3. Tak Sadarkan Diri

Aku dan ibuku masih duduk diam dalam mobil tanpa bicara apa pun. Keadaan jadi berbeda dengan tadi pagi saat ibu begitu semangat bercerita banyak tentang ayah. Akan tetapi kali ini ia hanya diam dan tak memandang sedikit pun kearahku. Aku kembali memandang lurus ke arah depan dan tetap konsentrasi mengendarai mobilku. Akan tetapi pikiranku kembali terngiang dengan ucapan Rizal kepadaku tentang keadaan ibu.

***Kilas Balik

"Dit, maaf jika tadi aku tak menyampaikan yang sebenarnya tentang keadaan ibumu",Rizal berkata serius kepadaku.

"Sebenarnya bagaimana keadaan ibuku,zal",Aku bertanya kembali padanya.

"Jantung ibumu sudah mulai parah,dit. Aku khawatir kebocorannya akan semakin melebar. Jadi aku sarankan supaya ibumu segera di operasi ,dit",Rizal coba menjelaskan padaku.

Aku yang mendengarnya sedikit tertegun. Pikiranku kembali membayangkan dana yang bakal dikeluarkan untuk operasi ibuku.

"Kira-kira berapa banyak biaya operasinya,zal?"Aku bertanya kembali.

"Mmm...hampir lima ratus juta,dit",Rizal menjawab dengan singkat.

Aku terkejut mendengarnya, tapi aku tak punya pilihan lain selain tetap mengusahakan ibuku bisa segera dioperasi. Akan tetapi benakku berkata dari mana uang sebanyak itu bisa kudapatkan.

***Kembali ke saat ini.

"Nak, nak, hey Adit", Ibuku berkata sambil menggoyang badanku.

Aku pun terkejut dengan teguran ibu. Aku menoleh ke arah ibu dengan ekspresi wajahku yang sedikit bingung.

"Kamu kenapa,nak?Dari tadi ibu lihat kamu melamun", Ibuku bertanya padaku.

"Oh, gak apa-apa,Bu. Adit cuma kepikiran kerjaan di kantor,Bu", Aku menjawab berdusta kepada ibuku.

"Ibu kira ada apa. Rupanya kamu lagi mikirin kerjaan", Ibu berkata kepadaku.

Tak terasa mobil yang kukendarai sudah hampir mendekat ke lokasi perumahan tempat aku dan ibuku tinggal. Saat hendak masuk ke perumahan,tampak satpam sedang berdiri menunggu didepan pos jaga. Ia dengan sigap segera membukakan palang pintu agar kami bisa masuk ke perumahan. Kami menyapanya dan satpam pun membalas sapaan kami.

Mobil terus kubawa sampai ke rumah,akan tetapi pikiranku masih teringat dengan penumpang gelap yang bersembunyi dibelakang bangku mobilku. Sesekali aku melihat ke belakang dengan spion didalam mobilku. Ibu juga sempat memperhatikan kegelisahanku tapi beliau tetap tenang dan tersenyum kepadaku.

"Mengapa dia tak bergerak sedikit pun ya,apa dia baik-baik saja dibelakang?",Aku berkata dalam hatiku dengan sedikit gusar.

Begitu mobilku sampai didepan rumah, pintu gerbang terbuka otomatis dan aku pun segera membawa masuk mobilku parkir didepan garasi rumah. Setelah berhenti,aku mematikan mesin. Aku terdiam sejenak dan memandang ibuku. Ibu dengan tenang mulai memberi kode kepadaku agar tenang. Ia pun mulai memegang spion dalam mobilku dan melihat ke arah belakang dari kaca spion.

"Mbak Maya, saya tahu kamu ada dibelakang, kamu sudah aman sekarang, keluarlah. Tak perlu lagi bersembunyi",Ibu berkata sedikit kencang.

Aku sedikit keheranan dengan perkataan ibu,bagaimana ibu bisa tahu nama penumpang gelap ini. Aku hanya mendengarkan saja saat ibuku melanjutkan kata-katanya.

"Mbak Maya, ayolah keluar dari persembunyianmu,saya dan anak saya akan menolong mengantarkan kamu pulang",Ibu berkata lagi.

Akan tetapi tak ada jawaban dari Maya yang sedari tadi hanya diam dengan posisi menelungkup. Aku mulai khawatir kalo terjadi apa-apa padanya.

"Bu,bagaimana ini?gak ada sahutan,Bu", Aku berkata pelan ke ibu.

"Cepat,nak. Kamu cek ke belakang. Ibu khawatir juga terjadi apa-apa sama dia", Ibu berkata menyuruhku bergegas.

Aku pun segera membuka pintu mobil dan keluar bergegas kebelakang. Begitu pula ibuku yang juga ikut turun dari mobil mengikutiku ke belakang. Begitu sampai pintu belakang mobil dan segera kubuka, ternyata benar dugaanku seorang wanita muda tertelungkup pingsan. Ibu yang ikut melihat keadaan tersebut langsung terkejut dan segera memerintahku.

"Ayo,nak. Jangan bengong aja,cepat angkat kedalam rumah, biar ibu yang buka pintunya,kamu letakkan dimana tadi kunci pintu depan?",Ibu berteriak kepadaku.

"ii..iya,Bu. Kunci didalam lemari dasboard mobil,Bu",Aku berkata dengan gugup.

Ibu segera ke depan mobil untuk mengambil kunci didalam lemari dashboard. Sedangkan aku masuk kedalam mobil untuk menggeser wanita ini sedikit keluar agar aku bisa mengangkatnya kedalam rumah. Ibu yang telah mendapatkan kunci ditangannya segera berjalan menuju pintu depan rumah dan membukakannya untukku. Wanita ini segera kuangkat dan kubiarkan semua pintu mobil dalam keadaan terbuka. Situasi darurat ini membuatku tak berpikir lagi yang lainnya.

Ibu segera masuk kedalam rumah berjalan menuju salah satu kamar tidur tamu yang kosong. Begitu pula denganku yang sambil mengangkat wanita ini berjalan mengikuti ibu yang telah membukakan pintu kamar tidur tamu.

Begitu sampai ditepian tempat tidur,perlahan aku meletakkan badannya diatas kasur sedangkan kepalanya kuletakkan diatas bantal yang sudah tersedia diatas kasur. Ibu yang ikut menyaksikan moment tersebut tanpa menunda waktu segera memerintahkan ku.

"Cepat,nak. Kamu ambilkan sebaskom air hangat dan handuk kecil dilemari, lalu bawa kesini biar ibu tempelkan ke keningnya",Ibu berkata memintaku bergegas.

Aku pun segera keluar dari kamar dan sebelum kulakukan perintah ibu,aku berjalan cepat kedepan untuk menutup semua pintu mobil yang masih terbuka dan kutekan remote untuk menutup pintu gerbang pagar. Lalu aku kembali kedalam dan menutup pintu depan. Tanpa menunda waktu aku langsung ke kamar ibu mengambil handuk kecil dilemari, begitu dapat aku pun segera bergegas ke dapur untuk menuangkan air hangat ke dalam baskom. Setelah selesai,aku pun bergegas berjalan menuju kamar tidur tamu, aku melihat ibu sedang duduk dikasur samping tubuh wanita tersebut.

"Ini Bu, air hangat dan handuknya",Aku berkata sambil meletakkannya diatas meja kecil samping tempat tidur.

Kemudian ibu merendam handuk kedalam air hangat didalam baskom dan memerasnya. Setelah itu ia lipat handuk kecil tersebut dan diletakkan diatas kening wanita tersebut. Aku hanya diam berdiri disamping ibu memandang wanita tersebut. Walaupun matanya terpejam, wajahnya tampak cantik dan mempesona. Ibu yang memperhatikanku hanya terdiam memandang wanita tersebut mulai mendehem.

"Ehem",Ibu batuk mendehem.

Aku pun tersadar dan pandanganku teralih kearah ibu yang sedari tadi melihatku hanya diam terpaku memandang pesona wanita itu yang sedang tergeletak pingsan diatas kasur.

"Maaf,Bu",Aku berkata dengan sedikit salah tingkah.

"Gak apa-apa,nak. Ibu paham, sekarang ibu minta tolong temui Bi Irah dan minta padanya buatkan bubur dan sup ayam. Nanti malam jika Mbak Maya sudah siuman, kita suguhkan buat dia ya", Ibu berkata meminta kepadaku.

"Iya,Bu", Aku berkata singkat.

Aku pun meninggalkan ibu bersama wanita tersebut dan berjalan menuju kamar Bi Irah. Sementara ibu masih duduk disamping Maya yang masih pingsan dan belum sadar. Ia pun kembali mengambil handuk kecil dari kening wanita tersebut dan mencelupnya kembali kedalam air hangat dibaskom. Setelah diperas, ia letakkan lagi diatas keningnya. Ibu dengan rasa sayangnya mengelus rambut wanita muda tersebut. Mungkin karena ia tak memiliki anak perempuan maka ia merasa bahwa Maya serasa seperti anak sendiri. Setelah dirasa cukup, ibu pun berdiri dari tempat tidur dan menyelimuti Maya. Kembali ia elus-elus rambut Maya. Kemudian ia beranjak meninggalkan Maya agar bisa istirahat menuju pintu keluar. Ibu pun menutup pintu kamar dan berharap nanti malam Maya sudah siuman serta bisa menikmati suguhan yang akan disiapkan Bi Irah.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!