apakah an....." ucap Dara dengan spontan.
"Dara saya menunggumu di RestauLand lantai tiga" singkat Harry, dan menutunp ponselnya lagi.
"Restaurant?" ucap Dara dengan lirih membayangkan hal mengejutkan yang mungkin saja akan secara romantis Harry berikan padanya.
Dara mengubah gurat senyumnya. Harry justru berdiri menyambut dua orang yang tiba setelah Dara datang. Ia adalah salah seorang pemegang saham prioritas perusahan Harry, namun tak biasanya kali ini tuan pemegang saham itu turut membawa wanita cantik yang sering muncul dalam layar iklan produk kosmetik bergengsi.
Tapi kenapa Harry tidak meminta Dara membawa beberapa berkas yang ia butuhkan?
Dara memang akhirnya bertemu Harry, namun sesikitpun tak ada celah pembicaraan privasi antara Dara dan Harry, bahkan seorang pria dihadapan Harry tak merespon ucapan Dara dengan baik bahkan saat mereka membahas tender proyek besar perusahaan. Sikap pria itu sangat berbeda dari saat terakhir Dara dan pria itu bertemu sebelum mereka menikah.
Namun..
"Sayang sekali, seharusnya gambaran keberhasilan tender ini nantinya bisa diwarnai dengan kemegahan penikahan anda dengan putri saya. Jika saja badai itu tidak menunda kami kembali kesini" ucap pria yang duduk berhadapan dengan Harry dengan spontan setelah membahas beberapa agenda perusahaan mereka.
Harry tersenyum.
"Ya, benar" singkat Harry seraya memandang wanita yang tersipu malu saat mendapati pandangan mata yang tajam dari Harry.
Dara menoleh.
"Bolehkah saya membahas hal yang lebih privasi? Maaf, tapi ini hanya pikiran pendek dari kebanyakan wanita normal" ucap wanita itu seraya tersenyum lebar.
"Saya rasa, pembicaraan lain yang lebih ringan memang terkadang diperlukan. Jadi silahkan" ucap Harry dengan spontan.
Tuan pemegang saham tersenyum seraya mulai menyandarkan tubuhnya ke punggung kursi, setelah ia meneguk minumannya.
"Saya sering membaca banyak cerita soal seorang bos yang mudah jatuh cinta dengan sekertaris cantiknya. Apakah benar cerita ini juga sama seperti itu?" tanya wanita itu lagi tanpa melirik kearah Dara sedikitpun.
"Apakah nona Hyrin juga beranggapan seperti itu?" tanya Harry lagi.
"Jadi apakah menurut tuan Harry saya ini bukan wanita normal?" tanya wanita itu menimpali.
Harry tersenyum lebar.
"Bukankah kita sudah bekerja sama cukup lama?. Jawabannya bukan karena cerita bos dan sekertarisnya. Alasannya hanya karena Keluarga besar Wijaya. Banyak hal tidak masuk akal yang bisa kelaurga Wiajaya lakukan" ucap Harry lagi dengan tenang.
"Ya,. Memang tidak ada yang bisa membantah ucapanmu Harry. Tapi jangan bermain-main. Berhentilah bersikap seperti ini" ucap wanita seraya tersenyum dan mulai terdengar lebih akrab dengan Harry. "Oh yaampun, maafkan ucapan saya barusan nyonya Harry" ucap wanita itu lagi.
Dara justru merasa ucapan maafnya itu tidak serius wanita itu ucapkan.
"Sayangnya sekertaris saya ini hanya tidak bisa menolak permintaan nyonya Wijaya, sedangkan saya terjebak dalam permainan nyonya itu juga. Sejujurnya pernikahan saya ini tidak sepenuhnya karena keinginan saya secara personal. Intinya sekarang saya akan membuat pembicaraan ini menjadi lebih jelas, maka setelah menikah beberapa waktu dengan sekertaris Dara, saya akan meminang nona Hyeri dengan kesungguhan hati saya. Bolehkah saya meminta kesempatan itu nona Hyeri" ucap Harry lagi.
Wanita itu tersenyum lebar, lalu menoleh memandang Ayahnya.
Dara terdiam mendengar ucapan Harry. Tuan pemegang saham mulai tidak menyandarkan tubuhnya lagi di punggung kursi.
"Tidak boleh seperti itu" ucap Dara spontan lirih seraya menelan ludahnya.
"Bukankah saya yang harusnya memutuskan?" singkat Harry lagi.
"Maaf sekertaris Dara, mohon biarkan kami tetap bersama. Bukankah semua ini bisa menjadi lebih mudah untuk kita semua?" tanya wanita itu lagi dengan spontan.
Tubuh Dara terdiam kaku.
"Kamu tidak perlu persetujuannya, karena semua ini bukan pilihan. Saya tidak bisa melepaskan apapun lagi. Termasuk nona Hyeri yang selalu mengangumkan. Maka nona Hyeri, sesegera mungkin saya selesaikan semua ini untuk kebersamaan diantara kita" ucap Harry seraya menyandarkan tubuhnya dengan tenang dan memandang wanita model itu lagi dengan tajam.
Dara masih terdiam. Tak bisa membantah. Semua ini soal cinta, dan Dara tak bisa membantah ucapan klien besar seperti keluarga nona Hyeri.
Dara menahan air matanya. Sampai pembicaraan satu arah itu tetap berlanjut diantara Harry dan nona konglomerat itu.
"Kami permisi kalau begitu" ucap Hyeri dan berjalan menjauh dari Harry dan Dara setelah semua obrolan telah disampaikan.
Dara menarik nafasnya dalam-dalam.
"Pak. Saya. Saya... tolong jangan bercerai" ucap Dara seraya memohon meminta Harry mendengarkan ucapannya.
Harry berhenti dan menoleh kearah Dara. Dara menunduk setelah melihat pandangan mata yang tajam dari Harry.
"Maafkan saya nona Dara" singkat Harry.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
Nika
👍👍👍
2023-02-13
0