4. Tawaran Baik

Malam ini sebenarnya Bi Irah sudah menyiapkan menu makan malam yang biasa. Akan tetapi atas permintaan ibuku akhirnya Bi Irah menambahkan lagi menu yang berbeda karena ada tamu yang sedang tak sadarkan diri di kamar tidur tamu. Aku dan Ibu sudah duduk di dekat meja makan karena seperti biasa kami berdua selalu makan malam bersama.

Saat Bi Irah datang membawa semangkuk bubur dan sop ayam yang diletakkan diatas nampan, Ibu pun berdiri dari duduknya kemudian meminta ke Bi Irah supaya diserahkan kepadaku. Aku pun ikut berdiri dari dudukku dan menerima nampan tersebut.

"Ayo,nak. Kita bawa makanannya sambil lihat apa Mbak Maya sudah siuman", Ibu berkata padaku.

"Baik,Bu", Aku berkata singkat.

Aku pun berjalan mengikuti ibu yang berjalan pelan melewati ruang keluarga menuju kamar tidur tamu yang letaknya berdekatan dengan ruang tamu. Sesampainya didepan pintu kamar, ibu membuka perlahan pintu kamar. Aku masih dibelakangnya menunggu ibu bergerak masuk kedalam. Sesaat setelah dibuka ternyata Maya telah duduk diatas kasur sambil menekuk kedua kakinya dan kedua tangannya memeluk kedua kaki yang ia tekuk kearah dadanya. Dengan pandangan kosong ia melihat kearah ibu yang masuk perlahan mendekati kasur. Sedangkan aku tetap mengikutinya dari belakang sambil memegang nampan yang berisi makanan dan minuman.

Maya masih memandang ibu dengan sedikit kebingungan karena ia tak tahu sedang berada dimana. Aku yang melihatnya sudah siuman juga perlahan mendekat dan meletakkan nampan diatas meja kecil samping tempat tidur. Maya juga memandangku dengan pandangan teduh dan aku membalasnya dengan senyuman yang membuatnya jadi sedikit lebih nyaman.

Ibu yang telah duduk dikasur berdekatan dengan Maya mulai memegang tangannya

"Bagaimana keadaanmu,nak?",Ibu bertanya dengan nada sedikit cemas.

"Saya sudah baikkan,Bu. Ibu siapa? Saya ada dimana sekarang,Bu?", Maya bertanya dengan wajah yang agak kebingungan melihat-lihat kamar tersebut.

"Saya Bu Nurhaliza, panggil saja saya Bu Nur, ini putra saya Adit dan kamu sekarang ada dirumah kami",Ibu menjawab sambil memperkenalkan aku pada Maya.

Aku pun berinisiatif mengulurkan tanganku dan bersalaman dengannya. Walaupun agak lemah,ia pun berusaha mengulurkan tangan dan menyalami tanganku.

"Maya",Maya memperkenalkan dirinya sambil tersenyum kearahku dan aku pun membalas senyumannya.

Setelah kedua tangan kami lepas bersalaman,ia pun kembali berbicara ke ibuku.

"Bagaimana saya bisa sampai kesini,Bu?",Maya bertanya kembali pada ibuku.

"Kamu tadi pingsan didalam mobil kami saat kami pulang dari rumah sakit",Ibu menjawab.

Dengan ekspresi rasa bersalah,ia pun teringat kalau dia menyusup diam-diam masuk kedalam mobilku.

"Maafkan saya,Bu. Saya tak ada maksud apa-apa menyusup diam-diam masuk kedalam mobil ibu",Maya berkata dengan rasa penyesalan yang mendalam.

"Tidak apa-apa. Ibu paham mengapa kamu menyusup kedalam mobil. Sekarang yang terpenting kamu sudah siuman dan kami sudah memasakkan bubur untuk makan malam kamu. Bolehkan kalau ibu suapi buburnya ke kamu?",Ibu bertanya pada Maya.

Maya pun mengangguk dan memperbolehkan ibuku menyuapnya. Aku dengan sigap segera mengambil bubur serta menuangkan sedikit kuah sup ayam kedalam bubur. Ibu menerima semangkuk bubur yang kuserahkan. Melihat suasana tersebut,aku berinisiatif meninggalkan kamar agar ibu dan Maya merasa nyaman berbicara tanpa kehadiranku.

"Bu,Adit keluar dulu ya. Ada kerjaan yang harus diselesaikan", Aku berkata pada ibu.

"Iya,nak",Ibu menjawab.

Aku pun tersenyum kearah Maya dan ia pun membalas senyumanku dengan senyum yang mempesona. Akhirnya kutinggalkan mereka berdua dikamar dan aku melanjutkan kerjaan kantor yang masih menumpuk diruang kerjaku.

Kini tinggal ibu dan Maya didalam kamar tidur tamu. Ibu mulai menyuapkan sesendok bubur ke mulut Maya. Saat menunggu suapan kedua, Maya tersenyum haru mendapatkan perlakuan yang hangat dari Ibu.

"Terima kasih ya,Bu. Ibu baik sekali, saya merasa seperti disuapi ibu sendiri, sudah lama saya tidak pernah dimanja seperti ini dari ibu sendiri,Bu",Maya berkata dengan wajah yang sedih.

"Iya gak apa-apa,Maya. Ibu senang melakukannya,lagi pula ibu memang gak punya anak perempuan",Ibu berkata lembut ke Maya.

"Memang anak ibu yang perempuan kemana?", Maya bertanya sambil sedikit keheranan.

"Anak ibu cuma satu, ya itu tadi si Adit. Makanya ibu senang bisa suapi kamu,serasa seperti anak sendiri. Kalau boleh ibu tahu, orang tua kamu dimana sekarang,Maya?",Ibu bertanya kembali ke Maya.

"Saya gak tahu orang tua saya siapa,Bu. Saya dibesarkan panti asuhan, hanya punya ibu panti yang selalu menjaga dan membesarkan saya,Bu", Maya menjawab dengan sedikit tertunduk.

Ibu semakin merasa iba mendengar nasib Maya yang cukup malang. Ia pun memeluk Maya dan mengelus-elus punggung dan rambutnya.

"Tinggallah disini,nak. Ibu juga kesepian disini. Apalagi kalau Adit kerja,ibu hanya berdua sama Bi Irah dirumah sebesar ini", Ibu meminta kepada Maya.

Maya hanya terdiam dan belum bisa mengiyakan permintaan ibu. Ada banyak pertimbangan yang membuat ia belum bisa menerima tawaran dari Ibu.

"Beri saya waktu untuk menimbang,Bu. Saya juga ingin terima tawaran ibu tapi ada beberapa hal yang saya belum bisa menerimanya",Maya menjawab tawaran ibu.

"Iya gak apa-apa. Kalau nanti kamu sudah siap, pintu rumah ibu selalu terbuka untuk kamu,nak", Ibu berkata sambil tetap mengelus-elus punggung Maya.

Ibu melepas pelukannya dan mengusap air mata Maya. Serasa lega Maya mendapat perlakuan Ibu. Paling tidak sedikit meringankan perasaannya karena beban yang berat sedang ia hadapi.

"Ya, sudah. kamu sudah makan, sekarang kamu nampak segar. Kalau kamu mau lanjut istirahat silakan ya,nak. Atau kalau kamu mau mandi-mandi dulu disudut situ kamar mandinya ya. Kalau kamu perlu baju ganti, dilemari sana ada baju-baju ibu saat masih muda dulu, semua ibu simpan didalam lemari itu. Semoga ukurannya muat buat kamu ya,tapi dimaklumi ya nak baju zaman dulu jadi agak sedikit ketinggalan zaman", Ibu berkata sambil tertawa kecil ke arah Maya.

Maya pun ikut tertawa kecil mendengar candaan ibu. Sepertinya sakit jantung yang diderita ibu tak terasa sama sekali karena sedikit terhibur dengan kehadiran Maya. Begitu pula dengan Maya yang sedang menghadapi masalah besar jadi lega karena kehadiran ibu yang menghiburnya.

Ibu pun berdiri dari duduknya di kasur dan ia tetap membiarkan bubur ayam berada disitu karena siapa tahu nanti Maya ingin menyantapnya kembali.

"Ibu tinggal dulu ya,nak. Ibu mau istirahat, kalau nanti kamu perlu apa-apa datang saja temui Adit diruang kerjanya atau dibelakang dekat kolam renang. Biasanya malam-malam sebelum tidur dia suka duduk-duduk sambil kerja dipondok dekat kolam renang", Ibu berkata sambil menyentuh pipi Maya dengan telapak tangannya.

"Iya,Bu. Selamat istirahat ya Bu",Maya berkata sambil mengangguk tanda mengerti.

Ibu pun tersenyum dan berjalan berbalik arah menuju pintu kamar. Ia pun keluar dan menutup kembali pintu kamar tersebut. Maya hanya melihat Ibu dari tempat tidurnya. Ia mulai merasa gerah dan sepertinya ingin mandi.

Kemudian ia bangkit dari duduknya dikasur dan berjalan menuju lemari pakaian yang ditunjuk oleh ibu. Saat ia membuka lemarinya, betapa kagumnya Maya dengan semua pakaian yang tergantung dan tersusun rapi. Sangat lengkap dari pakaian rumah sampai pakaian keluar rumah semuanya ada dilemari itu.

Bahkan dibagian dasar lemari juga terdapat sandal dan sepatu yang tersusun rapi dan lengkap. Sama halnya seperti pakaian tadi ada sandal dalam rumah juga ada untuk keluar rumah begitu pula dengan sepatunya. Sepertinya bukan barang-barang biasa karena semuanya bermerk terkenal. Tak ada kesan ketinggalan zaman, malah masih kelihatan baru dan terawat.

Maya membuka pintu lemari yang satu lagi, ternyata banyak asesoris wanita. Semakin terkagum-kagum Maya melihat semua asesoris yang merknya bukan merk-merk biasa. Akan tetapi bukan itu yang ia cari, ia hanya ingin handuk untuk mandi. Ternyata bagian atasnya asesoris ada rak yang menyimpan handuk dan kimono. Ia pun mengambil handuk dan hanya memilih pakaian rumah yang santai dan nyaman buat nanti ia tidur. Tak lupa ia pun mengambil sandal untuk dalam rumah supaya telapak kakinya tak terasa dingin.

Maya dengan handuk yang ada dipundaknya berjalan menuju kamar mandi. Walaupun ia seorang selebriti tapi kebiasaan sederhananya itu sudah ia jalani sejak masih dipanti asuhan. Jadi tak mengubah apa pun kebiasaannya sejak kecil untuk tetap sederhana.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!