Saat najwa tiba di lantai satu tepat di ruang tengah didapati Ibu dan Ayah mertuanya duduk sambil menonton, dilihat sangat romantis meski umur mereka cukup tua.
Najwa merasa iri dengan itu jika dia bisa menikah dengan orang yang ia cintai mungkin saja ia dapat merasakan kebahagiaan seperti mereka, tapi bagaimana pun tidak ada keinginan yang sepenuhnya terkabul.
Allah yang menentukan takdir, tidak ada yang dapat mengubahnya.
Natri melihat Najwa yang berdiri diam di dekat pintu.
"Najwa, sedang apa di sana?" Tanyanya, Najwa sedikit melamun entah apa yang dia pikirkan tapi terlihat tatapan iri dari matanya.
"Aku kira ibu sedang sendiri," Kata Najwa. Sebenarnya, Najwa ingin ngobrol dengan Ibu mertuanya sempat bisa mengubah suasana hatinya sekarang ini. Tapi taunya Ibu mertuanya sedang bersama Ayah mertuanya. Najwa merasa itu akan menggangu mereka berdua.
"Sini gabung lah.." Ajak Ikrar Ayah mertuanya.
Karena sudah di panggil dan sudah terlanjur berada di situ, mau tidak mau ia harus nurut dan tidak menolak apa lagi yang minta Ayah mertuanya. Najwa berjalan mendekati mereka, ia duduk di kursi samping mereka.
"Bukannya pengantin baru tetap di kamar? kenapa pengantin baru satu ini masih berkeliaran!" Singgung Ikrar melirik Najwa yang terdiam dengan wajah lesunya.
Natri memukul paha Ikrar, karena perkataannya barusan itu akan membuat Najwa tambah sedih. Memang benar, Najwa merasa itu sudah menjadi singgungan besar. Tapi yang dikatakan Ayah mertuanya benar dimana-mana pengantin baru itu tetap di kamar bersama suaminya.
Tapi tidak dengan dirinya. dia dan Aktar pengantin baru yang tidak di ridho-hi oleh diri sendiri, karena pernikahan mereka hanya dalam status perjanjian dan tidak ada cinta.
Karena terlalu serius menonton berita, tiba-tiba Aktar turun mengalihkan pandangan kami semua. Aktar berjalan menghampiri ibunya.
"Bu' aku lapar." Kata Aktar dengan wajah datarnya, ia mengelus perutnya yang keroncongan. Najwa sebagai istri ia langsung berdiri mengambil alih ibu mertuanya.
"Kak Aktar lapar? biar saya yang buatkan makanan yah." Kata Najwa dengan suara lembutnya, dia memang gadis lembut ia tidak pernah bersuara keras, atau pun marah kalau ia dapat masalah ia selalu membuat dirinya tenang. Karena di saat itulah jin berkumpul menggoda dan membuat orang marah tak terkendali.
Aktar diam tidak menjawab Najwa dan tidak juga melihatnya, pandangannya tetap lurus melihat ibunya. Najwa yang terabaikan ia tertunduk, sedikit menimbulkan rasa sakit di hatinya. Ayah dan ibu mertuanya hanya bisa menyaksikan itu.
"Aktar kau tidak boleh seperti itu, istri mu hanya ingin membuatkan mu makanan. Kau jangan hanya diam begitu saja!" tukas Ayahnya tegas dengan menatap Aktar sinis.
"Bahkan jika dia istri ku, aku tetap tidak akan memakan masakannya. Aku lebih baik makan masakan bibi' " jawab Aktar dengan wajah datar.
" Tapi saat ini aku hanya ingin makan masakan ibu!" Kata Aktar lagi.
Najwa terdiam tidak ada lagi yang bisa ia katakan, kalau terus seperti ini kapan ia harus
menjalankan tanggung jawabnya sebagai Istri.
"Baiklah ibu buatkan," Kata Natri beranjak pergi ke dapur kemudian Aktar menyusulnya.
-------
Najwa menatap punggung milik Aktar dengan tatapan kosong. Najwa memutuskan untuk kembali ke kamar, Najwa benar-benar sudah tidak dapat menahan rasa sakit hingga air matanya terus mengalir tak terbendung, ia berbaring di atas kasur dengan isakan tangisnya yang tidak terdengar oleh orang-orang, hingga Najwa tak sadar dan terlelap dalam tidurnya.
Berapa menit berlalu, Aktar kembali ke kamar setelah perutnya terisi.
Aktar membuka pintu, ia melihat Najwa yang sudah tertidur dengan masih menggunakan pakaian tertutup juga jilbab yang masi menutupi kepalanya, ia mengambil bantal dan juga selimut yang berada di almari kemudian tidur di kursi sofa yang berada di dalam kamarnya.
Dring.. dring..
Najwa terbangun lantaran suara alarm dari Hpnya ia lihat sudah waktunya sholat subuh ia melihat kesamping, melihat Aktar tidak ada di sampingnya. matanya beralih ke sofa, ternyata dia lebih memilih tidur di sofa dari pada tidur bersamanya.
Najwa segera ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu, ia basuh wajahnya yang sempat lembab karena menangis.
Setelah berwudhu Najwa mengambil jilbabnya yang tergantung di dalam lemari, ia kenakan jilbab sholatnya yang berwarna putih.
Melihat Aktar yang masih tertidur pulas, Najwa berjalan mendekati sofa dimana Aktar tidur, Najwa sempat menatap wajah Aktar sebentar melihat wajah tampannya.
Jika wajah tampan ini bisa di kalahkan oleh Agama mu, dan menjadi seorang pria yang sholeh mungkin kamu akan menjadi suami yang paling sempurna di dunia ini. batin Najwa masih menatap wajah Aktar.
"Kak.." Kata Najwa pelan sambil menggoyangkan tangan Aktar
"Em.."
"Kak.. waktunya Sholat subuh." Kata Najwa lagi masih menggoyangkan tangan Aktar.
"Akkhh!!" Desah Aktar sambil menepis tangan Najwa sehingga membuatnya meringis kesakitan.
"Kak, ayo bangun sholat subuh." Kata Najwa lagi dengan suara lembut
"Akh..! kau mengganggu tidur ku, kau sholat lah sendiri!" Kata Aktar geram sambil mendorong Najwa hingga tersungkur di kelantai.
"Tidak boleh menyerah, ini masi permulaan." batin Najwa melihat Aktar yang kembali tidur.
Najwa melihat jam jika ia terus membangunkan suaminya sholat ia akan ketinggalan waktu, Najwa langsung pergi untuk melaksanakan sholat sebelum waktu sholat subuh habis.
Setelah ia melaksanakan sholat ia melanjutkan untuk berdoa begitu banyak kata doa yang ia ucapkan, termaksud kelapangan dada untuk suaminya, ia ingin suaminya cepat berubah menjadi seorang lelaki yang sholeh. Menjadi imam yang bertanggung jawab. Membawa istrinya menuju jalan Allah dan membantunya menjalankan kewajibannya sebagai seorang suami yang sholeh juga menuntun anak-anaknya menjadi anak yang berbakti juga bisa menjadi anak penghafal Al-qur'an.
Najwa melirik Aktar yang masih tertidur, ia langsung menghampirinya untuk membangunkannya kembali.
"Kak.. kak aktar, bangun sholat ini sudah jam berapa." Kata Najwa agak keras tapi masih dengan mimik lembut.
Aktar berdecak kesal, ia langsung membalikkan bantalnya untuk menutupi telinganya ia tidak ingin tidurnya di ganggu.
Najwa terdiam menatap Aktar dengan tatapan kosong, ia harus tetap bersabar. Jalan satu-satunya adalah berdoa jika dalam suatu hal kebaikan Allah akan membantu membuka hati seseorang yang sempat tertutup.
Najwa pergi mengambil al-qur'anya yang terletak di atas meja.
Kemudian ia mengaji mengulang hafalannya meski hafalannya tidak cukup banyak tapi tetap ia harus bertanggung jawab mempertahankan, karena satu ayat saja di lupa, kita harus menanggung dosa. Bagaimana jika semua hafalannya ia lupakan Najwa tidak tahu lagi ia tidak bisa menanggung semua dosanya.
Menurut para penghafal, bagi mereka menghafal lebih mudah daripada muroja'ah.
Saat ini hafalan Najwa masi 10 juz dan itu masi terbilang sedikit, ia pernah masuk pesantren saat SMA ia mengambil khusus untuk menghafal dan dia salah satu bagian dari takhassus, setelah lulus SMA Najwa sudah menghafal 6 Juz kemudian dia kuliah dan melanjutkan hafalannya saat hafalannya sudah masuk sepuluh juz, ia kemudian berhijrah menggunakan cadar, hingga ia sarjana S1.
Bersambung...
Selamat membaca😊jangan lupa dukungannya😉like👍Komen👇and vote😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Suwarti
sy salut bacaanx krna mengadung ilmu agama
2022-12-11
1
De'Ran7
ini mah bukan istri yg durhaka tapi suami...udah gitu kaga bersyukur diperhatianin sama istri sendiri😌
2022-10-13
0
Samsuna
jgn galak2 aktar
2022-07-16
0