Chapter 2

Sekitar jam 11 siang Rega pun mengajak Mawar untuk pulang kerumahnya. Wanita itu hanya membawa beberapa potong baju saja karena Rega bilang tak perlu banyak-banyak, besok mereka akan membeli baju baru untuknya.

Mawar menarik nafas dalam-dalam. Ini akan menjadi pengalaman juga pelajaran baginya. Tinggal di rumah mertuanya. Bersama Rega juga dengan kakak iparnya yang belum menikah itu. Helena namanya, wanita berusia 28 tahun itu masih melajang hingga sekarang. Dengan alasan trauma berhubungan dengan seorang pria karena pernah di campakkan dan di tinggal menikah.

Hingga dirinya memutuskan untuk tetap sendiri sampai saat ini. Bahkan ketika Rega mengatakan ingin menikah, dirinya lah orang pertama yang mengizinkan itu.

"Mas, pakai mobil aku saja ya. Lagipula sekarang mas kan sudah jadi suamiku. Jadi mobil ini juga berhak mas pakai." Seru Mawar ketika akan Rega memesan taksi online.

Pria berperawakan tinggi itu pun meletakkan ponselnya. Ia tersenyum lalu segera menyentuh pipi Mawar. Wanita ini sungguh cantik juga baik hati, siapa yang tak akan tergila-gila padanya. Rega merasa beruntung bisa menikahinya.

Keluarga Rega memang tak sekaya keluarga Mawar. Tapi, Rega merupakan pemuda yang rajin bekerja juga pandai. Sehingga ia bisa mendapatkan jabatan di tempatnya bekerja. Mulai melanjutkan kuliah sampai sarjana. Rega bertekad ingin maju demi ibunya. Ia diangkat menjadi manager di perusahaannya, bulan lalu.

Memiliki rumah, mobil dan juga penghasilan yang cukup besar. Kekayaannya ia dapat dengan jerih payahnya sendiri sementara Mawar, orangtuanya lah yang memang sudah kaya dari awal. Wanita itu hanya tinggal minta lalu semua akan terpenuhi.

"Kita pakai taksi online saja, Dek. Lagian kan dirumah juga ada mobil mas. Nanti kalau kita bawa mobil ini bisa-bisa cuma jadi pajangan saja."

"Kan bisa di pakai di saat mas kerja. Aku bisa ke pasar sama kakak mas nanti, tak perlu repot-repot naik angkutan umum."

Rega pun memikirkan perkataan Mawar. Jika di pikir-pikir memang ada benarnya juga. Ibunya dan kakaknya nanti bisa kemana-mana menggunakan mobil Mawar di saat dirinya membawa mobil miliknya. Itu bisa memudahkan bagi mereka juga.

"Baiklah. Kamu sudah selesai berkemas?"

"Sudah mas. Tuh..." Mawar menunjukan koper nya yang berwarna merah muda. Hanya berukuran sedang, menandakan tak banyak baju yang di bawanya.

Rega pun segera memasukkannya kegarasi. Mereka pamit kepada Rena dan Sanja. Mawar bahkan sampai menangis di pelukan ibunya. Merasa sedih karena akan meninggalkan keduanya. Rumah Rega cukup jauh, butuh waktu 4 jam untuk kesana. Itu artinya Mawar mulai sekarang tak akan bisa sering bertemu dengan Rena.

"Ibu dan ayah jaga kesehatan ya. Mawar janji satu bulan sekali akan pulang kesini."

"Mawar, sekarang kamu sudah menjadi seorang istri. Minta izin suamimu setiap ingin keluar rumah." Nasihat Rena. "Rega jaga putri kami."

"Iya Bu. Ayo Dek."

Mawar dengan berat melangkahkan kakinya. Ia terus melihat kebelakang dimana ibu dan ayahnya berdiri. Tak tega rasanya meninggalkan orangtuanya yang sudah tua itu. Meski di rumah ada pembantu tetap saja Mawar berpikir jika ibunya pasti akan kesepian. Karena selama ini mereka selalu bersama.

Rega menyentuh tangan Mawar. Kini mereka sudah masuk kedalam mobil.

"Dek, jika tak ingin tinggal di rumah mas. Kita bisa tinggal di sini saja." Celetuk Rega membuat Mawar langsung menggelengkan kepalanya hebat.

"Bukan begitu mas. Aku mau kok, lagian mas nanti kejauhan ketempat kerja kalau tinggal di sini."

"Tapi..."

"Mas, bukankah aku sudah bilang. Sekarang aku istrimu jadi akan ikut kemanapun mas pergi."

"Mm...mas janji. Nanti kita beli rumah untuk kita sendiri. Sementara ini kita tinggal bersama ibu dulu ya?"

"Iya mas. Aku tahu kok, ibu kan tak mau di tinggal sama mas Rega."

"Iya."

Mobil berwarna pink dengan gambar hello kitty itu pun melaju sangat kencang. Rega beberapa kali menghentikan mobilnya di sebuah toko. Membeli beberapa baju untuk Mawar juga oleh-oleh untuk ibu dan kakaknya.

Keduanya nampak bahagia. Hari pertama sebagai seorang pasangan suami istri memang berbeda. Rega merasa bangga menjadi suami Mawar. Terus menggandeng tangan wanita itu seolah menunjukkan pada dunia jika dirinya tak akan membiarkan Mawar terlepas ataupun terluka.

...**************...

Helena mengutak-atik ponselnya. Sudah dua jam sejak dirinya menerima pesan dari Rega. Ia tak sabar menunggu kepulangan sang adik.

"elen, ibu mau jus tomat. Kamu buatkan ya."

"Lah, ibu." Seru Helena tak mau. "Aku lagi mager nih."

Kulsum pun menggelengkan kepalanya melihat tingkah anak perempuannya. Sudah tua tapi masih saja bertingkah seperti anak-anak. Kerjanya hanya tiduran dan bermain ponsel saja. Bahkan Helena di usianya yang sudah 28 tahun itu tak bisa masak sama sekali. Selama ini hanya memesan gofood atau mengandalkan Bi Minah saja, pekerja di rumah mereka yang hanya bekerja di saat siang hari saja. Tugasnya hanya masak dan membereskan rumah. Setelah itu Bi Minah akan pulang sekitar sore hari.

"Dasar malas. Bi Minah hari ini tak bekerja. Dia sakit katanya. Jadi, kamu cucilah itu baju dan piring." Seru Kulsum lagi.

Kulsum sudah tak bisa mengerjakan pekerjaan rumah karena gula darah yang di deritanya. Sudah dua tahun ini dia menderita penyakit itu, tak boleh kelelahan apalagi banyak pikiran. Itulah sebabnya, Arsad pun menuruti permintaannya untuk tetap tinggal di rumah ini meski sudah menikah.

"Santai kali Bu. Kan mantu ibu akan segera sampai. Biar dia yang lakukan semuanya. Itukan kewajibannya sebagai seorang istri. Mengurus rumah juga melakukan hal lainnya di rumah ini." Ucap Helena sembari bangkit dari acara rebahannya.

Kulsum menghela nafas panjang. Hendak menyela tapi tiba-tiba terdengar deru mobil di luar. Buru-buru keduanya pun keluar untuk menyambut kedatangan Rega dan Mawar.

"Akhirnya tiba juga. Mana Rega, pesanan Mbak." Helena bukannya menyambut Mawar dan Rega. Wanita itu malah langsung menagih apa yang di pesannya tadi melalui chat.

Rega pun segera menyerahkan paper bag berwarna biru muda kenapa Helena. Isinya banyak sekali makanan. Mawar yang hendak bersalaman dengan Helena pun hanya bisa diam ketika tangannya yang terjulur di abaikan oleh kakak iparnya itu. Hatinya mendadak resah seketika. Buru-buru dia tarik kembali tangannya lalu berjalan kearah Kulsum.

"Bu.!" Panggilnya lalu menyalami tangan wanita yang kini telah menjadi mertuanya itu.

"Betah ya di sini. Mulai sekarang kamu juga berhak atas rumah ini." Seru Kulsum. Memeluk tubuh Mawar lalu tersenyum hangat. Sungguh hal yang membahagiakan bagi Mawar, di terima baik oleh mertuanya.

"Bapak dimana Bu?" Tanya Rega yang tak melihat keberadaan ayahnya.

"Bapak di rumah pak RW. Biasa main catur." Seru Kulsum.

Mawar dan Rega pun masuk kedalam rumah. Mawar melihat kakak iparnya yang sedang duduk di kursi, menikmati makanannya yang di belikan Rega tadi.

Setelah memberikan ibunya oleh-oleh juga, Rega pun mengajak Mawar untuk masuk kedalam kamarnya.

"Mas, Mbak mu itu kok kaya anak kecil ya?" Seru Mawar begitu sudah tiba di dalam kamar.

Rega terkekeh, duduk di samping Mawar yang tengah merebahkan tubuhnya. Ia usap kepala istrinya lembut.

"Mbak elen memang begitu. Tapi dia baik kok."

Mawar tahu sedikit tentang Helena, karena Rega yang menceritakannya. Hanya saja tak tahu jika sikap Helena seperti tadi, wanita itu sangat acuh bahkan terkesan tak peduli sama sekali dengan kehadirannya.

"Sudah jangan banyak pikiran. Ini hari pertama kamu dirumah ini. Jangan ngumpet di kamar terus. Mengobrollah sama Mbak dan ibu di luar."

Mawar pun mengangguk. Ia berganti pakaian terlebih dahulu lalu segera keluar dari kamar. Sementara Rega merebahkan tubuhnya. Ia berharap istrinya akan betah tinggal di rumahnya ini.

"Bu, mobil itu milik istrinya Rega kayaknya. Bagus ya? Kalau aku pinta bakal di kasih ga ya?" Helena memasukan keripik kentang ke mulutnya.

"Husss, kamu ini. Itu barang mahal, jangan main minta-minta saja."

"Lah, kan sebagai pelangkah Bu. Rega hanya memberiku uang 10 juta. Itu belum seberapa dibandingkan aku yang dilangkahi nikah Bu. Malu aku Bu sama tetangga." Celotehnya.

Kulsum menggelengkan kepalanya mendengar penuturan Helena. Mawar pun terdiam di tempatnya. Ia jadi merasa bersalah sekarang telah melangkahi kakaknya Rega. Perasaannya pasti hancur.

"Mbak elen mau mobil itu?" Serunya membuat Helena dan kulsum langsung berbalik melihat kearahnya.

Helena berdiri lalu mendekati Mawar.

"Iya, sebagai pelangkah aku minta mobil itu." Tegasnya tanpa rasa sungkan juga malu sama sekali.

Kulsum hanya diam, melihat itu. Menatap Mawar dengan pandangan sulit di artikan. Mawar menarik nafas panjang, jika mobil itu rasanya berat untuk di berikan. Mobil itu kado ulangtahunnya dari sang ayah.

"Bagaimana kalau aku belikan yang baru saja Mbak."

Kening Kulsum dan Helena berkerut.

"Iya, aku akan belikan mobil baru untuk mbak. Kalau mobil itu kan..."

"Mobil apa? Kalian sedang membicarakan apa?" Tanya Rega. Dia merasa tak enak berada didalam kamar terus sementara Mawar di luar bersama keluarganya.

Tanpa sengaja dia mendengar percakapan mereka.

"Ini loh. Mbak mu minta mobil istri mu sebagai pelangkah karena uang dari mu itu belum cukup." Jawab Kulsum dengan tenang seolah permintaan Helena bukanlah masalah besar baginya.

Rega menatap Mawar. Melihat istrinya yang terdiam membuat Rega jadi tak enak hati.

"Aku akan bicarakan dulu dengan Mawar. Ayo Dek, ikut mas." Ajak Rega. Mengajak Mawar kembali masuk kedalam kamar.

Mawar pun melangkah dengan pelan. Entah kenapa, hatinya menjadi resah tanpa sebab. Bayangan kebahagiaan di dalam keluarga suaminya tiba-tiba luntur. Melihat tingkah Helena membuat Mawar jadi ragu untuk tinggal di tempat ini.

...***************...

TBC

Terpopuler

Comments

Lisa Halik

Lisa Halik

huh..helena tak ada rasa malunya sama mawar

2023-05-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!