Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. - QS Al Baqarah 155
----
Setelah mandi Najwa duduk di tepi ranjang sesekali ia melirik jam dinding, sekarang sudah jam 22.17 suaminya yang bernama Aktar belum juga pulang acara pernikahannya selesai tepat jam 2 siang. Ia menunggu Aktar suaminya dari jam dua hingga sekarang.
Mungkin sekarang Najwa hanya bisa bersabar sesuai yang tercantum dalam Al-qur'an surah Al Baqarah ayat 155. Kita akan selalu di uji dalam segala hal, baik itu dalam Ketakutan, Kelaparan, Kekurangan Jiwa, Harta dan Buah-buahan.
Sekarang ini ia di uji jiwanya meski hatinya merasa sakit tapi dia harus tegar dan bersabar karena Allah akan menguji batas kesabaran kita, jika mampu melewati ujian yang diberikan. Niscaya Allah akan membalasnya dengan beribu kebaikan.
Tok..tok..
Najwa teralih oleh ketukan itu ia berpikir mungkin suaminya sudah pulang ia segera pergi untuk membuka pintu, ternyata yang diharapkannya berbeda.
"Ibu, ada apa Ibu?" Tanya Najwa melihat Ibu mertuanya yang berdiri di depannya
"Nak, kamu belum makan siang dan sekarang sudah jam 10 malam, ayo turun makan. pasti kamu sudah sangat lapar,"
"Em..bu' kak Aktar biasanya pulang jam berapa?" Tanya Najwa, meski ia tidak terima akan hinaan Aktar ia akan tetap menjalankan kewajibannya sebagai istri.
Natri terdiam menatap menantunya, bahkan sampai sekarang ia masih menunggu Aktar benar-benar membuatnya merasa sangat bersalah.
"Kamu tidak usah menunggunya, yang terpenting kamu makanlah dulu."
Tidak biasanya Aktar pulang terlambat,dia biasanya pulang jam empat, mungkin saat ini Aktar benar-benar tidak akan pulang.
"Tidak bu' sebagai seorang istri harus menunggu suaminya terlebih dulu. "Ucap Najwa meyakinkan ibu mertuanya itu.
Natri terdiam.
"Baiklah Ibu mengerti, tapi jika kamu sudah tidak tahan lagi pergilah makan, kesehatan mu lebih penting nak."
"Baiklah bu.."Jawab Najwa tersenyum
Najwa kembali menutup pintu, ia meraih al-Qur'an untuk mengaji sambil menunggu suaminya pulang. Dan itu berlangsung dalam 20 menit hingga seseorang membuka pintu.
Clek..
Aktar membuka pintu di dapatinya seorang wanita dengan berpakaian tertutup sedang membaca Al-qur'an.
Najwa terhenti saat mendengar pintu kamarnya terbuka ia berbalik melihat aktar suaminya, ia segera pergi menghampirinya.
"Kakak sudah pulang? sini saya bantu." Kata Najwa sambil mengambil tas kerja Aktar, tapi Aktar malah menariknya kembali.
Aktar menatap Najwa sinis dan Najwa yang mendapatkan tatapan itu di balik cadarnya ia Langsung melihat kelantai menghindari tatapan yang menakutkan.
"Emm.. Najwa siapkan air mandi dulu,"nKata Najwa dengan senyuman yang ia paksa.
Aktar malah tidak menghiraukannya, dan pergi hingga menghasilkan ia menyambar bahu Najwa dan membuat Najwa sedikit meringis.
Najwa berbalik melihat Aktar dibalasnya dengan senyuman meski hatinya terasa perih, ingin sekali ia menangis tapi ia menahan dengan senyumannya.
"Kak.. air mandinya sudah siap." Kata Najwa lembut. Ia mengambil handuk lalu ia berikan ke Aktar.
"Kak, handuknya." katanya sambil menyodorkan handuk itu, Aktar melihatnya dengan sorotan mata tajam. Ia tidak tahu maksud wanita yang dihadapannya, dia bersikap seperti itu apakah sedang mencari perhatian atau bagaimana. Aktar tidak bisa menebaknya. Dengan kasar ia mengambil handuk itu dari tangan Najwa kemudian masuk kedalam kamar mandi.
Najwa terdiam, melihat tingkah Aktar seperti itu. Matanya seakan perih dan membuat bulatan air lolos keluar. Dengan cepat Najwa menghapusnya. Mengapa dia harus menangis? ia tidak boleh terlihat lemah, dan tetap semangat. Allah akan melihat kesabarannya ia harus menjalankan kewajibannya dengan sabar meski dirinya dapat perlakuan seperti itu.
"Sudahlah.." Gumam Najwa tersenyum menutupi perasaannya. Ia kemudian mengambil kemeja Aktar yang tergeletak di atas kasur lalu menggantungnya.
-------
Lalu Najwa meninggalkan kamar menuju dapur, ia ingin membuatkan Aktar air hangat.
"Sedang apa Najwa?" Tanya Natri yang tiba-tiba ada di belakangnya, Najwa menoleh melihat ibu mertuanya.
"Saya sedang membuatkan kak Aktar teh jahe hangat, cuaca di luar sangat dingin takut dia terkena flu." ujarnya sambil tersenyum sambil mengaduk teh jahe yang sudah ia buat.
"Buat Ibu ada?" Katanya Bercanda.
"Ibu juga mau? Najwa akan buat satu gelas lagi." kata Najwa senang, lalu ia ambil satu gelas lagi kemudian membuat teh jahe untuk ibu mertuanya.
"sudah selesai, ini untuk Ibu." Kata Najwa seraya menyodorkan gelas yang berisi teh jahe itu, Natri tersenyum lalu mengambil teh itu kemudian ia mencicipinya, sudah tercium aromanya sangat harum. Saat Natri meminumnya dengan satu tegukan ia merasa tenggorokannya yang tadinya serak langsung membaik.
"Sungguh enak, aku tidak merasakan pedis saat ia masuk di mulut, tapi saat di tenggorokan ia langsung terasa pedis dan membuat tenggorokan kita lega." ujarnya sambil meminumnya sekali lagi.
"Benarkah?" Tanya Najwa senang, karena ia takut saat ia sudah berikan teh itu kepada Aktar ia merasa tidak enak.
Natri mengangguk.
"Baiklah bu, Najwa akan membawakan untuk kak Aktar." Kata Najwa sambil memegang gelas dan kemudian pergi ke kamar.
Saat ia sudah berada di depan kamar Ia lihat Aktar yang sedang duduk menatap layar laptopnya dengan sangat serius, dengan pelan Najwa berjalan menghampiri Aktar dengan nampan ditangannya.
"Kak ini teh jahenya, diminum yah." Kata Najwa sambil meletak kan gelas berisi jahe itu di dekat laptopnya. Aktar tidak menjawab bahkan tidak melihat Najwa, ia hanya terus menatap laptopnya. Najwa terdiam melihat tingkah Aktar.
Segitunya kah? ia tidak menerima diri ku sampai-sampai melihat ku saja tidak mau.
"Kak, teh jahenya diminum sebelum dingin." kata Najwa lagi, Aktar berdecak kesal melihat Najwa sinis. Tatapannya sungguh menakutkan sampai membuat Najwa tertunduk.
"Kau ini berisik sekali, kalau kau sudah simpan ya sudah kau pergi sana. Terserah aku mau meminumnya atau tidak!" katanya dengan nada tinggi, Najwa gemetar mendengarnya. Selama ini ia belum pernah diperlakukan seperti itu bahkan orang tuanya. Ia selalu hidup di lingkungan pesantren ia tidak pernah mendengar suara keras seperti itu.
Jika harus dibilang Najwa juga terpaksa menjalankan perjodohan ini sebenarnya sudah ada Ustad yang akan melamarnya yaitu teman kuliahnya, tapi Ayahnya menolak karena katanya sudah ada orang yang dijodohkan untuknya. Padahal Najwa sangat suka dengan Pria itu dia Soleh, Penghafal, Suara mengajinya sangat merdu. Najwa sangat berharap dialah jodohnya tapi ternyata bukan, malah ia dijodohkan dengan orang yang tidak ia duga.
Jika Pria itu jodoh Najwa. Ia akan sangat bersyukur memiliki imam yang soleh, dapat membantunya menjalankan agama Allah.
Najwa meletakkan gelas itu disamping laptop Aktar, kemudian pergi ia ingin ke bawah menenangkan perasaannya.
Bersambung...
Mohon dukungannya😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Samsuna
aktar jgn galak2 nti km bucin😡
2022-07-16
1
Noer Anisa Noerma
jangan bodoh akhtar
2022-04-05
0
Min Asih
semoga Aktar bisa luluh hatinya...
se iring berjalannya waktu..
bisa mencitai Najwa.. 🤲🤲
2022-01-23
0