“Maaf, om siapa ya?”
Devan terdiam kaku saat orang yang ia cari ada di hadapannya. Kalau kemarin ia melihatnya dari dalam mobil sekarang ia bisa melihatnya secara langsung. Wajah cantik itu sekarang terpampang nyata di hadapannya, Devan tidak menghiraukan pertanyaan Lala.
Ia sibuk mengagumi ciptaan tuhan di hadapannya itu. Jantungnya berdebar tak karuan, wajahnya pun juga ikut memerah. Ia merutuki dirinya sendiri karena tidak bisa bersikap cool di hadapan gadis remaja itu.
Lala yang melihat orang di depannya melamun langsung melambaikan tangannya. “Om, om baik baik aja?” tanyanya lagi.
Seketika Devan tersadar dari lamunannya, ia berdeham dan menormalkan ekspresinya. “Ah tidak, saya tidak apa apa. Saya hanya kagum ketika melihat kamu berjualan di pasar. Harusnya kan kamu masih menikmati bangku sekolah dan persiapan masuk ke perguruan tinggi.” Jawab Devan dengan sembarang bicara, jujur lidahnya terasa kelu ketika ia ada di situasi ini.
Lala memicingkan matanya tidak percaya, matanya menyipit sehingga membuat Devan menahan nafasnya selama beberapa detik.
“Arghhh kenapa dia sangat menggemaskan sekali, rasanya ingin ku bawa ke ranjang dan ku peluk semalaman,” batinnya. Devan jadi membayangkan ketika Lala ada dipelukannya uhh rasanya pasti hangat sekali.
Lala memperhatikan penampilan Devan dari atas sampai ke bawah, ia mulai curiga dengan keberadaan Devan disini. Kenapa juga orang orang kantoran sepertinya ada di pasar, kalau pun ia ingin berbelanja pastinya menyuruh pembantunya.
“Om yakin hanya itu alasannya?” tanyanya dengan tiba tiba yang langsung diangguki Devan.
“Kalau begitu apa tujuan om ke pasar? Tidak mungkin kan om hanya bilang mengagumi aku, apa om ingin belanja ikan?”
“Saya tidak mungkin belanja ikan di sini, disini itu kotor banget!.” Jawabnya dengan lantang sehingga ia mendapat perhatian dari penjual ikan disana. mereka terlihat marah karena ucapan yang Devan lontarkan tadi. Bahkan, Lala pun ikut terkejut, ia tak menyangka pria di hadapannya ini punya sikap seperti itu.
“Mas, kalau masnya gak suka belanja disini, lebih baik mas tutup mulut aja deh. Mentang mentang orang kaya jadi seenaknya sama pedagang disini. Kami juga tidak mau menjual ikan sama mas kok. Takut ketularan sombongnya.”
“Dia mana mungkin makan ikan? Pasti makanannya yang mewah mewah seperti burger, hot dog dan lainnya. Sudah biasa kalau orang kaya bersikap seperti itu.”
Devan menoleh ke kanan dan kirinya, semuanya langsung mengatainya. Bahkan Lala yang tadinya tersenyum ramah sekarang menatapnya dengan wajah yang datar. Lala sangat membenci orang seperti itu, yang selalu merendahkan orang lain hanya karena dirinya lebih tinggi derajatnya. Tanpa berkata apapun lagi, Lala kembali ke tempatnya meninggalkan Devan sendirian di sana. Devan langsung menyusulnya dan menahan tangan Lala dari belakang. “Tunggu!”
Lala langsung berbalik dan menarik tangannya kembali. Ditatapnya Devan dengan tajam. “Aku tidak suka orang orang seperti om, yang sombong dan angkuh. Lebih baik sekarang om pergi dari sini sebelum om diusir oleh orang orang disini,”
“Maksud saya tidak begitu La, saya...”
Lala terkejut ketika Devan menyebut namanya, dari tadi ia belum mengenalkan namanya sama sekali. Lalu darimana orang itu bisa mengetahui namanya. Sekarang kecurigaannya semakin bertambah. Lala yakin laki laki punya tujuan dan maksud untuk datang kesini.
“Maksud saya lagi ah iya lagi...” ucap Devan dengan cepat dan meralat ucapannya.
“Aku yakin om tidak bicara seperti itu, sekarang aku tanya, darimana om tau tentang namaku?”
Lala bersedekap dada sambil terus menatap tajam Devan, ia bahkan sampai melupakan cabainya. Aksi mereka pun tidak lepas dari seluruh pengunjung pasar. Mereka bahkan berkumpul karena merasa penasaran dengan apa yang terjadi.
Devan baru saja akan menjawab tapi dering ponselnya membuatnya menunda dulu. Ia kesal ketika mengetahui siapa yang mengganggunya di tengah tengah pembicaraan ini. Tapi Devan berusaha sabar, ia tidak mungkin menunjukkan kekesalannya di depan Lala, jika tidak ia pasti akan semakin tidak menyukai kehadirannya.
Dengan setengah hati Devan mengangkat telfonnya tanpa perlu repot repot pindah tempat. Meski begitu ia tau dirinya sedang diperhatikan Lala yang menunggu pertanyaannya dijawab.
“PAK GAWAT PAK!!!!”
Suara keras di balik telfon itu langsung menjauhkan telfonnya dari telinganya. Devan mengelus teliganya yang terasa pengang karena teriakan sekretarisnya itu. Orang yang menggangguinya itu memang benar sekretarisnya.
“Ada apa?” tanyanya langsung.
“Direktur mencari anda saat ini, saya sudah menyampaikan jika bapak hari ini ada urusan penting. Beliau tetap ngotot untuk bertemu anda dan saya disuruh menyampaikan ini pada anda.....”
Devan menunggu kelanjutan pembicaraan itu, satu menit hingga lima menit ia tak mendengar suara apapun lagi. Padahal telfonnya masih tersambung. Sebenarnya apa yang ingin ia bicarakan sebenarnya, Devan masih belum mengerti.
“DEVANO PRADITYA REVANUEL, SEKARANG JUGA KAMU KEMBALI KE KANTOR ATAU JABATAN KAMU AKAN PAPA TURUNKAN!!!”
Devan tercengang, ia sangat mengenali pemilik suara ini. Itu sudah pasti ayahnya.
“Papa tunggu kamu di kantor dalam waktu tiga puluh menit, jika kamu tidak datang siap siap saja kamu jadi cleaning service,”
Panggilan pun terputus, Devan masih mencerna suaranya. Bagaimana bisa papanya tiba tiba muncul di kantornya. Bukankah seharusnya ia masih ada di singapura. S*al, kalau gini caranya dia harus cepat cepat kembali ke kantor.
Devan tidak mau kehilangan jabatannya. Tapi sepertinya masalahnya belum selesai, saat Devan akan berbalik pergi Lala malah menghadang langkahnya dengan kedua tangan mungilnya, persis seperti anak kecil yang tidak ingin ditinggal.
“Datang tanpa diundang sekarang malah mau pergi dengan seenaknya, gak bisa!! Pokoknya om harus jelasin semuanya sejelas jelasnya.” Lala sudah cukup sabar tadi membiarkannya fokus untuk berbicara di telfon, sekarang tidak lagi.
Devan yang sedang dilanda kepanikan tidak menghiraukan Lala lagi, ia melangkah ke kanan untuk melewati tapi Lala juga mengikutinya, melangkah ke kiri ia pun juga diikuti. Begitulah seterusnya.
Devan menghela nafas sambil menatap ke arah Lala. “Saya janji akan jelasin ke kamu, tapi tidak sekarang. Saya ada urusan penting yang gak bisa ditunda,”
Devan mulai melangkah lagi dan mengira Lala akan mengerti, tapi gadis remaja itu kembali menghadangnya. Devan yang tidak punya cara lain pun terpaksa menggunakan caranya sendiri. Ia menundukkan wajahnya dan langsung mengecup bibir Lala secepat mungkin kemudian pergi begitu saja.
Lala mematung, tangannya menyentuh bibirnya yang baru saja dicium. Tangannya bergetar karena ini pertama kalinya ia dicium oleh laki laki, apalagi laki laki itu orang yang tidak dikenalnya. Semua orang langsung berbisik bisik melihat adegan itu, Lala tidak mempedulikannya, biarkan saja mereka berkata apa. Toh ini bukan kesalahannya.
Matanya menatap lurus pada Devan yang sudah menjauh dari pandangannya, ia berjanji pada dirinya jika ia bertemunya lagi ia akan memberinya pelajaran karena sudah menciumnya dengan seenaknya.
“Dasar om om ped*fil, awas aja nanti.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Reni Nurasyiah
saya suka ceritanya
2023-01-29
0