Chapter 4

Seminggu sudah Mawar tinggal di rumah Rega. Mengerjakan semua pekerjaan rumah, mulai dari menyiapkan sarapan, mencuci piring, mencuci baju juga membereskan rumah. Mawar tak mengeluhkan itu semua, dia kerjakan dengan sabar. Berpikir memang itu sudah menjadi kewajibannya.

Rega berangkat kerja sekitar jam 7 dan akan pulang jam 5 sore. Dia tak tahu jika Mawar sama sekali tak bisa istirahat di rumahnya. Setiap hari harus melakukan apa yang di minta ibu juga iparnya. Bahkan setelah menyelesaikan pekerjaannya, Mawar harus memijat kaki sang ibu mertua lalu di lanjutkan dengan memasak untuk makan malam. Benar-benar tak ada waktu baginya untuk sekedar merebahkan tubuhnya.

Hanya di hari Rega libur saja, dirinya bisa sedikit santai. Karena mertua dan iparnya tak berani memerintah apalagi memintanya mengerjakan pekerjaan lain setelah lelah mencuci baju.

"Mawar, tolong dong buatkan es teh untuk ku." Helena berselonjoran di bawah lantai sambil menikmati kue kering buatan Mawar tadi pagi.

Mawar sengaja membuat itu untuk camilan Rega ketika libur, tapi Helena dengan tak tahu malunya malah memakan itu semua. Mawar tak bisa melarangnya karena nanti akan mendapatkan bentakan dari Helena.

"Sebentar mbak." Dengan malas Mawar berjalan menuju dapur, menunda pekerjaannya menggosok baju.

Tak lama dia kembali dengan segelas besar es teh lemon. Menyuguhkan langsung pada Helena yang terlihat bagai bos besar saja.

Baru saja akan kembali melanjutkan pekerjaannya tiba-tiba Kulsum berteriak dari kamar, memanggilnya dengan kencang.

"Mawar, cepat kemari."

Menghela nafas panjang lalu mencabut kabel setrika yang masih menancap di dinding. Dengan geram dia meninggalkan kembali pekerjaannya. Ingin marah tapi tak ada keberanian sama sekali.

"Iya Bu?" Mawar masuk kedalam.

Kulsum berbaring di atas kasur. Wanita tua itu mengistirahatkan Mawar untuk mendekat. Tanpa bicara pun Mawar tahu apa yang di inginkan mertuanya. Karena ini sudah berlanjut seminggu ini. Maka dengan cepat Mawar duduk di tepi ranjang, tangannya terulur menyentuh kaki kanan Kulsum.

Pijatan demi pijatan dia lakukan membuat Kulsum langsung memejamkan matanya dengan bibir tersenyum. Dia bisa tidur siang dengan nyenyak lagi siang ini.

Ayah mertuanya sedang tak ada di rumah, karena mengurus ladang di desa sebrang. Meski Rega melarangnya tapi Marja tetap bersikeras ingin mengurus hektaran sawah yang di beli Rega beberapa bulan itu. Ingin menanam sendiri padinya mungkin dengan beberapa orang yang membantunya.

"Bu, kenapa Bi Minah berhenti kerja?" Tanya Mawar. Pertanyaan itu telah ia simpan selama seminggu ini, merasa aneh ketika mendengar ibu mertuanya mengatakan jika Bi Minah telah berhenti bekerja.

Kulsum membuka matanya, mendelik ke arah Mawar.

"Mana ibu tahu. Itu urusannya. Memangnya kenapa? Kamu tak ikhlas mengerjakan semuanya? Kamu itu istri Rega. Sudah sepantasnya mengurus segalanya. Itu kewajiban kamu, berbakti pada suami juga mertuamu. Itu kodrat seorang menantu." Cetusnya dengan nada suara tinggi.

Mawar tak berani lagi bertanya atau mengatakan sesuatu lagi. Dia memilih diam dan terus memijit kaki Kulsum.

Kulsum berdecak lalu kembali memejamkan matanya, menikmati pijatan di kakinya. Perlahan dia pun tertidur. Mawar menghentikan pijatan, menatap wajah Kulsum sebentar.

Kulit itu sudah sedikit keriput dan rambutnya pun di penuhi banyak uban, berbeda sekali dengan ibunya yang masih nampak segar meski usia mereka hanya bertaut 2 tahun saja. Mungkin karena ibu Mawar melakukan perawatan sementara Kulsum tidak.

"Orang bilang, semakin tua mertua kita maka akan semakin bijaksana dalam membimbing menantunya. Tapi kenapa aku merasa tidak dengan ibu." Gumamnya.

Mawar merasa jika Kulsum sama sekali tak bijaksana. Mertuanya justru sering menyindirnya bahkan tanpa segan memakinya jika merasa ada yang tak di sukainya dari Mawar.

...*************...

Rega merenggangkan otot tangannya. Seharian duduk di depan komputer membuat matanya sedikit berkunang juga jari-jarinya pegal. Dia pun beranjak dan segera pulang.

Ini sudah hampir jam 5 sore. Mawar pasti sudah menunggunya sekarang.

"Mas Rega, mau pulang?" Seorang wanita berbaju ketat mengejarnya begitu Rega berjalan menuju mobilnya di parkir.

Pria tinggi itu menghentikan langkahnya. Lalu segera berbalik, tersenyum saat melihat Hani berjalan ke arah nya. Hani adalah temannya saat di SMP dan sekarang satu pekerjaan dengannya.

"Iya nih. Mawar pasti sudah nungguin aku di rumah."

"Wuuiihh...yang baru nikah. Lagi anget-anget nya nih." Goda Hani.

"Hahah..bisa saja kamu Han. Oh..ya ada apa Han?"

Wanita berambut ikal gantung itu berjalan mendekati Rega.

"Boleh numpangkan? Mobil ku di bengkel." Serunya dengan wajah memelas.

Rega berpikir sebentar. Arah rumah mereka berlawanan. Tapi jika menolak rasanya tak enak hati. Maka dengan cepat Rega pun mengangguk menyanggupi permintaan Hani.

"Bagus, ayo kalo gitu." Hani masuk kedalam mobil Rega tanpa menunggu jawaban apapun.

Rega pun segera masuk kedalam dan duduk di kursi kemudi. Ia sesekali melirik Hani. Roknya yang pendek semakin naik keatas ketika wanita itu duduk, sehingga pahanya yang putih mulus terlihat begitu jelas.

"Oh..ya Ga, Bagaimana malam pertama mu?" Pertanyaan Hani membuat Rega langsung terbatuk.

Bagaimana bisa seorang wanita lajang seperti Hani bertanya hal seperti itu dengan wajah biasa saja.

"Uhukkk...kamu ini. Kok bertanya begitu." Kekeh Rega. Berusaha untuk bersikap tenang meski sebenarnya sudah tak nyaman berada berdua didalam mobil bersama Hani.

Wanita itu seolah sengaja menggodanya. Tangannya menyentuh paha Rega dengan gerakan begitu sensual.

Hani tersenyum kecil ketika merasakan jika Rega tergoda oleh perlakuannya. Dia merasa semakin ingin bertindak lebih. Apalagi hatinya masih menyimpan cinta untuk pria itu. Hani memendam perasaannya selama ini dan hari ini dia tak bisa menyembunyikannya lagi.

Ckiiiitt...

Rega langsung menginjak rem dengan cepat ketika merasakan miliknya di remas oleh Hani. Pria itu langsung menepis tangan Hani dan memandangnya dengan tatapan tak suka.

"Hani, apa yang kamu lakukan?" Bentaknya.

Hani dengan santai menyenderkan tubuhnya. Menarik dasi Rega sehingga wajah mereka pun berdekatan.

"Rega, aku ingin merasakan hal yang Mawar rasakan malam itu. Tubuhmu...aku ingin milikmu memenuhi milikku." Desahnya dengan kata-kata yang begitu tak senonoh.

Rega menelan ludahnya. Bagaimana pun dia seorang pria normal. Di suguhkan wanita cantik dengan body yang begitu bagus di tambah rayuan mautnya membuat darahnya langsung bergejolak.

Hani semakin mendekatkan wajahnya. Rega memejamkan matanya. Permainan Hani jauh lebih bagus di banding Mawar. Hani seolah ahlinya yang sering melakukan itu.

"Eeuummm..." Rega melenguh ketika Hani melakukannya dengan agresif.

Sensasi yang luar biasa berbeda Rega rasakan saat ini. Permainan Hani begitu panas dan membuat dirinya sangat panas sekarang. Jauh berbeda memang dengan Mawar yang hanya diam menerima permainannya.

Pikiran pria yang baru menikah itu sudah sangat kosong. Hanya ada nafsu di sana dan kepuasan yang belum tercapai. Sepertinya keadaan jalan yang sepi pun menjadi penyebab keduanya semakin gelap mata.

"ayolah mas." Seru Hani tak sabar.

Rega menelan ludahnya.

"Aaahhh..." Hani mencengkram erat rambut Rega. Dia sungguh menikmatinya. Meski ini pertama baginya tapi Hani merasa ini sangatlah nikmat.

Apalagi dia sudah membayangkan hal ini dari dulu. Ingin sekali tidur bersama dengan Rega bukan hanya dalam mimpi saja.

...***********...

Terpopuler

Comments

Lisa Halik

Lisa Halik

rega curang

2023-05-16

0

blecky

blecky

ya jlas istri sah beda dgn jlang

2023-02-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!